18.2 √

3.5K 618 26
                                    

Abi pulang ketika jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Pria yang sudah  berstatus sebagai seorang suami itu mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan di lantai satu dan tidak melihat sosok orangtua, adik, atau istrinya, Naya.

"Umi sama abah mana, Mpok?" Abi bertanya ketika tidak melihat kehadiran umi dan abahnya.

"Tuan dan nyonya sedang keluar kota, Den. Berangkat tadi habis maghrib," jawab Mpok Ipah dengan logat betawi. "Sedangkan Non Aley ada di kamarnya dari tadi begitu juga dengan nyonya Naya," imbuhnya memberitahu secara rinci.

Abi mengangguk paham, kemudian memutuskan untuk naik ke lantai dua di mana kamarnya berada. Membuka pintu dengan cara pelan berharap suaranya tidak mengganggu tidur Naya yang ia yakini sudah tertidur dari tadi.

Ketika sudah mengunci pintu kamar, Abi memutar tubuhnya dan terbelalak melihat tempat tidur yang kosong tanpa ada kehidupan di atasnya. Abi mengedarkan pandangannya dan tanpa sadar pria itu menghela napas lega menyadari keberadaan Naya yang tengah duduk tenang di atas sofa menghadap televisi menyala.

Berjalan pelan menghampiri Naya kemudian ia berdiri tepat di depannya sembari mengulurkan tangannya yang disambut tatapan bingung Naya.

"Ngapain?"

Tersenyum lembut Abi menjelaskan, "salim waktu suami mau berangkat pergi atau pulang."

"Oh."

Naya mengangguk paham kemudian mengambil tangan Abi dan menciumnya sama seperti yang ia lakukan ketika hari lebaran tiba.

"Kalau begitu aku mandi dulu."

Abi tersenyum sebelum melangkah ke arah tempat tidur dan melihat sepasang piyama dan pakaian dalam yang tergeletak di atasnya.

"Itu umi yang taro di situ," ujar Naya tanpa menoleh ke arah Abi. Fokusnya pura-pura menatap televisi dengan serius agar ekspresi wajahnya tidak terlihat.

Abi tersenyum sembari menggelengkan kepalanya mendengar penuturan Naya yang Abi tahu jelas jika itu murni kebohongan sang istri.

Lagi pula sejak kapan umi meletakkan pakaiannya di atas tempat tidur?  Mungkin pernah ketika Abi masih kecil dan beranjak ke usia remaja. Namun, ketika ia sudah merasa dewasa, Abi tidak pernah lagi memberi izin uminya untuk melakukan pekerjaan tersebut karena Abi bisa melakukannya sendiri.

"Iya, terima kasih," sahut Abi dengan suara lembut.

Naya ini jika mau berbohong tentang sesuatu harusnya ia memastikan sesuatu dulu. Mungkin istrinya ini tidak ingat jika  abah dan umi sedang tidak berada di rumah, pikir Abi terkekeh dalam hati.

20 menit kemudian Abi keluar dari kamar mandi dengan tubuh fresh. Tatapannya tertuju ke arah ranjang dan menemukan Naya yang sudah tertidur dengan memunggungi sisi tempat tidurnya.

Pria itu menghela napas sebentar dan berniat turun ke bawah mencari makan guna mengisi perut yang sudah keroncongan. Kebetulan tadi ia tidak sempat untuk makan di luar karena banyak pekerjaan yang sudah menunggu.

Langkahnya terhenti ketika melihat sesuatu di atas meja depan sofa tempat Naya duduk tadi. Abi menghampiri sofa tersebut dan duduk di depannya kemudian mengangkat satu piring nasi beserta lauk pauk yang di pisah dengan piring berbeda.

Senyum kecil Abi tersungging dengan mata melirik punggung Naya yang pasti sudah terlelap lebih dulu. Kemudian senyumnya semakin melebar ketika melihat satu gelas air putih dan vitamin yang tergeletak begitu saja di samping piring berisi lauk.

Naya perhatian sekali, pikir Abi senang. Bahkan uminya belum pernah menyiapkan hal sedemikian detail untuknya seperti yang dilakukan Naya.

Cepat-cepat pria itu mulai menghabiskan makan malamnya yang cukup terlambat kemudian menelan vitamin yang sudah di siapkan lalu setelah itu ia bergerak menghampiri tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di samping Naya.

PENGANTIN KHAYALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang