39 √

4.1K 873 113
                                    

"Tante, apa kabar?"

Sia menyapa Anisa dengan ramah membuat Naya yang berada di antara mereka tidak bisa untuk tidak mendengkus.

"Tante baik. Kamu sendiri bagaimana kabarnya?" Anisa membalas dengan senyum manisnya.

Anisa pernah mengenal Sia sebagai kekasih anaknya yang sekarang sudah menjadi mantan.

"Aku baik, Tante. Tante di sini mau nemenin Abi syuting?" Sia bertanya dengan basa-basi sementara matanya melirik tak suka pada Abi yang tengah duduk berduaan dengan perempuan yang sudah memerasnya.

Tersenyum lembut Anisa membalas, "enggak juga. Kebetulan tante  mampir karena kata Dilla, dia mau lihat artis-artis yang lagi syuting."

"Bukan artis-artis tapi Abi yang mau di pelototi sama kucing garong satu ini," gumam Naya pelan.

"Kamu ngomong apa, Nay?" tanya Abi yang tidak seberapa mendengar suara Naya. Meski mereka duduk berdampingan namun Abi sendiri tidak bisa mendengar apa yang dibicarakan istrinya itu.

"Bukan apa-apa. Cuma lagi ingat ada berita online yang aku baca di instagram tadi," sahut Naya kalem, sementara bibirnya tidak berhenti mengunyah mangga muda yang di suap Abi padanya.

"Berita tentang apa?"

"Seorang pelakor yang di temui terkubur di belakang rumahnya," jawab Naya mantap, membuat Anisa, Dilla, dan Sia yang berdiri di hadapan mereka segera menoleh secara bersamaan.

"Oh, iya? Gimana ceritanya?" tanya Abi mengikuti alur karangan istrinya.

"Iya, soalnya pelakor itu sering gangguin suami orang terus dikubur hidup-hidup sama istri sah dekat comberan rumahnya."

"Enggak mati?" Abi mengulum senyum menatap Naya yang menceritakan hal tak masuk akal.

"Mati, dan aku bersyukur akan hal itu. Kalau aku jadi istri sah itu, aku enggak cuma bakal kubur dia hidup-hidup tapi sebelumnya aku bakalan buat sambel cabai ijo terus aku gosok di rahim dia. Biar di dunia lain dia enggak kegatelan."

Anisa menelan ludahnya pahit mendengar jawaban menantunya yang terdengar sadis ini.

Lagi berencana saja sudah sadis apalagi jika terjadi beneran dan Anisa tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi sama perempuan yang berniat merebut Abi darinya.

"Enggak boleh ngomong gitu, enggak baik." Abi dengan lembut memperingati istrinya sementara matanya sendiri melirik perut rata Naya samhil beristiqfar dalam hati agar anaknya kelak tidak mengikuti mulut cabai istrinya.

"Lha, aku, kan, ngomong fakta, Bi. Apalagi sekarang, kan, pelakor ganas-ganas. Ih, serem." Naya bergidik ngeri membayangkan rupa pelakor yang sekarang lebih ganas dari pada istri sah.

"Tante, ayo kita pulang. Tadi tante bilang mau arisan, kan, sama teman-teman tante?" sela Dilla terlebih dahulu. Dilla enggan berada di dekat Naya untuk saat ini karena tatapan ganas perempuan itu yang seakan ingin menelannya hidup-hidup.

"Oh, iya. Hampir saja tante lupa." Anisa menepuk dahinya pelan kemudian pamit pada Abi, Naya, dan Sia untuk segera pulang.

Usai kepergian Anisa dan Dilla, keheningan melanda tempat Abi saat ini. Sia yang penasaran dengan keberadaan Naya di dekat Abi memutuskan untuk bertanya guna menuntaskan rasa penasarannya.

"Dia pacar dunia akhirat gue," sahut Abi kalem, sementara Naya hanya diam dan tidak protes.

Naya belum ingin go public saat ini dan memutuskan untuk go public ketika kelahiran anak mereka dan perayaan pesta pernikahan mereka beberapa bulan lagi.

PENGANTIN KHAYALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang