2 : Jejak Kaki Misterius

161 20 5
                                    

Mereka ada, hanya saja kamu tidak melihatnya. Bisa ada di samping, atau bisa juga ada di depan wajahmu tepat. Mengawasimu, menatapmu tepat di manik mata dengan senyum menakutkan. Menemani membaca cerita ini.

***

Wasss-wesss-wosss!

Desas-desus terdengar berseliweran di telinga Lisa. Ia tak tahu, ada apa. Para penguhi asrama lantai satu banyak yang keluar dari kamarnya, membentuk kumpulan-kumpulan untuk bergosip di depan pintu masuk utama.

"Nat, itu ada apaan sih?" tanya Lisa pada Nata di sebelahnya. Mereka sedang berjalan menuju gedung perkuliahan.

Padahal jam masih menunjukkan pukul 06.15 WIB, sedangkan mereka ada kelas pukul 07.00 WIB. Mahasiswi baru, maklum sih, masih semangat-semangatnya.

Nata menggelengkan kepalanya tak tahu. "Coba deh tanya. Itu ada Kak Bila, pendamping Ospekmu dulu, kan?"

Lisa mengangguk. "Tapi aku malu, hehe."

"Daripada kepo?"

"Yaudah deh, bentaran ya." Lisa berjalan meninggalkan Nata, baru beberapa langkah ia kembali.

"Lah, kenapa?" tanya Nata bingung, dahinya mengernyit.

"Sama kamu aja tanyanya, biar nggak malu, hehe. Nanti kalau aku belibet ngomongnya bantuin ngomong ya?"

Nata mendengkus. "Yakali, gaes! Kayak mau nembak kakak tingkat aja."

"Udahlah, yuk!" Lisa menggandeng tangan Nata, lebih tepatnya menyeretnya pelan.

"Kak Bila," sapa Lisa ramah. Yang dipanggil pun mendekat, meninggalkan kumpulan rumpinya.

"Oh, kamu, Dek. Lisa?" tebaknya membuat Lisa mengembangkan senyumnya.

"Iya, Kak. Hehe."

Nata menyenggol lengan Lisa pelan, menyuruhnya segera bertanya.

"Kak, ini temen aku Natasya. Natasya, ini Kak Bila," ucapnya mengenalkan.

"Halo, aku Bila." Bila mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.

Nata tersenyum dan menhabat tangannya. "Nata, Kak."

"BTW, kalian mau kemana pagi banget udah rapi," tanya Bila melihat mereka berdua—Lisa dan Nata— sudah rapi, sedangkan ia masih menggunakan baju tidurnya.

"Mau kuliah, Kak. Ada kuliah pagi." Lisa menjawab lalu menyenggol tangan Nata.

Nata mengangkat tangannya sebahu. "Anu, Kak. Kenapa rame banget ya di sini? Ada apa?"

"Ohhhh, biasa, ada yang aneh-aneh," jawab Bila ambigu.

Lisa menganga. "Hah? Maksudnya enak-enak di asrama?" tanyanya polos.

"Wanjerr, ini anak pikirannya kotor banget," ejek Nata lalu tertawa, sama halnya dengan Bila yang tertawa keras mendengar pertanyaan polos Lisa.

"Bukan itu maksudnya ya ampunnn. Maksudku ada kejadian aneh." Bila menunjuk ke arah dinding luar asrama. "Itu di dinding luar ada jejak telapak kaki ke lantai dua, gila, kan? Itu gimana caranya bisa manjat sampe sana? Kerjaannya siapa coba?" ucap Bela tak habis pikir.

Sedangkan Lisa dan Nata terdiam.

Melihat diamnya adik tingkatnya itu, Bila bingung dibuatnya. "Loh, kenapa?"

Lisa dan Nata saling pandang.

"Guys! Kenapa?"

"Kak, itu jejak kakinya ngarah ke kamar kita," ucap Nata yang diangguki Lisa.

"HAH?! SERIUSAN?" heboh Bila.

"Iya, Kak. Gimana dong?" Lisa mulai takut.

"Nanti kita bilang ke Ibu Asrama aja, atau kalian ke kamar Kakak. Kita cerita-cerita, gimana?" tawar Bila.

"Yaudah, nanti siang kita ke kamar Kak Bila. Kita mau kuliah dulu. Dah, Kak."

"Oke, semangat kalian!"

Mereka berpisah. Bila berjalan menuju kamarnya, sedangkan Lisa dan Nata ke gedung perkuliahan. Namun, pikiran mereka sama, tentang jejak kaki misterius.

***

Kelas terakhir Lisa dan Nata harusnya sudah selesai. Namun, dosen mata kuliah Folklor; Pak Agus, masih berdiri di depan kelas, asyik menjelaskan materi tanpa tahu bahwa jamnya telah selesai. Tidak ada yang berani mengingatkan.

Lisa melirik ke arah Nata yang sedang fokus menyimak materi, sesekali ia mengangguk paham. Berbeda dengan dirinya yang tidak begitu paham penjelasan dari Pak Agus. Tiba-tiba saja Nata bergerak membenarkan posisi duduknya, namun sayang ia menyenggol ponsel di atas mejanya sampai jatuh.

Pandangan seluruh isi kelas tertuju ke sumber suara.

"Lagi dong. Dibikin boomerang bagus tuh," celetuk Lisa yang dihadiahi pelototan tajam Nata.

"Waktu Bapak sudah habis ya?" tanya Pak Agus.

"Sudah, Pak!" jawab beberapa mahasiswa serentak.

"Wah, kamu kode keras sekali ya," ucap Pak Agus pada Nata.

"Eng-enggak kok, Pak," balas Nata sedikit kaku.

"Kapan-kapan jangan HP yang dibuat ngode, sayang HPnya nggak bisa dibuat telpon pacar." Ucapan Pak Agus barusan mengundang tawa seisi kelas. Terlebih Lisa yang tertawa terbahak-bahak.

"Aduh, jomlo gagal move on si Nata mah," ucap Lisa pelan, masih dengan tawanya.

Pak Agus memungut tasnya dan ia kenakan di bahu. "Saya akhiri pertemuan ketiga ini, selamat siang."

"Siang, Pak!"

Setelah dosen Folklor itu keluar, isi kelas itu pun berhamburan keluar kelas juga, tidak jarang teman-teman Nata mengatakan terima kasih padanya sembari berjalan keluar kelas. "Makasih kodenya, Nata!"

"Sama-sama," jawabnya kaku dengan senyuman lebar.

Lisa berjalan mendekati Nata dan merangkul tangannya. "Nat, jadi ke Kak Bila? Barusan aku tanya lewat WA katanya ada di kamar sendirian."

"Jadi, yuk!"

**


Semoga suka.
❤️

©Zahrotul, 2019.

Asrama Tengah Malam ⚠Kde žijí příběhy. Začni objevovat