Singto melihat ke arah yang ditunjukkan Krist, lalu ia mengangguk setuju.

"Boleh."

.
.
.

Singto & Krist duduk bersebelahan di bangku itu. Krist sesekali merapatkan kakinya karena udara dingin. Krist memang orang yang kepoan, jadi ia heran pada Singto yang bilang dia lapar tapi..

"Katanya P lapar, kok nggak di makan?"

"Hn."

Singto melihat sekantong kertas berisi chicken crispy yang di belinya itu dengan bimbang. Jujur, ia sedikit ragu untuk memakannya tapi ia juga merasa lapar akibat menunggui Krist selesai kerja di depan market tadi. Singto pun akhirnya menyerah, dan memakan gorengan ayam itu satu suapan penuh. Krist sampai melongo di buatnya.

" Kau benar2 lapar ya?" ujar Krist.

" Ya, dan aku akan memakanmu juga."

" Itu tidak mungkin!" bantah Krist. Masa sih sekarang masih ada manusia makan manusia?

Raut wajah Krist yang terlihat lucu membuat Singto ingin mengerjai Krist. Perlahan tapi pasti, wajahnya mendekat pada Krist. Krist menghindar tentu saja, tapi ia seakan terpaku. Wajah Singto yang terlanjur mendukung dan memiliki aura yang tajam tentu membuat siapapun merasa takut.

" Dia terlihat psycho.." Krist merasa tersudut.

" Baiklah sekarang aku mulai takut.." cicit Krist. Mendengar itu, malah membuat Singto semakin bersemangat. Singto menyeringai tepat di wajah Krist. Dan semakin mendekatinya.

30 cm..
20 cm..
10 cm..

WARNING WARNING WARNING !!!

" TOLONG!!! Mmph/" tangan Singto dengan cepat menutup mulut Krist. Yang benar saja...

" Kau gila?!!" Singto menatap ke seluruh sudut. " Apa maksudmu berteriak hah!?"

"Mmmmmpppmmppp"

"Jawab!"

Krist kesal tentu saja, dasar tidak peka. Tangannya dengan tidak sabaran menggeplak tangan Singto yang membekap mulutnya.

Singto memutar malas bola matanya lalu melepas bekapannya dengan kasar.

" Kau membuatku takut! jadi aku teriak saja, tau2 kau akan benar2 melahapku! Aku masih mau hidup tau!"

" Dasar bodoh!/(melihat ke arah lain)...HHhh kenapa aku bisa menyukai orang seperti dia.." Ucap Singto samar.

" Apa?"

" Sudahlah. Habiskan saja makananmu."

.
.
.

Hari semakin larut, beberapa kali Krist menguap saking lelahnya. Hei.. Dia habis bekerja ingat? kalau saja bukan karena seniornya itu pasti dia sekarang sudah bergelut nyaman di tempat tidurnya.

" Kamu ngantuk?"

" Jelaslah!"

" Ng...sedikit.."

" Apa aku terlalu memaksamu?" ujar Singto serius.

" Masih nanya?"

" Tidak kok.." Krist memberi sedikit senyuman untuk Singto. "Lagi pula besokkan libur." lanjutnya.

Lalu keheningan di antara mereka. Tapi Singto beberapa kali menggigit bibirnya. Ada apa Sing? kau ingin mengatakan sesuatu?

" Ma.." Singto menghentikan ucapannya.

" Ma.. Apa?"

Singto benar2 mati kutu. Ia nervous sekaligus susah melanjutkannya tapi..

" Maafmembuatmusemakinlelah" Singto menggigit bibirnya. Jujur saja, ia bukannya kurang ajar tapi memang ia tidak pernah meminta maaf pada siapapun seumur hidupnya.

" Hahaha.. Tidak apa P..Hitung2 ini kesempatanku berbalik menolongmu.. O iya..tentang kejadian tadi di kampus.. apa pihak sekolah..."

" Skors."

" Hah?"

" Aku di skors 1 bulan. (tertawa kecil) Baru kali ini aku benar2 merasa menjadi mahasiswa."

Krist semakin merasa tidak enak pada Singto. 1 bulan itu waktu yang cukup lama, dan lebih parahnya lagi itu bukan kesalahannya, karena Singto hanya menolong dia saat itu.

" Aku benar2 minta maaf P... Karena menolongku.. Kau jadi di skors.." Raut wajah Krist berubah sedih.

" Aku tidak keberatan. Asal kau menuruti semua keinginanku selama aku di skors. Seperti sekarang ini.. lagi... Aku ingin.. kau.. menemaniku di apartemen malam ini."

" Maksudmu?!"

" Menginap di Apartemenku, bodoh!"

" Tapi P.. Mae di rumah pasti/"

" Asal kau tau saja, aku sudah minta ijin padanya sebelum menunggumu di tempat kerjamu itu. Telfon saja kalau tidak percaya"

#Wtf!

mulut Krist terbuka selebar2nya. Seniornya ini benar2.. licik! Krist masih ragu, lalu tanpa pikir panjang ia mengeluarkan hp nya dan menelfon Nantana.

"(Maaf, saat ini pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini/ bip)"

-_-

*Sigh

"Berikan ponselmu!"

.
.
.
.

Singto membawa Krist ke apartemen mewahnya di daerah chiang mai. Tapi lihatlah wajah Krist saat ini..

" Kenapa wajahmu itu?"

" 😒 Tidak tau."

Singto menaikan satu alisnya ke atas, lalu menertawakan Krist dalam hati. Ia tau Krist saat ini benar2 kesal padanya karena hal tadi. Tapi ia tidak menyesal sedikitpun. Toh dia memang tidak mau mendengar kata 'tidak' dari siapapun jika itu mencangkup 'permintaannya'.

SSssssrt..

Mobil Singto berhenti di basement parkiran apartement. Ia menoleh pada Krist untuk kesekian kalinya.

" Turunlah."

Dengan mood yang buruk, Krist membuka pintu mobil dengan hentakan.

" Jual mahal banget.. Ckck"

Singto benar2 terhibur akan tingkah laku Krist. Ia merasa bahwa hari2nya menemukan cahaya disetiap ia bersamanya, Krist.

.
.
.

Mereka memasuki lift. Tangan Singto dengan santai menekan angka 21. Setelah itu hanya keheningan di antara mereka.

Krist melihat pantulan dirinya dan juga Singto di pintu lift, Krist tau bahwa Singto menatapnya dari pantulan itu. Pikiran Krist mulai berkecamuk. Kenapa seniornya ini selalu menolongnya bahkan di situasi yang sulit dan juga selalu bersikap sedikit berlebihan terhadapnya.

" Apa dia menyukaiku?"

.
.
.
.

Bersambung...

Hohohohooo...
Ini chapter fullllll kissing moment loh ya wkwk
Kenyang kan lu pada?XD
Btw anyway busway..
gue pnya 2 projek stori lg yg blm d garap tp udah ada storyline y
Yg satu peraya
Yg satu lg nya OC tp english guys
#Gknanya XD
VOTMENT 🙏
Inget vote itu GERATISSS wkwk

See ya next chapter^^

IN COMMANDWhere stories live. Discover now