BAB 27 : Another Chance

Start from the beginning
                                    

***

Iqbaal itu terdiam di atas balkon kamarnya. Heningnya malam menjadi teman kala dingin udara memeluk tubuh berbalut kaos lengan pendeknya.

Perasaan menyesal begitu mendera di dirinya. Ratusan makian membuat lantunan sendiri yang ia ucapkan dalam hati.

Iqbaal tak menyangka jika ia akan senaif ini. Dia bahkan tak pernah berpikir jika efek gadis itu sungguh luar biasa baginya saat ini. Senyuman tipisnya terukir kala mengingat kebodohan dirinya disaat mengatakan dengan gamblang jika merindukan Salsha.

Memangnya pantas?

Dia bahkan sudah menyakiti perasaan gadis itu dengan kenyataan yang tlah terungkap. Tentang perasaannya pada Salsha dulu. Tentang rasa tidak sukanya dulu. Tentang kepura-puraannya dulu. Sungguh, dia menyesal.

Laki-laki itu mengusap rambutnya kasar. Pening di kepala melandanya. Seolah ada tumpukan kilo beban yang ada di kepalanya.

"Salsha..." desisnya di keheningan malam.

Lagi. Iqbaal memandang pilu hamparan bintang yang berserakan di atas langit. Dia tak tau apakah pilihannya ini benar atau salah. Iqbaal tau dia perlu memperjuangkan jikalau ingin tapi sudut pandang pikir lainnya berkata lain.

Salsha pantas bahagia, meski tanpa dirinya.

Terdengar pilu tetapi pada kenyataannya dia adalah antagonis disini.

***


Siang itu, di tengah teriknya sinar dan riuhnya siswa SMA Garuda yang menikmati waktu istirahat kedua mereka. Iqbaal dengan gontai keluar dari ruang kepala sekolah. Iris hitamnya meredup serta kantong mata yang membingkai membuat pandangannya tampak begitu lelah.

Setumpuk berkas yang direngkuhnya seolah menguatkan langkahnya. Astaga! Dia bahkan tak tidur—memilih merenung—setelah menyelesaikan lembaran-lembaran kertas yang memakan waktu lama hingga pukul satu dini hari.

"Baal!" Sebuah rangkulan hingga di bahunya. Dia menoleh mendapati sepupunya yang menatap dengan senyuman manis.

"Apa?"

"Hehehe..." Gadis itu menyengir membuat Iqbaal menarik satu alisnya ke atas.

Heran? Tentu saja!

"Kenapa Kak Jes?"

Gadis itu masih tersenyum kemudian berbisik pelan pada sepupunya.

Iqbaal memutar bola matanya. Wajahnya masam. "Kenapa mau? Harusnya gantungin dulu sampe beberapa bulan baru mau balikan lagi!" katanya sebal.

"Saran lo tuh terlalu ekstrim. Naif juga. Kalo masih cinta kenapa harus nunggu waktu lama? Lagian nih ya, gue takut aja kalo dia bakal nyerah sama gue."

"Ya itu tandanya dia gak beneran sayang sama lo! Udah sana putusin lagi!"

"Enak aja!" Tangan ringan Jessi menyentil pelan dahi Iqbaal, "lo pikir kehilangan orang yang bener-bener ngambil alih semua hati itu mudah?"

Iqbaal mengusap dahinya dengan repot. Inginnya mengusap dengan map namun takut jika dahi mulusnya akan tergores.

"Lagian nih ya, perasaan seseorang itu bisa berubah karna waktu. Kita gak pernah tau kapan perasaan kita bakal berganti ke orang yang lain—yang bahkan gak pernah kita duga," ujar yang lebih tua.

My Sweetest ExWhere stories live. Discover now