1. Rasa Kantuk yang Tidak Kunjung Berlalu

19 4 0
                                    

Ketika pesawat yang ditumpanginya mendarat di Bandara Soekarno Hatta, Fin masih tertidur. Sejak pesawat lepas landas hingga kini mendarat, Fin tertidur pulas. Ia tidak sempat mengucapkan 'Halo! Dari mana, Pak? Ada urusan apa ke Jakarta?' pada pria paruh baya yang duduk di sebelah kursinya. Ia benar-benar langsung pulas tertidur, dan tak memedulikan dunia di sekitarnya.

Ia bersandar pada dinding kabin dengan melipat kedua tangannya yang ditutupi jaket tebal. Jaket katun yang bisa dibilang sangat tebal. Mungkin sebenarnya jaket itu kurang cocok jika dipakai di Indonesia, apalagi di Jakarta yang tetap berudara hangat meski musim hujan datang. Orang-orang tidak akan mau mengenakan jaket setebal itu. Berjalan sedikit, pasti akan langsung mandi keringat.

Namun, Fin tidak demikian. Ia tidak tahu kenapa dirinya selalu merasa kedinginan dan ... mengantuk. Mungkin karena ia bertubuh kurus? Entahlah. Orang bilang, semakin sedikit lemak maka semakin sedikit pula penghangat tubuh. Maka dari itu, orang kurus cenderung mudah kedinginan. Dan orang juga bilang, udara dingin bikin mengantuk. Ah, tapi yang kedua mungkin hanya mitos. Sebab penyebab Fin sering mengantuk bukan karena udara dingin, tapi memang karena kelainan tidur yang ia alami.

Kasihan, Fin. Dia bahkan disebut sebagai Putri Salju versi laki-laki oleh pramugara yang membangunkannya saat penumpang pesawat sudah turun dan kabin sudah sepi. Pramugrari itu memandang Fin dengan perasaan yang aneh. Ada takjub. Juga heran. Bagaimana tidak? Fin termasuk cowok yang tampan. Alisnya tebal menghiasi dahinya yang datar. Bulu matanya lentik seperti anak perempuan. Hidungnya mancung mirip hidung orang Kaukasia. Dan bibir tipis merah jambunya cocok sekali dengan wajah mulusnya yang tanpa jerawat. Rasanya, hanya ada satu kekurangannya, yaitu kantung matanya yang besar dan gelap benar-benar kontras untuk kulitnya yang putih pucat. Sayang sekali.

Pramugara itu menikmati ketampanan Fin sejenak. Sedikit ragu untuk membangunkannya. Ia menatapnya lekat sembari bergumam dalam hati. Apa dia benar-benar tidur? Tidurnya nyenyak sekali. Lihat! Dia seperti Putri Salju yang tertidur selepas memakan apel beracun. Sang pramugara merasa kikuk. Ini kali pertamanya mengagumi keindahan seseorang yang berjenis kelamin sama dengannya. Ada perasaan aneh yang bergantung di dadanya, perasaan yang belum pernah dinamakan oleh siapapun sebelumnya.

"Pak ..." Sang Pramugara menepuk bahu Fin dengan amat sangat lembut. Tidak cukup kuat untuk membangunkan Fin. Pramugara itu ragu, apa cara seperti itu akan berhasil. Bagian mana yang harus disentuh? Harus seberapa kuat? "Pak ..." Ia mencobanya lagi, dengan tenaga yang ditingkatkan meski hanya sedikit. Namun sayang, Fin tetap tak bergerak. Si pramugara berpikir sejenak. Bagaimana cara membangunkannya? Tapi ia malah terpikirkan cara pangeran membangunkan Putri Salju. Itu gila! Seru sang pramugara dalam pikirannya sendiri. Ia tidak mau terjerumus terlalu jauh dalam pikirannya yang tidak-tidak. Ia ingin cepat-cepat mengakhiri situasi itu. Alhasil, ia memutuskan untuk menggoyang-goyangkan tubuh Fin dengan kencang.

"Pak ..." Dan berhasil. Fin terbangun. Kaget. "... kita sudah sampai di Jakarta." Fin membuka matanya yang memerah berair. Ia menoleh ke arah pramugara itu. Mata mereka bertemu. Sang pramugara lekas berdiri dengan benar dan mengalihkan pandangannya. Mencegah rasa canggung yang kian menelannya.

Fin menguap, meregangkan otot-ototnya. Sang pramugara menawarkan bantuan untuk mengambilkan barang bawaannya di lemari kabin. Fin menolak. "Nggak apa-apa. Saya bisa sendiri. Terima kasih," katanya seraya melepaskan sabuk pengaman dari tubuhnya. Sang pramugara mengangguk, kemudian meninggalkan Fin dan bergabung dengan teman-temannya di bagian pesawat yang lain. Ia berjalan dengan perasaan yang janggal, perasaan seperti ia harus meninggalkan sesuatu yang ia inginkan. Ia tidak bisa menjelaskannya. Yang ia tahu, perasaan semacam itu pernah dirasakannya sewaktu kanak-kanak dulu, saat ia menginginkan boneka Barbie, tapi terpaksa harus ia relakan tanpa mengatakan bahwa ia ingin karena ia tahu bahwa ibunya akan melarang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 27, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HYPERSOMNIAWhere stories live. Discover now