3. Pacar Usil

4.6K 440 11
                                    


"Tae!"

"Tae!"

"Ihh Taehyung!"

Pun bikin Taehyung menoleh, nunjukkin wajah kesalnya karena Yoora daritadi nggak bisa nutup mulutnya— berisik dan terus mengganggu.

"A-p-a Y-o-o-r-a??!" jawabnya dengan penuh penekanan.

Yoora-nya langsung cemberut, "nggak jadi!"

Marah, ngambek dan menyebalkan seperti biasa. Susah sembuhnya kalau udah gitu ceritanya.

Taehyung langsung menghentikkan aktifitasnya dari membaca novel yang baru saja dia pinjam di perpus kampusnya. Mendekati Yoora yang lagi duduk di sofa seberangnya— tapi belum jadi duduk, Yoora udah berdiri dan melangkahkan kakinya buat pindah duduknya di sofa yang barusan didudukin Taehyung.

Yaudah Taehyung ngalah, dia ngikutin Yoora lagi biar bisa duduk berdampingan. Tapi sayangnya Yoora bener-bener rewel— dia juga langsung gerak cepat buat pindah. Jadi mereka malah muter-muter terus kayak gangsingan.

Yoora-nya nggak mau ngalah, Taehyung-nya lama-lama jadi capek sendiri dibuatnya.

Taehyung menghela napasnya panjang, memilih duduk dan menyenderkan tubuhnya dipunggung sofa, "sini duduk, kita perlu bicara dengan kepala dingin," ucapnya dengan tenang, tapi entah kenapa membuat Yoora langsung patuh dan menurutinya. Karena tenang-tenang begitu, aura gelap seperti lagi mengelilingi sekitar tubuh Taehyung.

"Jadi, Yoora kenapa?" sengaja pakai nama, biar terkesan lebih serius.

Yoora geleng kepala, diam membisu sembari mengepoutkan bibirnya.

"Serius. Aku bukan dewa yang bisa baca pikiran kalau kamu masih tetap milih buat diem terus kayak gini, Ra!"

Yoora akhirnya mau natap Taehyung dengan mata sendu mau nangisnya, dia lagi sebel banget sama Taehyung karena nggak nepatin janji alias kelupaan lagi sama janji yang kemarin mereka buat— sekadar janji buat nemenin Yoora jalan-jalan ke pasar malam dekat pusat kota.

"Iya. Kamu memang bukan dewa. Tapi seenggaknya kalau punya janji jangan dilupain gitu aja dong!" Yoora menghentakkan kakinya kesal, pipinya tambah menggembung karena sekarang Taehyung bener-bener minta dimakan hidup-hidup.

"Janji? Janji yang man— astaga, aku— ah percuma juga minta maaf, pasti kamu juga tetep ngambek 3 hari sama aku kan?!" ucap Taehyung pesimis, menghela napasnya berkali-kali karena merasa bersalah.

Ucapan Taehyung memang 100% akurat, minta maaf aja nggak bakalan bikin ngambeknya Yoora hilang begitu aja karena keinget sedari Taehyung datang ke rumahnya tadi, dia malah sibuk sendiri sama novel yang baru dia pinjam. Namun, kalau nggak ada minta maaf juga kurang afdol— pencitraan dikit harusnya memang, dibujuk atau gimana gitu biar pacarnya nggak marah-marah terus.

"Hei?"

"Yoora?"

"Sayang?"

Tetep nggak ada jawaban, sekarang Yooranya lagi pura-pura sibuk sama ponselnya. Pura-pura ngetik sesuatu biar dikira lagi chatan sama cowok lain. Trik dan tips yang ampuh buat bikin Taehyung jengkel— Taehyung benci dicuekin.

"Ck!" terdengar Taehyung berdecak sebal, bangkit dari duduknya dan pergi dari ruang tamu.

Yoora cuma bisa mengawasi dalam diam, masih tetap pura-pura ngetik-ngetik asal, padahal dia lagi spam chat ke kakaknya— Min Yoongi.

Beberapa menit kemudian, Taehyung balik lagi sambil bawa tas dan hoodie pink milik Yoora yang barusan dia ambil dikamar.

"Hpnya taruh tas. Cepet pakai hoodienya, keburu hujan— mau jadi ke pasar malam nggak? aku udah pamit sama bunda," cerocos Taehyung dingin, ngeletakin tas dan hoodie itu disamping Yoora duduk, "—aku tunggu diluar," lanjutnya seraya melangkahkan kakinya keluar dari rumah.

Jelas bikin Yoora langsung sumringah. Buru-buru siap-siap dan berlari kecil nyamperin bundanya yang lagi didapur sama Yoongi— mau pamit sekalian malakin kakaknya yang habis gajian.

Di luar rumah. Taehyung-nya lagi pusing. Gimana nggak pusing coba kalau setiap kali mau nolak atau nggak nurutin permintaan pacarnya tapi nggak pernah tega buat ngelakuinnya? Jadi rasanya Taehyung kayak lagi dipelet sama Yoora biar dia nurut terus. Parah memang.

"Pegangan yang erat," perintah Taehyung ke Yoora setelah mereka udah dijalan— boncengan pakai motor malam-malam gini.

"Pegang apa?"

"Pinggangku juga boleh."

Dan Yoora pun langsung tersenyum, "hmm nggak mau, ada yang bisa lebih bikin nyaman kok!" Iya, Yoora main peluk Taehyungnya erat-erat, kepalanya udah bersandar dengan nyaman dipunggung tegap milik pacarnya.

Taehyung wangi, bikin Yoora jadi ngantuk.

"Sebenernya tadi aku nggak chatan sama siapa-siapa. Cuma mau ngetest kamu aja kok, sumpah."

Bikin Taehyung entah kenapa merasa lega, nggak seburuk tadi karena udah mikir yang enggak-enggak tentang Yoora yang asik chatan sama cowok lain— dia bisa mikir gitu karena memang banyak banget cowok difakultasnya yang mau sama Yoora.

Iyalah cantik, pacarnya siapa dulu? Kim Taehyung, kan?

Lalu pas banget dilampu merah, Taehyung ngelus-ngelus lututnya Yoora— kebiasaan mereka setiap jalan pakai motor kayak gini.

"Besok lagi jangan kayak gitu, ok? Serius, nanti aku cepet tua karena darah tinggi, mau kamu punya pacar kakek-kakek?"

Pun Yoora ketawa ngakak dilampu merah, bikin yang lainnya noleh dan ngasih tatapan sinis. Masa bodo, nggak kenal juga sama mereka jadi Yoora nggak malu-malu amat.

"Hahaha— mau! Mana bisa aku nolak kakek ganteng macam kamu? Sugar daddy biasanya kan banyak uang!" 

Mampus Yoora keceplosan.

"Cie, Ihiy, Suitsuitttt. Ganteng ya kakek Kim ini? Aduh jadi terharu, cium disini mau, ya?" goda Taehyung sambil menoleh ke belakang buat natapin muka Yoora yang lagi merona malu-malu.

"TAEHYUNG LAMPU HIJAU!" teriak Yoora seperti mendapat duriah runtuh karena terselamatkan dari gangguan Kim terkutuk Taehyung.

"Hahahaha— mukanya itu, aduh lucu banget kenapa sih pacarkuuuu!" pusing, Taehyung pusing banget pengen cium dan nguyel-uyel mukanya Yoora ketika kaca spion motor sengaja dia arahin pas di muka gemesnya si pacar.

Ah gemes. Jadi pengen cepet-cepet nikahin aja!

[]

When You Love, Taehyung ¦ Kth Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz