3

295 36 0
                                    

Syifa menurunkan tanganya yang sedari tadi melambai begitu mobil mamanya hilang dari pandangan.

Gadis itu berbalik kemudian menghrla nafas lega.

"Mamah, mamah, udah dalem keadaan kaya gini masih sempet sempetnya merhatiin cemilan aku segala." Syifa keheranan dengan mamanya yang kadang menurutnya terlampau baik dan pengertian itu.

Gadis itu memencet tombol lift untuk yang kedua kalinya. "Ini kok lama banget si liftnya. Kak Dini sama Pak Indra pasti udah nungguin nih, kan jadi gak enak." Grutunya pada diri sendiri.

*Ting*

Suara lift yang telah sampai di lantainya berbunyi. "Nah" gumam syifa pelan sembari tersenyum tipis.

Baru juga kakinya hendak melangkah, tapi begitu pintu lift terbuka laki-laki yang ada di dalam sana tiba-tiba lari secepat kilat dengan telfon di telinganya. Syifa yang kaget refleks mundur beberapa langkah supaya tidak tertabrak tubuh jangkung yang ada di hadapanya.

"Ky, woy, tunggu!" Teriak lelaki satunya yang juga kini berlari keluar dari lift.

"Astaghfirullah," syifa memegang dadanya sembari mengatur nafas. "Itu orang kenapa sih, udah kaya dikejar setan lari kenceng banget gitu tiba-tiba." Grutu Syifa yang sedikit kesal sembari memandangi punggung cowok jangkung yang semakin menghilang dari pandanganya.

Tanpa Ia sadar pintu lift yang sudah lama terbuka, perlahan mulai hampir tertutup rapat.

"Ehh!!" Secepat kilat gadis itu memencet tombol lift, beruntung pintu lift itu belum lama tertutup.

Syifa melangkah masuk ke dalam lift dan lagi-lagi menghembuskan nafas lega. "Huhhh, untung aja. Kalo engga males banget nunggunya lagi, gaenak juga kelamaan sama Pak Indra sama kak Dini." Gumamnya lirih.

-----------<di ruang meeting>-----------

"Permisi Pak, maaf saya telat Pak." Ujar Syifa setelah dipersilahkan masuk oleh Pak Indra.

Pak Indra tersenyum ramah. "Oh, enggak gakpapa kok Syif, tadi kan kamu gak telat, cuma karna ada urusan jadi turun lagi kan. Tadi Dini udah bilang."

"Hehe, iya pak, tadi Mama nganterin snack, soalnya abis ini lanjut pemotretan."

"Waduh, Ibu Chandra dari jaman dulu pas kamu syuting masih kecil sampe udah abege begini masi tetep sama ya perhatianya. Hahaha. Hebat, hebat." Puji Pak Indra yang memang sudah kenal baik pula dengan mama syifa.

"Iya Pak, alhamdulillah hehe."

"Ehh ayo Syif duduk, duduk, silahkan."

Syifa langsung duduk di sebelah Kak Dini, asistenya sejak lama.

"Dek, kok lama sih?" Bisik Ka Dini pada Syifa yang kini telah duduk di sampingya.

"Maaf kak, tadi liftnya lama, terus si Mama biasa, khawatir ninggalin aku sendirian."

"Ooohh," kak Dini beroh ria mendengar jawaban Syifa. "Kamu tadi ketemu Rizky gak? Tadi soalnya dia juga ke bawah tuh belom lama."

Syifa menautkan alisnya bingung. " hah? Rizky? Rizky yang mana kak?"

"Waduh sayang banget nih syif, tadi si Rizky baru aja pulang duluan, soalnya ada urgentsy katanya. Jadi gabisa reading bareng deh kalian." Pak Indra membuka suara, memecah obrolan pelan antara syifa dan kak Dini.

"Ah? Oh, iya gakpapa, Pak." Jawab Syifa sedikit bingung.

Syifa masih berpikir dalam hati.

'Rizky? Rizky yang mana ya? Apa mungkin Rizky aditya? Apa Rizky febian? Eh tapi dia mah kan penyanyi. Rizky yang mana sih?'

"Yah,tapi yaudahlah ya, gakpapa kan syif reading sendiri dulu? Next time kita atur lagi biar bisa reading sama rizkynya juga ya, biar dapet chemistrynya." Suara Pak Indra membuyarkan lamunanya.

"Oh, iya pak gakpapa kok." Jawabnya singkat kemudian membaca teks sinopsis yang ada di depanya.

Melodi Untuk SunyiWhere stories live. Discover now