Mimpi Yang Patah

5.3K 947 94
                                    

Happy reading Enjoy the story

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading
Enjoy the story

Jika diingat-ingat Taehyung itu terhitung sering di rawat di rumah sakit. Penyakit lambung, Hypothermia, dan beberapa kali cedera yang ia dapat dari basket, tapi cedera yang Taehyung dapat sekarang membuatku amat khawatir. Sejak tubuh Taehyung dinaikan ke ambulance, Taehyung sudah tidak sadarkan diri. Berada di samping Taehyung sepanjang perjalanan membuat kepalaku tidak berhenti memikirkan hal-hal buruk. Kalau bisa aku ingim menangis sekencang mungkin.

Preman kepala plontos tadi memukul belakang kepala Taehyung sangat keras, belum lagi pergelangan kaki Taehyung yang diinjaknya kuat. Dua kali, pula.
Selama perjalanan menuju rumah sakit, aku terus mengatakan pada diriku sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Taehyung tidak akan terluka parah, lalu masalah Jimin akan segera selesai. Namun nyatanya, semesta lebih menyukai cara lain.

"Hyung, Taehyung akan baik-baik saja, kan?" Kataku pelan pada Seokjin hyung yang berdiri di samping pintu ruang gawat darurat. Meskipun Seokjin hyung adalah salah satu dokter di rumah sakit ini, ia tidak ditugaskan di unit gawat darurat. Tidak sembarangan orang bisa masuk ke sana.

"Baik. Semuanya akan baik-baik saja. Jangan khawatir."

Hening kembali menyelimuti malam, derik roda bangsal yang di dorong diatas lantai bergema dari kejauhan. Bau disinfectant yang menyengat membentuk tabir tak kasat mata, belum lagi suara keributan di dalam ruangan yang tidak berhasil menyusup keluar tetapi berhasil membuat jantung kami berdegup kencang. Malam itu rasanya waktu berjalan amat lambat, detik jam dan suara degup jantung menghisi keheningan, setidaknya sampai seseorang datang dengan wajah panik, keringat membasahi dahinya dan lengan kemeja yang digulung sampai siku.

"Apa yang terjadi?"

Nada suaranya yang rendah bercampur dengan suara helaan napas akibat berlari.
Aku menggigit bibir bawahku, tidak tahu harus menjawab apa dan bingung menjelaskan ceritanya darimana.

"Kalian tidak mau menjawab pertanyaanku? Apa yang terjadi? Kenapa Taehyung bisa berakhir di sini?"

Dia kembali mengulang pertanyaannya dengan nada khawatir yang kentara disisipi amarah yang siap meletup kapan saja.
Aku menundukan kepala dalam. Tidak mau melihat bagaimana raut wajah cemas Yoongi hyung.

"Tenanglah, Min Yoongi. Semuanya akan baik-baik saja."

Yoongi hyung mendengkus mendengar jawaban Seokjin hyung yang tidak memuaskannya. "Omong kosong macam apa itu? Siapa orang baik yang masuk ruang gawat darurat?! Berhenti bersikap semuanya baik-baik saja, hyung. Berhenti berpura-pura!"

Suara Yoongi hyung makin meninggi. Ini pertama kalinya aku mendengar Yoongi hyung membentak Seokjin hyung. Tanganku sampai gemetar.

"Jaga bicaramu, Min Yoongi. Dimana sopan santunmu, huh?!" balas Seokjin hyung tidak kalah mengintimidasi.

UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang