Chapter 5 | Ke-Gemayan Aagam

20.7K 2.7K 54
                                    

NOW PLAYING | Arsy Widianto - Nembak

SELAMAT MEMBACA CERITA INEFFABLE

CHAPTER 5 | KE-GEMAYAN AAGAM

Manusia itu tau terima kasih. Kalau yang pergi gitu aja tanpa permisi ya gak jauh beda sama binatang.

***

RASANYA mengesalkan sekali saat tahu kalau Trisha akan bekerja paruh waktu dimulai dari sekarang. Rasa kesalnya semakin menjadi saat dia melihat Trisha pagi ini sarapan dengan wajah berseri-seri. Benar-benar mengesalkan, ingin rasanya dia menjambak rambut Trisha atau mencolok matanya.

"Gam, di makan dong sarapannya masa dari tadi cuma di aduk-aduk aja," ucap Veronica sambil membenarkan letak piring Aagam.

"Aagam lagi kesel sama Tica, gak mau makan!"

"Kamu ini anak cowok tapi kenapa manja gini sih Gam?" komentar Tomi terhadap anak laki-laki satu-satunya itu.

Kalau dipikir-pikir, karakter Aagam benar-benar seperti anak kecil apalagi jika keinginannya tidak dituruti maka dia akan merengek, nangis atau ngambek seharian penuh. Ciri-ciri itu seperti anak balita.

Trisha yang peka akan hal itu langsung mengambil piring Aagam dan mulai menyuapi Aagam, meskipun awalnya Aagam enggan disuapi oleh Trisha, tapi lama-lama Aagam mau juga disuapi oleh Trisha. Dia sarapan sambil bermain games di ponselnya, meski sudah berulang kali diomeli oleh Tomi dan Vero masalah bermain ponsel di meja makan, Aagam tetap tak mengindahkannya.

"Tica gimana nilai-nilai kamu? Akhir-akhir ini Om jarang ngecek perkembangan belajar kamu, habisnya di kantor lumayan sibuk?" tanya Tomi

"Seperti biasa Om," jawab Trisha disertai dengan senyuman

"Papi ini gimana, Trisha kan kerjaannya belajar ya pasti nilainya bagus selalu bertahan di nomer satu, enggak kaya anak di sampingnya tuh yang mainannya handphone terus," sindir Veronica

"Aagam denger ya Mi! Punya dua kuping tau. Ngomongin di depan orangnya lagi," celetuk Aagam, meskipun kedua matanya masih fokus ke arah layar ponselnya.

Veronica hanya menggelengkan kepalanya saat mendengar celetukan anak semata wayangnya itu. Kini tatapan Veronica beralih ke arah Trisha yang sangat telaten mengurusi Aagam, memberi Aagam minum dan menyuapinya. Trisha tidak pernah mengeluh ataupun berkata tidak terhadap perintah Aagam.

"Ca, kamu jadi tahun ini mau nyalonin jadi ketua OSIS?" tanya Vero

Trisha mengangguk, "Jadi Tante, lumayan buat CV nanti saat pengajuan beasiswa."

*CV (Curriculum Vitae)

"Ca tanpa beasiswa juga kamu pasti bisa lanjutin sekolah di univeristas yang kamu mau kan? Jangan terlalu maksain, Tante gak mau kamu sakit. Apalagi Tica sekarang udah mulai kerja paruh waktu, kalau pulang lumayan malem minta Aagam jemput ya?"

"Aagam bukan supir, mon maaf nyonya Vero." Aagam sengaja mengatakan itu untuk mengejek Maminya dan juga Trisha.

"Uang jajan Aagam mami potong kalau gitu," ancam Vero

"YHA!!! Tidak bisa seperti itu dong marimar!"

"Jemput atau dipotong uang jajan?"

"Aishh..." Aagam mendelikan matanya sebal, "Nyusahin amat sih lo," sinisnya ke arah Trisha, "lagian lo ngapain sih kerja juga, masih kurang gue kerjain setiap hari?"

Trisha hanya diam saja mendengar omelan Aagam barusan. Aagam menegak air mineral yang ada di meja lalu dia mengajak Trisha untuk segera berangkat sekolah. Tak lupa untuk berpamitan lebih dulu kepada orang tuanya dan Aagam tetap menunggu Trisha di dalam mobilnya, bahkan di sepanjang perjalanan Aagam terus saja mengomel kepada Trisha.

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang