16

38.4K 2.1K 62
                                    

Kalila bersandar di sebuah pilar di rumahnya dengan mata yang membengkak. Gadis itu bisa bebas menangis karena Alex belum pulang.

Ya, mereka berdua tidak pulang bersama. Itu karena Kalila yang terlalu malas untuk menunggu Alex apalagi ditambah dengan topik yang sedang digandrungi oleh semua teman sekolahnya.

Bikin sakit hati. Batin Kalila kesal.

Hingga kini, Kalila dan Alex bahkan tidak saling bertatapan. Di sekolah pun sama, tidak saling menyapa. Atau lebih tepatnya Kalila yang menghindari temu sapa tersebut.

"BUNDA! ALIN PULANG..."

Kalila tersadar dari lamunannya. Gadis itu segera menyeka air matanya dan berjalan menghampiri putri kecilnya itu.

"Hai, sweetie!" Sapa Kalila sambil berjongkok dan merentangkan tangannya.

Alina menghambur ke pelukan Kalila.

"Gimana pelajarannya hari ini? Alin nakal gak?"

Alina menggeleng semangat.

"Alin cama Caca udah baikan, Bunda! Ini cemua kalena Daddy. Caca ceneng banget di kacih gelang cama Daddy." Alina bercerita dengan semangat.

Kalila menuntun Alina menuju dapur dan mendudukan putrinya itu diatas kursi lalu Kalila mulai sibuk berkutat dengan berbagai macam buah-buahan untuk membuat cemilan Alina.

"Bunda buatin jus ya, sayang?" Tawar Kalila yang langsung diangguki oleh Alina.

Tak lama, Baby sitter Alina datang menghampiri Kalila dan membantu majikannya itu. "Saya bantu ya, Mba." Kata Baby sitter itu.

"Eh kamu," Sapa Kalila sambil tersenyum ramah. "Iya, kebetulan saya memang butuh bantuan. Tolong cuciin yang itu sama ini ya, bisa kan?" Tunjuknya pada dua buah yang berbeda.

"Bisa, Mba."

15 menit kemudian, Kalila sudah selesai membuat 3 gelas jus untuknya, Alina, dan Baby sitter Alina.

Kalila duduk di seberang Alina sedangkan Baby sitter tersebut duduk di samping Alina. Mereka sangat menikmati minuman itu apalagi Alina. Gadis kecil itu memang sangat menyukai jus buah, terutama buatan Kalila.

"Mba, kalau boleh tau Mas Alex akan pulang jam berapa ya?"

Kalila tersedak saat mendengar Baby sitter itu bertanya tentang Alex. Kalila mengelap bibirnya dengan selembar tisu.

"Kenapa tiba-tiba nanyain Alex?" Tanya skeptis. Kalila menyudahi minumnya karena tiba-tiba saja mood nya kembali hancur hanya dengan topik tentang Alex. "Kamu naksir?" Tebaknya lagi.

Baby sitter itu dengan cepat menggeleng keras.

"Terus?"

"Saya ingin meminta persetujuan untuk berhenti kerja, Mba. Saya gak enak kalau cuma izin sama Mba Kalila."

Kalila kembali membesarkan matanya, "Kenapa tiba-tiba?"

Baby sitter itu terdiam dan menunduk.

Kalila menghela napas sambil mengusap wajahnya gusar. "Kamu gak suka bekerja sama saya? Atau ini karena Alin nakal? Susah diatur, ya?" Kalila mengacak rambutnya kesal tapi ia berusaha meredam rasa kesal nya itu agar tidak terlalu kentara. "Kan kamu tau, dia masih kecil. Maklumin aja lah kalau Alin susah diatur. Toh, kamu juga dulu begitu kok. Alin harus menikmati masa-masa kecilnya karena itu tidak bisa ia ulang."

"Maaf kalau saya suka marah-marah atau nyuruh kamu terus. Jangan berhenti, ya?" Bujuknya lagi.

"Gak, Mba, gak apa-apa kok," Sela Baby sitter itu sambil menggerakan tangannya. "Bukan Mba alasan saya ingin berhenti." Tambahnya lagi.

High School Parents [TERBIT EBOOK!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang