2.0

992 172 15
                                    

  💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦  

  💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦  

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

  💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦  

SEONGWU terbangun dari tidurnya malam itu, saat langit bersinar layaknya blitz kamera. Tubuhnya menggigil, tidak tahu harus berbuat apa. Bagi Seongwu, malam ini ia tidak akan bisa memejamkan matanya sama seperti malam-malam sebelumnya. Daniel yang terbaring di sisi lain ranjang terlihat pulas, ia lelah mengurusi berbagai dokumen dan menerima telefon dari orang-orang penting juga kakak laki-laki nya.

Sebelum memejamkan matanya Seongwu selalu meminum segelas susu hangat dari Daniel yang membuatnya bisa segera tidur, namun semua itu hanya berefek selama beberapa jam saja. Tepat tengah malam, Seongwu akan terbangun dengan keringat yang membasahi tubuhnya dan napasnya yang memburu.

Ia tidak bisa lepas, tidak akan pernah bisa lepas. Berulang kali Seongwu mencoba melupakan amarah dan kesedihan yang ada jauh di lubuk hatinya, hal itu semakin menjadi, membuatnya merasa semakin terlihat bodoh karena setiap kali sosok di sebelahnya terbangun—ia harus bersikap seolah-olah awal yang baru bisa dengan mudah dimulainya.

Tapi Seongwu berdosa, ia adalah orang paling tidak boleh bahagia di dunia ini. Ia membuat sahabat baiknya memilih bunuh diri, ia membuat salah satu sahabatnya yang lain menderita karena tidak bisa memilih takdirnya sendiri. Oleh karena itu insomnia yang dialami oleh Seongwu semakin menjadi.

Ini adalah minggu kedua sejak ia dan Daniel berada di tempat baru yang jauh dari hiruk-pikuk kota New York yang ramai. Bagi Daniel ada banyak hal yang terjadi, oleh sebab itu Seongwu semakin merasa dadanya sesak.

Saat ini tidak akan ada yang mengerti pergolakan batin yang dirasakannya, keinginan untuk membahagiakan Daniel itu ada, tapi Seongwu tidak merasa pantas untuk menjadi orang yang melakukannya. Ia menatap Daniel dengan airmata yang berlinang, sudah berulang kali ia merasakan kesedihan itu. Setiap kali hal ini terjadi, Seongwu selalu bertanya-tanya sendiri mengapa ia menyiksa dirinya sendiri dengan pemikiran seperti itu—mengapa ia berduka dan bersedih sendiri, di saat kebahagiaan itu pernah terasa selalu ada orang lain di sisinya. Seongwu bergetar sambil memeluk dirinya, ia membenci dirinya sendiri saat ini. 

Daniel terbangun lebih dahulu, ia melihat lingkaran hitam di wajah Seongwu semakin menjadi. Sepertinya Seongwu masih sering terbangun di malam hari, begitu pikir Daniel—ia tidak tahu apa itu hal yang dimiliki oleh Seongwu sejak dulu atau mungkin pengaruh dari janin yang dikandungnya. Tidak ingin membangunkan tidur Seongwu, Daniel turun dengan perlahan. Waktu menunjukkan pukul setengah delapan pagi, hari baru dimulai. Ia bisa mendengar dari kejauhan suara sapi yang melenguh juga ayam jantan yang berkokok. Suasana yang terasa familiar setelah melalui hari-hari tenang di pedesaan. 

"Apa sebaiknya aku membuatkan Seongwu sesuatu?" gumam Daniel pelan. 

Akhirnya ia memilih untuk membuat nasi goreng kimchi yang sudah lama sekali tidak dibuatnya karena ia sering bangun lebih siang dan saat ingin menyantap sesuatu, Seongwu sudah berada di balik meja makan menikmati kopi hangat dan saladnya. Terkadang juga sudah ada Nyonya Ellen yang menemani di sisi Seongwu dengan sebuah pie apel hangat yang baru dikeluarkannya dari tungku memasak. 

"Seongwu senang dengan ham... semoga saja masih ada sisa ham di kulkas."

Saat ia membuka pintu kulkasnya tanpa sengaja ia menangkap bayang sosok seseorang yang berdiri dalam diam. Awalnya Daniel pikir orang itu adalah Lee asistennya yang kebetulan harusnya membawa beberapa dokumen untuknya pagi ini, namun saat berbalik sekali lagi untuk meyakinkan penglihatannya—malah Seongwu yang ditemukannya di sana. 

Wajahnya pucat dan salah satu tangannya menjadi penopang tubuhnya saat ini, tetapi tetap saja ia tidak kuat dan berakhir dengan ia yang terjatuh dengan lutut yang lebih dahulu menyentuh lantai.

Daniel yang melihat hal itu bergegas menghampiri Seongwu dan membantunya untuk berdiri menuju ke arah kursi—raut khawatir hadir di wajahnya kala ia melihat bagaimana pasi-nya Seongwu saat ini. Seongwu memaksakan diri tersenyum sambil mengelus punggung tangan Daniel.

"Aku baik-baik saja...," ucap Seongwu pelan.

"Apa kita perlu memanggil dokter? Belakangan keadaanmu semakin melemah."

Seongwu menggeleng, "tidak perlu."

Mendengar penolakan Seongwu, Daniel hendak melakukan pemaksaan—tetapi ia tahu kalau hal itu hanya akan membuat Seongwu semakin kehilangan tenaganya. Ia bergegas kembali ke dapur dan membawakan segelas air putih untuk Seongwu yang diterimanya dengan senyuman tipis, wajahnya masih pucat namun rona bibirnya mulai terlihat. 

"Sebaiknya memang kita ke dokter, kondisimu semakin melemah... mungkin ini ada hubungannya dengan kehamilanmu." ujar Daniel. 

"Aku tidak merasa masalah datang dari anak yang kukandung, dia masih sebesar genggaman tanganku saja. Jadi kurasa itu tidak perlu dikhawatirkan."

Seongwu menggenggam tangan Daniel dan meremasnya pelan, memberikan tanda bahwa ia tidak perlu khawatir. Daniel menatapnya lama sebelum menganggukkan kepala, ia memilih untuk meneruskan pekerjaannya dalam membuat sarapan. Meninggalkan Seongwu yang kembali melamun menatap lantai kayu yang ada di depannya, saat Daniel kembali membawa nampan berisi makanan, ia menangkap raut wajah Seongwu yang seolah sedang menatap dan memikirkan sesuatu yang begitu jauh ke depan. 

Daniel meletakkan nampan berisi nasi goreng kimchi, sup juga sosis panggang. Ia juga tidak lupa membuatkan teh herbal yang biasa disiapkan oleh Nyonya Ellen untuk Seongwu jika ia terbangun dengan wajah pucat. Dengan lembut Daniel mengusak pipi Seongwu agar atensinya bisa kembali pada kenyataan yang ada di depannya. 

"Kita harus sarapan, setelah ini kau bisa berjalan-jalan ke sekitar rumah jika ingin."

Seongwu mengangguk dan menatap sarapan di depannya, ia memasukkan satu sendok sup terlebih dahulu ke dalam mulutnya sebelum memejamkan mata. 

"Ini enak," gumam Seongwu pelan. 

"Syukurlah, ayo makan sebanyak yang kau bisa... aku ingin kau sehat dan merasa senang."

Karena tidak mau membuat Daniel lebih banyak memaksanya, akhirnya Seongwu menyantap makanan di depannya sebanyak yang ia bisa. Daniel tentu saja merasa senang karena Seongwu berhasil menghabiskan makanan yang dibuatnya dan lagi ia terlihat lebih merona sekarang, wajah yang terlihat seperti seekor anjing besar penurut yang merasa senang dengan majikannya yang melakukan hal yang menyenangkan membuat Seongwu tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. 

Mereka berdua akhirnya larut dalam pembicaraan mengenai banyak hal, Seongwu juga mengutarakan kalau ia ingin sekali pergi ke gereja yang pernah dikatakan oleh Ellen memiliki stuktur bangunan yang indah dan di kelilingi oleh pohon Apel dan Mapel. Daniel tentu langsung mengiyakan keinginan Seongwu bahkan menawarkan diri untuk pergi dengannya di acara misa yang akan dilakukan dua hari lagi. 

Seongwu mengatakan kalau ia tidak sabar untuk pergi ke sana setelah beberapa hari mengurung diri di rumah. Daniel-pun bertanya lagi apa ada hal lain yang Seongwu ingin lakukan, tetapi Seongwu mengatakan kalau ia lebih ingin melakukan beberapa kegiatan produktif seperti menanam sesuatu di bagian beranda belakang, karena itu esok jika kondisi Seongwu membaik, mereka akan melakukan kegiatan berkebun bersama. Hari ini Daniel akan meminta Lee untuk pergi ke toko bibit terdekat dan membeli beberapa tanaman yang diingin Seongwu untuk ada di bagian belakang. 

Daniel begitu bersemangat untuk melakukan semua hal yang diinginkan oleh Seongwu hari ini, hingga ia akhirnya mendapatkan telefon dari Kakaknya yang memintanya untuk mempertimbangkan lagi keputusannya untuk meninggalkan jabatannya. Seongwu yang pergi ke bagian beranda sambil membawa sebuah novel mendengar sayup-sayup suara Daniel yang terdengar begitu mantap hendak memulai sesuatu yang baru dengan Seongwu yang berada di sampingnya, ia begitu membara dalam mewujudkannya. Hingga dia tidak sadar kalau Seongwu, merasa tertekan dan meragu kalau ia mampu menghabiskan sisa hidupnya dengan Daniel. 


3| Stay Beautiful [√]Where stories live. Discover now