"Aku harus pergi," ucapnya setelah rapih.

"Kemana?" tanya Angelica tersenyum. Ia masih mabuk.

"Pulang." Lucas menunduk untuk mengecup kening dan bibirnya sekali lagi.

"Dadah, hati-hati dijalan," ucap Angelica yang mulai mengantuk. Lucas menghela napas, ia memindahkan Angelica ke kamarnya. Tanpa di beritahu hanya ada 1 pintu dengan hiasan terpajang pasti kamar Angelica. Dan benar, Lucas membaringkannya di atas ranjang. Ia menarik selimut hingga menutupi dadanya. Dan meninggalkan apartemennya. Ia membenci pengawalnya yang selalu menganggu. Tadi dirinya berhasil kabur. Namun ketahuan juga. Pengawal itu menyadap mobilnya yang terparkir. Dan juga pengawal itu yang melihat identitas Angelica.

Lucas masuk ke mobil dengan perasaan kesal. Ia meminta langsung pulang ke rumah. Saat dipertengah jalan ia teringat tidak mengenakan jasnya. Tertinggal di apartemen Angelica. Namun bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman. Ia akan bertemu dengan wanita itu kembali.

Sampai di rumahnya yang bak istana. Lucas membuka jam tangannya ditaruhnya di atas meja. Ia mengambil botol wine yang tersedia dikamarnya. Dituangkannya ke gelas. Wine berwarna merah itu begitu indah. Lucas memandangi gelasnya. Mengingatkan pada bibir Angelica yang merah saat pesta kemarin. Napasnya terdengar berat. Ia membuka gorden menatap pemandangan taman yang terang dari cahaya lampu ditempat sudut. Ia menyesap winenya dengan perlahan.

"Wanita itu.."

***

Pagi yang cerah dengan sinar mentari menembus dari sela-sela dinding. Menyinari ruang kamar Angelica menjadi lebih terang. Ia sudah bangun dengan tampang bodoh. Tidak mengenakan pakaian dibagian atas tubuhnya. Apa yang telah dilakukannya semalam. Dirinya mengingat betul bersama siapa semalam. Kali ini lebih jelas wajah pria itu. Kepalanya berdenyut, dua hari mabuk. Ia mendesah kesal. Angelica harus benar-benar menjauhi minuman yang beralkohol rendah apalagi yang kadarnya tinggi. Ia tidak mau melakukan kebodohan lagi.

Ia beranjak keluar dari kamarnya dan berjalan sambil sesekali terhuyung mencari t-shirt yang semalam. Ternyata ada di bawah sofa. Matanya terpaku pada sebuah jas. Pria itu lupa akan jasnya. Angelica mengambil t-shirt lalu memakainya. Ia meraih jas itu lalu memeriksanya terdapat sebuah dompet yang berisikan kartu-kartu atas nama Lucas Reiner. Tidak ada kartu identitasnya. Padahal Angelica sangat penasaran dengan statusnya.

"Dasar pria misterius!" decaknya. Ia mendekatkan hidungnya ke jas. Wangi Lucas itu membuatnya melayang. "Ya ampun, apa yang aku lakukan pada jas suami orang?!" ucapnya tidak percaya. Kenapa seperti murahan menginginkan pria yang telah menikah. "Sepertinya aku harus mandi, menjernihkan pikiranku yang kotor ini!" meruntuki diri sendiri.

***

Mobilnya menuju ke butik, satu hari tidak ke sana membuatnya tidak enak hati. Ada janji yang dibatalkan. James meneleponnya meminta maaf karena tidak ada waktu untuknya. Ia sedang sibuk dengan pekerjaannya menyita banyak waktu. Angelica memahaminya, tapi ada yang aneh. Biasanya kalau sibuk kerja, pasti James akan menginap ke apartemennya berkeluh kesah. Tapi kali ini tidak. Ia sedikit curiga dengan James. Angelica memarkirkan mobilnya di depan butik. Ia langsung berjalan ke ruangannya. Tidak lama Lory datang membawa pakaiann yang sudah jadi untuk di pasang di boneka agar Angelica melihat hasilnya.

"Cultch mu sudah kembali?" tanya Lory sambil memakaikan boneka itu pakaian.

"Ya," Angelica tidak mau menatap Lory. Ia menyibukan diri dengan laptopnya.

"Kurir?"

"Tentu saja, Lory. Memangnya siapa lagi," Ia berusaha untuk tetap tenang. Meskipun jantungnya berdegu kencang mengingat momen semalam dengan Lucas. Dirinya harus menjauh dari Lucas, ia tidak mau terbawa hanyut. Pria itu sangat mudah memperngaruhinya.

Love Me (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang