" Baiklah, kalau begitu Sophy istrahat dulu yah". Sahutku dengan wajah yang sudah ngantuk.

Usai sudah percakapan yang semakin larut itu, setelah memutuskan untuk tidur lebih awal. Dan ketika pagi menjeput lagi, seperti biasa aku selalu berdiri di balik jendela kamarku melihat keluar sana dan membantu ibu dalam pekerjaan rumah sampai waktu berangkat sekolah tiba. Ketika ayahku pulang beliau mengantarku ke sekolah. Tapi dalam perjalanan ke sekolah aku melihat anak laki-laki itu lagi yang juga teman kelasku sedang berjalan terburu-buru menuju sekolah. Sesampai di sekolah akupun menuju kelas akan tetapi anak itu belum sampai ketika aktivitas belajar sudah dimulai.

Akativitas belajar sudah berlangsung lama tiba-tiba aku melihat anak itu telah masuk ke kelas.

" Assalamuallaikum, maaf saya terlambat ". Dengan wajah yang lesuh ia mengucapkan salam.

" Hari ini kamu terlambat lagi, sebaiknya harus dihukum kali ini agar tidak terlambat lagi nanti". Jawab guruku yang mulai resah dengan keterlambatan anak laki-laki itu.

Langsung saja guruku menghukumnya dengan menyuruh anak itu berdiri di depan kelas sambil memegang kedua telinganya. Dan guruku meneruskan proses belajar mengajar dengan menanyakan apa impian kami di masa depan.

" Baik, hari ini saya ingin tahu apa impian kalian di masa depan". Kata guruku.

Setelah bertanya kepada teman-teman kelasku, tak lama kemudian giliriranku ditanya oleh guruku.

" Sophy apa impianmu di masa depan". Tanya guruku padaku.

" Entahlah, saya belum memikirkan itu". jawabku dengan penuh kebingungan.

" Bagaimana bisa gitu, kamu harus punya impianmu sendiri". Pinta guruku.

" Nah sekarang kalau kamu Benny, apa impianmu di masa depan". Tanya guruku lagi ke anak laki-laki yang masih berdiri dan memegang telinganya di depan kelas.

" Oh, namanya Benny". Kataku dalam hati karena baru tau nama anak laki-laki itu.

" Kalau aku cuman ingin berguna untuk orang lain saja". Jawab Benny si anak laki-laki itu.

Ketika usai tanya jawab tentang impian kami, suara lonceng bel sekolah pun berbunyi. Berakhir sudah aktivitas di kelas kami, tapi aku merasa kasihan pada Benny ia berdiri di depan sampai jam belajar selesai. ketika keluar dari kelas aku mencoba mendekati Benny karena penasaran dengan keanehannya.

" Hei, Benny". Sapaku pada anak laki-laki itu.

" Iya ada apa". Sahutnya dengan wajah murung seperti biasa.

" Kenapa kamu sering terlambat dan seragammu juga selalu kusut, apa ibumu tak setrika untukmu yah". Tanyaku yang berlebihan pada Benny dan merasa aneh melihat seragamnya yang kusut nan kotor.

" Ibu dan ayahku sudah meninggal, aku hanya tinggal dengan adik dan neneku, dan nenek sudah terlalu tua untuk mengurusku. Dengan menyekolahkanku saja aku sudah bersukur. Mohon maaf aku harus pergi". Jawab Benny dengan wajah yang seakan tak suka ditanya-tanya.

Tiba-tiba ayahku sudah menjeputku, dan Benny setiap harinya terlambat dan dihukum seperti biasa dengan seragam kusut yang ia kenakan. Sampai pada akhir semester kami.

Suatu ketika dalam ujian akhir semester ayahku lupa menjeputku, lamanya menunggu aku melihat Benny berjalan sendiri dan akupun mengikutinya dari belakang sampai ke rumahnya. Dan ketika aku berdiri di depan rumahnya ayahku datang dan memarahiku sebab tidak menunggunya jemputannya dan langsung membawaku pulang. Ketika hari esok tiba, dalam perjalanan ke sekolah aku meminta ayah berhenti di depan rumah Benny sebentar. Lalu yang kulihat Benny berdiri di depan rumahnya sudah memakai celana seragam, tapi tanpa kamejanya, tiba-tiba seoarang anak lelaki muncul dan melepaskan kameja yang ia kenakan dan memberikan pada Benny. Ternyata Benny dan adiknya bergantian memakai seragam pantas saja selalu kotor dan kusut, terlebih keterlambatanya ke sekolah karena menunggu adiknya pulang dulu karena menunggu seragamnya.

" Kamu Lihat apa Sophy, ayo kita ke sekolah nanti terlambat kamu". Tanya ayah penasaran.

" Tidak ayah, ini adalah rumah teman sekelasku dia sering terlambat ke sekolah dan seragamnya kusut juga kotor setiap hari, ternyata dia bergantian memakai seragam dengan adiknya". Jawabku dengan air mata yang mengalir ke pipiku.

" Apa yang kamu katakan Sophy apa orang tuanya tidak membelikan mereka seragam masing-masing yah". Tanya ayah dengan penuh keheranan.

" Bukan, ayah dia anak yatim piatu dan neneknya yang mengurus dia dan adiknya, lihat saja rumahnya kumuh sampai-sampai hampir rubuh itu. mereka orang susah ayah". Jawabku nada sedih.

Ketika itu ayahku langsung mengantarku ke sekolah lalu beliau mengatakan bahwa kita harus menyayangi anak yatim piatu maupun fakir miskin. Sesampainya di sekolah aku masih melihat Benny terlambat dan mengenakan seragam kusut dan kotornya itu, ia setiap harinya selalu seperti itu. sampai suatu ketika, hari terakhir ujian semester kenaikan kelas, aku tak melihat Benny di ruangan ujian dan teman-temanku juga tidak melihatnya.

Dan saat kami berada di ruangan ujian, tiba-tiba guruku datang dan memberikan pengumuman bahwa Benny telah meninggal dunia karena diberikan racun oleh neneknya. Sebuah fakta yang kami dapatkan dari pihak kepolisian ketika berkunjung di rumah Benny, ternyata kejadian tragis itu terjadi karena nenek Benny yang menjadi tulang punggung keluarganya sudah tidak lagi mampu menafkahi mereka, dalam arti tidak bisa melihat cucunya yakni Benny dan adiknya terus hidup dalam kemiskinan dan bahkan untuk makan sehari-hari saja sudah sangat sulit, ditambah lagi biaya sekolah yang sangat mahal saat ini. Sehingga seorang nenek yang tidak mau lagi melihat cucunya menderita dengan seragam kusut, kotor dan bau itu agar tidak lagi dipakai cucunya maka, Benny dan adiknya harus diberikan racun mematikan sejenis potas yang dicampurkan nenek ke dalam makanan tanpa sepengetahuan Benny dan adiknya saat sang nenek menyiapkan makan malam untuk mereka. Ketika nenek melihat cucunya sudah menyatap makanan itu dan beberapa menit kemudian Benny dan adiknya tergeletak di lantai. Setelah melihat hal itu dengan air mata yang mengalir ke pipi sang nenek, kemudian menyantap juga makanan yang telah dicampuri racun itu, sehingga sang nenek pun ikut mati dengan ke dua cucunya.

Sungguh sebuah fakta dari pihak kepolisian ini membuatku merenungkan kembali dengan kehidupanku saat ini. Aku berfikir bahwa masih banyak orang susah, yatim piatu dan masih banyak orang-orang terlantar. Sehingga teringat dengan pesan orang tuaku ketika berharap bahwa aku harus sekolah agar bisa menjadi anak yang baik. Dan bagaimana bisa aku menjadi anak yang baik ketika tidak pernah sedikitpun membantu orang yang sedang susah. Waktu di kelas guruku bertanya soal impian, saat ini dan seterusnya aku hanya ingin membuat panti asuhan besar untuk menampung anak yatim piatu maupun fakir miskin lainnya sebagai impianku, agar aku tidak lagi melihat seseorang mengakhiri kedupan karena kemiskinan dan tidak lagi memakai seragam kusut di depan mataku, dengan mencintai semua pekerjaan apa saja asalkan tujuannya demi kaum tertindas. Aku hanya berfikir ini tujuan aku di sekolahkan, yakni untuk kemanusiaan dan bukan menjadi manusia karir yang hanya mengarah pada pasar tenaga kerja. Sampai saat itu akupun terus teringat dengan seragam kusut yang sering dipakai Benny, seakan jadi suatu simbol kemiskinan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 23, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Impian SophyWhere stories live. Discover now