Sinta Nuria - Perihal Dia

33 3 0
                                    

Purnama kemarilah, biar aku ceritakan perihal perih. Ketika trauma mendekap cinta pemilik nestapa. Saat aku kecewa pada tamu yang lupa mengetuk pintu. Tanpa rasa ragu menjelajahi setiap jengkal rindu. Menikmati suguhan kasih yang tak sengaja tergeletak di atas meja. Belum mendapat izin resmi sudah kau lahap habis jamuan yang ada. Memberi kenyamanan setelah hatimu kenyang dengan harapan. Menjanjikan kebahagian ketika ragu menyemai pilu. Membuang jauh-jauh kenangan buruk yang pernah ada. Menghindarkan diri terhadap lara yang mungkin akan datang menyambut luka. Kau sempurna meluluhkan rasa. Membuatku percaya kembali akan cinta. Mampu meyakinkanku bahwa masih ada kamu ketika dunia menjauh. Hingga ku putuskan mengunci pintu agar kau tetap tinggal. Dan tak akan ku biarkan kau keluar dari istana yang pernah kau rampas sebelumnya. Ketika itu aku benar-benar berharap kau akan terus menetap. Menemaniku membuka jendela menyambut surya. Juga menghidupkan lentera bersama-sama ketika senja tiba.
Kabar buruknya kau memiliki kunci cadang tuk membuka pintu mengeluarkan peluh yang tersisa. Saat kau kenalkan kepadaku sebuah cinta. Ketika aku berhasil berinteraksi dengannya. Saat itu pula kau pukul mundur pasukan harap dalam jiwa. Kau tau? Hati yang tak bertulang ternyata bisa patah juga. Saat ku putuskan berdamai dengan keadaan dan mulai menerima kau sebagai tamu yang tak sengaja singgah mempersembahkan bahagia. Kau banting setir menghancurkan semua. Kau tahu betapa sulitnya bangun dari tidur tertindih duka yang meluap? Kau tak akan pernah tahu karena kau hanyalah uap air yang segera kering. Kau pun tak akan pernah tahu bagamana sulitnya aku bersatu dengan letih berjuang melawan lelah tuk mencipta kenyamanan realita.
Aku tak percaya bila kau memiliki cadang kunci itu dan kau sembunyikan pada saku celana. Sengaja tak kau tunjukkan sebelum aku merasa nyaman. Kau tahu? Banyak harap yang belum terwujud. Banyak cita yang menuntut terlaksana. Dan yang paling utama ada hati yang ingin sembuh dari luka. Tapi, kau justru memperburuk semua. Semuanya palsu. Semuanya menyakitkan. Semuanya membekas begitu memilukan. Entah karena aku yang tidak rela ditinggalkan atau kamu yang teka pergi karena bosan.
Kau pergi dari rumah singgahku hanya untuk membuka pintu saat ketukan terdengar. Wanita elok yang berhasil menumbuhkan kenyamanan dalam hati pangeran. Membawakan buah tangan dari tempat asal berupa kasih sayang. Duniamu sempurna sayang, setelah kau hancurkan hati sang pecundang kini kau dapatkan bidadari yang indah dipandang. Pengecut sepertiku yang takut menikmati cinta karena takut menjadi pecandu luka tak pernah pantas bersanding denganmu yang mahir dalam bermain drama. Menjadi tokoh utama dalam kisah cinta yang tak beresiko terluka.
Tepat sekali keputusan patera dalam berserah diri pada angin ketika dirinya kering dan gugur dari ranting. Ikhlas mengikuti arah mana pun yang dilewati bayu. Tak mengeluh ketika tertabrak hantaman keras di depannya tetap terus mengikuti ke mana pun angin berada. Mungkin aku akan belajar darinya. Untuk menikmati sisa luka sebelum berdamai dengan dunia. Melepas sedikit demi sedikit rasa lara.  Mencoba, sudah terserah apa kata Tuhan. Tidak teramat memaksa juga mencampuri atas kehendak-Nya. Karena aku hanyalah rapuh yang berusaha untuk tangguh setelah luka benar-benar melepuh.

Wp : @SintaNuria_25
Ig : The_gethuk_uyyye

Walk on MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang