Hari Pertama

111 21 5
                                    

"Duh gimana nih?" Ucap lirih Mukti ditelinga kanan Sandy.

"Ngapain kalian bisik bisik!!" Bu Dwi mengeritkan keningnya melihat mereka yang sedang berbisik.

"Ehh engga kok Bu, Ibu cantik deh." Goda Mukti tersenyum sumringah kepada Ibu Dwi.

"Basi, ga usah banyakan modus ya! Mau kemana kalian ha? Kemana?"

"Emm anu itu Buu...kita mau ke toilet bentar, boleh ya bu pliss?"

"Bodo amat, banyakan alesan kalian berdua. Bilang aja mau lari kan dari hukuman Ibu? Mau ke kantinkan?" Ucap Bu Dwi dengan geramnya.

"Eh engga kok Bu, ih Ibu mah su'udzon mulu nih ke kita. Kata Pak Abdan mah su'udzon ga boleh, dosa tau Bu." Mukti menceramaih Ibu Dwi seperti ustad.

"Ibu tau, ga usah sok nasihatin saya ya... Cepat kalian kembali hormat sampe jam istirahat bunyi!" Perintah Bu Dwi kepada Mukti dan Sandy.

"Hmm iya Bu." Jawab Mukti dengan muka sangatlah malas.

Bu Dwi meninggalkan mereka berdua. Sandy dan Mukti kembali ke posisi yang semula sampai bel istirahat berbunyi, sedangkan bel akan berbunyi sekitar 30 menit lagi. Ada salah satu laki laki yang sedang menyusuri koridor lantai bawah menuju ke toilet. Laki laki tersebut menghentikan langkahnya saat melihat kedua temannya sedang dihukum.

"Woyy...duo curutt!" Teriak laki laki itu yang sedang berada di depan koridor X IPA 2.

"Astaga nagaga... Gue kaget nyett." Mukti kaget mendengar teriakan itu, sepertinya nama curut itu ga asing buat mereka berdua dengar.

"kalian pada ngapain hormat ketiang bendera? setia amat ke tiang bendera, sampe sampe jam pelajaran kalian masih ada disini. Takut ilang ya, jadi lo tungguin disini terus ha?" Laki laki itu tertawa mengejek kepada kedua temannya yang sebenarnya orang itu tau kalo mereka berdua sedang dihukum.

"Iya nih soalnya takut ilang, tiang bendera aja kita jagain ya San apa lagi pacar." Mukti melirik ke Sandy mengangkat salah satu alisnya.

"Hahaha sa ae lo." Sandy tertawa kecil menjitak kepala Mukti.

"Haha jomblo aja bilang mau jagain pacar, woyy mirorr lo. Cari doi dulu sana biar bisa lo jagain." Sambung Raditya yang sedang mengejeknya.

Yups namanya Raditya Arkadella. Dia merupakan salah satu Most Wanted di SMA CENDANA yang membuat namanya tak asing lagi bagi penghuni sekolah tersebut. Saat Radit mengarahkan pandangannya ke arah koridor lantai atas, matanya perpapasan dengan mata seorang cewe yang sedari tadi nampak sedang memperhatikan dirinya. Raditya mengeritkan keningnya untuk memperjelas melihat siapa sosok cewe itu. Cewe tersebut terlihat gugup saat Raditya mengarahkan tatapan tajam. Lalu cewe tersebut segera masuk ke kelasnya dengan rasa takut,  entah apa yang akan terjadi nanti.

Saat Della sudah duduk ditempat duduknya Della masih saja terlihat gelisah. Santika yang melihat teman sebangkunya seperti itu merasa khawatir dengan Della.

"Lo kenapa si Dell?" Tanya Santika yang duduk disampingnya.

"G-gu-gue gapapa kok." Della meremas remas jari jemarinya sendiri dan menggigit bibir bawahnya.

"Kok lo kaya orang lagi ketakutan gitu sih, lo lagi ada masalah?" Tanya Santika memastikan kalau Della sedang tidak baik baik saja.

"Hmmm gimana ya, ntar gue ceritain deh kalo istirahat."

"Sekarang aja si, kalo entar penyakit gue kumat lagi nih."

RADELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang