EL 5 - Sederhananya Jatuh Cinta

Start from the beginning
                                    

Jika ada orang yang ingin sekali ku lindungi di Mesir ini selain Kak Gee, maka Kak Jihan-lah orangnya.

• • •

Navishe langsung masuk ke dalam kamarnya ketika sampai di apartemen. Gadis itu meletakkan semua draft disertasi yang tadi dibawanya di atas meja belajarnya. Lalu melemparkan tasnya ke atas queen size yang terletak di tengah ruangan olive green itu. Tanpa kata Navishe berjalan cepat menuju balkon apartemennya.

 Tanpa kata Navishe berjalan cepat menuju balkon apartemennya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ish! Nyebelin banget sih!" teriaknya tanpa peduli sekitar.

Navishe bahkan menghentakkan kakinya pelan seraya menatap ke arah gerimis yang telah menyambutnya. Rasanya hujan kali ini benar-benar mampu meredupkan amarah yang sudah sampai puncak ubun-ubunnya. Bagaimana Navishe tak kesal, menyamakan jadwalnya dan jadwal Profesor Ustman itu sulitnya naudzubillah. Dan saat sudah menemukan waktu yang tepat, Profesor tersebut melupakan janjinya begitu saja. Atau mungkin tak sengaja lupa karena pertemuan di sana sepertinya tak terprediksi sehingga Prof. Ustman mau tak mau harus pergi. Meninggalkan sang gadis pecinta pink ini memberengut dibuatnya.

"Udah capek-capek ke kampus. Udah nabrak orang juga. Udah begadang semaleman karena mau revisi bab tiga. Ehh ... malah gak dateng! Ngomong dong Prof kalau gak bisa dateng. Aku 'kan gak mesti buru-buru ke kampus dan bikin malu di lobby," gerutuan itu bertambah panjang karena sepertinya Navishe belum puas menumpahkan segala kekesalannya. Sebenarnya tidak begadang semalaman karena revisi saja, Navishe hampir setiap malam terjaga karena harus menyelesaikan pekerjaannya. Mau diserahkan bagaimana pun perusahaan milik sang Ayah pada Om-nya. Tetap saja Navishe tak bisa lepas tanggungjawab begitu saja. Memonitoring jalannya perusahaan, memeriksa semua kebutuhan dan pengeluaran perusahaan. Semua itu melelahkan. Karena dari itu dia pernah berniat akan menjadi ibu rumah tangga saja kalau sudah menikah. Seperti Mommy Ayana.

Duhh ... Mommy cantik, Vee kangen nih. Pengen curhat banyak-banyak. Mommy main kesini dong!

"Iiiiihhh ... pokoknya awas aja ya! Besok-besok aku gak mau lagi di php-in. Sakit hati akutuh!" Navishe kembali mengeluarkan kekesalannya, kemudian gadis itu menopang dagu dengan sebelah tangannya. Matanya menyipit sembari mengulurkan tangannya yang lain untuk merasakan hujan yang menyapa bentala.

Hujan selalu mengingatkannya akan kenangan yang ia rasakan di balik tirai cerianya. Selain karena dirinya selalu ditemani Elzaid di kala hujan. Ayah dan Bunda-nya juga meninggalkan dirinya ketika hujan. Waktu terbaik dan terburuk dalam hidupnya itu datang secara bersamaan. Pertama kalinya ia bercengkrama dengan Zaid adalah ketika hujan, juga terakhir kalinya ia bertemu Zaid saat datangnya hujan. Di hari yang sama itu pula, kedua orang tuanya meninggalkan Navishe untuk selama-lamanya.

Hujan itu ... bisa menjadi penyelamat sekaligus pembawa kenangan terburuk untukku. Aku menangis karena Ayah dan Bunda yang terlalu sibuk ketika hujan, aku berbicara dengannya pertama kali juga karena hujan, dan aku berpisah dengan mereka semua juga di saat hujan. Rain ... did you know something? I love you as much as I hate you.

EL [Eternal Love] ✔️ [TERBIT]Where stories live. Discover now