Part 13

1.3K 36 1
                                    

"Cinta Seorang Ning "

Oleh : ksyifa



Khilna masih tak percaya pria yang dia bicarakan dengan umminya kemarin sekarang berada di belakangnya. Memakai kaos hitam lengan panjang dan celana pendek menutupi lutut.

#Part 13

Tak ada yang bisa aku jelaskan apa yang aku rasakan sekarang, mungkin hanya kata kaget yang pas.

" Nopo rusak buk, motore kok didorong " kata kang fatih seraya berjalan ke arah sisi lain samping motor kami sedang aku di sisi yang lain.

" Nduko geh kang, mau ya apik, pe muleh belanja malah gak bisa di starter, di ogleng geh podo wae, padahal bensine jeh akih. "

" Hmm ngoten, kulo tingali sekedap geh buk, menawi kulo saget. " Kata kang fatih sambil mengotak - atik bagian bawah motor kami, entah apa yang dia lakukan aku pun tak mengerti.

Aku hanya diam tak biacara apapun aku hanya sesekali tersenyum memandang kang fatih yang berusaha memperbaiki motor kadang sesekali dia juga tersenyum saat mencuri pandangan padaku. aku biarkan saja ummi dan kang fatih bicara satu sama lain.

" Tak lungguh sek ya kang " ummi duduk di samping pondasi jalan raya. Kebetulan tempat berhenti kami dekat dengan pohon yang agak besar jadi tidak terlalu panas.

" Omahe cedak kene kang ? " Tanya ummi pada kang fatih

" Mboten buk. kulo teng mriki kerjo, niku teng Alfa elektro depan toko radit. Ngepasi mawon kulo ningali njenengan kaleh mbak'e kok ndorong motor " kata kang fatih masih mengotak ngatik motorku

" Ohhh , la parah nopo mboten niku kang ? "

" Kulo mboten ahline buk, niki kulo namung nyubi, nak kulo kiro geh pengapiane rada sendat "

" Oh ya wes kang, cubi riyen "

Aku masih diam memandang kang fatih, tak berani aku menanyai atau berbicara padanya. Aku benar-benar tak mengira ternyata aku masih segugup ini saat bertemu lagi dengannya. Padahal baru beberapa hari yang lalu aku bertemu dan makan bersamanya, tapi apa daya mulutku seakan terkunci. Kang fatih sepertinya juga masih berusaha membiasakan diri. Wajahnya juga tak berani lama-lama melihat wajahku. Aku rasa sekarang dia juga sedang gugup.

" Niki buk kadose niki masalahe " kata kang fatih, dia menunjukan benda kecil putih yang tak aku ketahui namanya.

" Busine buk rada kotor, mpun kulo resi'i. Nak tasih mboten saget berarti geh kedah ganti busine buk "

" Ya udah kang, dicoba dulu "

Kang fatih memasang benda yang ia pegang tadi ke motor kami, lalu kang fatih mencoba menghidupkan motornya, setelah dicoba beberapa kali akhirnya bisa.

" Alhamulilah kang, matursuwun nggeh "

" Hehe sami-sami buk, monggo nak bade neruske perjalanan "

Aku masih diam saja melihat kang fatih dan ummi berbicara satu sama lain, tiba-tiba kang fatih melihatku dan pandanganya mengarah ke pergelangan tanganku. Dia tersenyum manis, dia melihat aku memakai gelang kaokah pemberianya kemarin. Aku membelas senyumanya dengan senyuman pula.

" Ayo nduk, starter motore malah bengong " ummi memecah khayalku.

" Monggo kang, matur suwun ingkah katah geh " ummi berpamitan dengan kang fatih, kami benar-benar merasa tertolong. Aku dan kang fatih tak saling bicara apapun, komunikasi kami hanya sebatas senyuman dan bahasa wajah saja.

Cinta Seorang NingWhere stories live. Discover now