Prologue

61 8 0
                                    

𝐖𝐄𝐋𝐂𝐎𝐌𝐄 𝐓𝐎 𝐒𝐀𝐌𝐄𝐋𝐒𝐇𝐀𝐈𝐍

TEPAT EMPAT PULUH DUA tahun yang lalu, wilayah yang kini berjuluk Negara Anak Dewa, Samelshain, hanyalah sebuah dataran kosong dengan tanah yang gersang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TEPAT EMPAT PULUH DUA tahun yang lalu, wilayah yang kini berjuluk Negara Anak Dewa, Samelshain, hanyalah sebuah dataran kosong dengan tanah yang gersang. Berbagai jenis pohon serta tanaman tidak dapat tumbuh di sana, hewan-hewan banyak mati kelaparan, lalu para manusia yang terkadang singgah, pasti tak pernah bertahan lebih dari enam jam. Cuaca di Samelshain terlampau terik, tidak pernah terlihat mendung atau mengalami curah hujan yang cukup tinggi. Partikel tanah yang berpasir terasa jauh lebih panas ketika terinjak oleh kaki-kaki yang telanjang. Itulah sebabnya, orang-orang tak pernah ingin tinggal lama di tempat itu, apalagi untuk bermukim di sana.

Adanya perputaran bumi serta maraknya tragedi-tragedi langka yang terjadi, mengakibatkan peradaban turut berubah. Atas kuasa Dewi Kesuburan, Demeter, tanah gersang nan tandus itu dalam sekejap berubah menjadi lahan pertanian subur yang memikat hati orang-orang. Siapa pun yang berlayar melintasinya, pasti akan menyempatkan diri singgah untuk sekadar memetik buah-buahan maupun beristirahat di bawah pohon besar sembari menikmati pemandangan yang luar biasa menawan.

Pada waktu tersebut, Dewa-Dewi Olimpia mengirim beberapa utusan guna membangun salah satu wilayah di bagian barat daya menjadi sebuah pemukiman. Oleh adanya pergerakan pertama itu, orang-orang mulai berhamburan datang, mereka mendirikan bangunan-bangunan yang kini menjadi rumah tinggal tetap dengan kebanyakan bergaya arsitektur romawi kuno. Bahkan nama Samelshain sendiri dicetuskan oleh seorang warga sipil yang mengaku bermimpi telah bertemu dengan seorang pria berjenggot yang mempunyai tinggi tiga kali tubuh manusia normal di puncak bukit yang nyaris bersinggungan dengan langit gelap. Gemuruh petir terdengar jelas di dalam mimpinya, lantas suaranya menggema keras seolah-olah seluruh dunia harus tahu bahwa kini ada tempat bernama Samelshain di sebelah selatan Laut Ketrioke.

Warga itu pula yang kini menjabat sebagai pemimpin tertinggi Negara mereka, Yong Hwanki namanya. Ia pribadi yang ramah, jujur, lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri, dan yang jelas ia cukup istimewa. Ia merupakan manusia yang diberikan anugerah oleh Dewa-Dewi Olimpia karena kebajikannya terhadap alam semesta. Pak Yong mungkin tak memiliki kekuatan laiknya para dewa, tapi atas anugerah tersebut, ia sanggup mempertahankan Samelshain dari perompak-perompak yang hendak merebut dataran itu hanya dengan selusur anak panah. Berita kekalahan perompak paling terkenal seantero dunia pelayaran itu pun mengakibatkan tak ada lagi yang berani mendekat ke Samelshain. Mereka yang datang hanyalah orang-orang yang memang butuh tempat tinggal lantaran tak punya lagi sebuah tujuan.

Oleh Pak Yong Hwanki, Samelshain tiga puluh tahun ke belakang ini dipisahkan menjadi beberapa wilayah. Joaxshire adalah wilayah terluas dengan penduduk terpadat sekitar dua ribu enam ratus jiwa. Di sana, berdiri sebuah kastil megah sebagai penanda bahwa tempat tersebut merupakan Ibu Kota Negara. Selain itu, ada juga pasar besar tempat berkumpulnya para pedagang, baik itu lokal maupun lintas benua. Batas paling selatan Joaxshire adalah hutan pinus, sementara di sebelah timur ada gunung batu Arklus. Berdekatan Ibu Kota, ada wilayah paling kecil dengan jumlah penduduk sekitar empat ratus tujuh jiwa. Tempat itu bernama Kavou. Kendati kota terkecil, namun Kavou merupakan tujuan wisata pertama serta tempat menepinya perahu-perahu dari berbagai Negara lantaran mereka memiliki sebuah pantai yang terkenal dengan pasir merah jambunya, Amrora. Oleh karenanya, Kavou memeroleh angka pendapatan tertinggi melalui sektor pariwisata.

Berbanding terbalik dengan Kavou yang tampak cemerlang sebab hilir-mudik yang terjadi, Moresley justru kota yang paling tenang. Penduduknya yang berjumlah tujuh ratus dua belas jiwa hanya diisi oleh para pelajar yang tengah menuntut ilmu di sebuah sekolah yang mencakup pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Di sana tidak ada rumah, hanya merupakan asrama luas yang dihuni oleh murid-muridnya. Selain itu, tidak ada tempat bersenang-senang seperti rumah makan atau wahana permainan. Batas paling utara Moresley―yang terletak tepat di belakang Akademi Hexarton―adalah perbukitan luas yang langsung mencapai Laut Ketrioke. Satu-satunya tempat yang menjadi sedikit hiburan para pelajar hanya sebuah arena pertarungan yang konon katanya dibangun oleh pesuruh Dewa-Dewi Olimpia. Namun, letaknya yang berada di perbatasan wilayah menjadikan mereka tidak dapat datang semaunya. Harus ada izin terkait dari pihak Akademi lantaran pertunjukan yang disuguhkan sedikit berbahaya. Biasanya hanya para murid yang sudah menginjak usia delapan belas tahun ke atas yang diperbolehkan memasuki arena. Akan tetapi, mereka tidak memerlukan izin formal jika ingin datang setiap Selasa malam. Karena pada hari tersebut, arena akan berubah fungsi total menjadi panggung hiburan yang menyajikan pertunjukan seperti menari dan menyanyi.

Wilayah lain yang turut memiliki Arena Boragon selain Moresley adalah Iscalta, kota terluas nomor dua di Samelshain. Penduduknya mencapai seribu tujuh ratus lima puluh jiwa. Iscalta dijuluki kota kuliner karena banyak rumah makan yang menyajikan berbagai kudapan lezat di sana. Para warga yang berada di luar kota pun sering datang hanya untuk menyicip masakan langsung di Iscalta. Ada rumor yang mengatakan bahwa bahan-bahan makanan mereka memiliki daya magis. Tentu saja, karena seluruh bahan makanan didatangkan langsung dari kota seberang―yang dipisahkan oleh Sungai Clys―bernama Dethilor.

Dulunya, Iscalta dan Dethilor merupakan satu wilayah yang berbeda provinsi. Namun, setelah adanya gempa bumi yang cukup dahsyat mengguncang bagian barat daya tersebut, terbentuk muara sungai yang memisahkan keduanya. Semua orang berpikir bahwa itu hanya bencana alam biasa yang mungkin sering terjadi, namun penduduk kota Dethilor tidak berpikir demikian. Dewa Poseidon memisahkan kedua kota itu lantaran ia perlu membuat portal. Orang-orang yang mendiami wilayah Dethilor bukanlah manusia biasa. Samelshain dijuluki sebagai Negara Anak Dewa bukan tanpa alasan. Para manusia setengah dewa, atau yang biasa kita sebut sebagai Demigod, tinggal di sana. Dengan adanya portal itu, Dethilor hanya tampak seperti kota biasa yang penghuninya juga orang-orang biasa. Namun, jika kalian merupakan salah satu anak dari dua belas Dewa-Dewi Olimpia, kalian tentu akan menemukan berbagai makhluk-makhluk aneh. Contoh termudahnya saja seperti kakak beradik yang menjaga wilayah Dethilor, Kratos dan Bia―yang kemudian mengubah namanya supaya agak keren menjadi Kwon Kijoon dan Kwon Baera―dua utusan Dewa Zeus yang bertubuh lebih tinggi tujuh puluh senti dari Demigod dan memiliki sayap di belakang punggungnya. Ada lagi Dewa-Dewi Soter dan Soteria―lebih dikenal dengan nama Seo Dan dan Seo Rin―yang bertugas menjaga portal serta membawa tombak dan mengenakan baju zirah ke mana dan di mana pun berada.

Satu-satunya orang yang bisa keluar-masuk wilayah Dethilor tanpa pingsan setelah bertemu Dewa-Dewi itu hanyalah Pak Yong Hwanki, selebihnya tidak ada yang diperbolehkan masuk ke sana tanpa izin tertulis dari Sang Petinggi Negara. Akan tetapi, jika ada manusia yang memaksa untuk datang, para Dewa tersebut akan membuat ilusi seolah-olah mereka hanya melihat laki-laki dan perempuan paruh baya tanpa sayap, tombak, maupun baju zirah. Kemudian setelah mereka pergi, ingatan tentang kedatangannya ke Dethilor akan dihapus tuntas. Sejauh ini, hanya dua puluhan orang yang melakukan hal tersebut karena didasarkan oleh rasa penasaran, yang lain memilih untuk menaati peraturan dan menyebut Dethilor sebagai kota subur yang tak tersentuh.

Jangan lupakan dengan bagian tenggara Samelshain, pulau kecil penghasil sumber daya laut terbesar, yang mempunyai tebing curam dengan keindahan air terjunnya, ialah Pulau Wosa. Penghuninya hanya tujuh puluh jiwa, namun pulau itu menjadi destinasi wisata yang tak boleh terlewatkan. Untuk pergi ke sana, kalian harus terlebih dulu singgah ke Pantai Amrora, karena hanya dari sana lah perahu-perahu akan berlayar menuju Wosa. Pulau itu menyajikan berbagai kudapan yang tak kalah lezat dari Iscalta, terlebih kudapan lautnya. Meski hanya terdapat dua rumah makan, tapi jika masa liburan tiba, mereka akan memeroleh pendapatan yang lumayan besar, cukup untuk menyambung hidup selama hari-hari biasa dan pergi berlayar menuju Joaxshire untuk berbelanja bermacam-macam kebutuhan.

Samelshain merupakan tujuan terbaik jika kalian tengah mengalami kesulitan dan tidak punya tempat untuk tinggal. Namun, di antara seluruh kebaikan itu, pasti ada kejahatan yang selalu mengintai. Jika manusia tak dapat merenggutnya, maka iblis tentu bisa, bukan?

Jadi, jangan bersenang diri. Bersiaplah untuk sebuah kehancuran yang mungkin saja tak pernah terduga kapan akan terjadi.

𝗔 𝗨 𝗚 𝗨 𝗥 𝗬  𝗢 𝗙  𝗟 𝗨 𝗡 𝗘
ʀɪꜱᴇQᴜɪɴɴ

Augury of LuneWhere stories live. Discover now