Love and Other Misfits: A Collection of Short Stories

Bonceng

"Jadi?"

Aku menatap sosoknya yang sudah siap berdiri di teras kosan dengan ponsel di tangan kanan dan helm di tangan kirinya. Kala menatapku, senyumnya merekah diikuti dengan kedua mata yang terlengkung semangat dan sebuah anggukan cepat.

"Jadi dong!" jawabnya antusias.

"Udah pada di rumahnya Wira emang?"

"Tadi sih di grup baru Dodi. Bram mau jemput Fe dulu, Jeff nggak tau belom bangun kali tuh, Satria OTW, Jamile juga" terangnya sambil membuka kembali ponselnya. "Nih tadi Dodi sama Wira malah segala ngirimin foto" ia kemudian menyodorkan ponsel tersebut kepadaku untuk menunjukkan foto yang dimaksud.

Aku terkekeh saat melihat foto dari dua personil band yang kini ia kelola itu, sebelum mengeluarkan kunci motor yang tadi kuselipkan di saku jaket. "Yaudah kalo gitu. Mau kamu yang bawa apa aku?"

Chris hanya tersenyum penuh arti ke arahku sebagai jawabannya. Aku tahu benar maksud dari senyum itu tanpa perlu bertanya lebih lanjut.  Meski aku dan dia baru resmi berpacaran sekitar 6 bulan yang lalu, tapi aku sudah mulai bisa menghafal kebiasaan serta gestur-gesturnya. Senyum yang satu ini adalah senyum retoris yang berarti "aku nggak perlu bilang tapi kamu pasti udah tau maksudku apa kan"—salah satu senyumnya yang paling menyebalkan, walaupun di saat yang bersamaan juga paling menggemaskan.

"Fine fine, aku tau kamu pasti akan nyuruh aku yang bawa" kelakarku seraya melangkah menuju sebuah motor matic yang terparkir di pekarangan kosannya, dan meraih helm yang kusangkutkan di atas spionnya

Chris terkekeh. "Hehe. Kan emansipasi, yang..."

"He'eh emansipasi he'eeeeh. Bilang aja kamu lagi males bawa" balasku sambil melompat naik ke atas motor dan memundurkannya. "Lagian motor kamu kapan jadinya sih?"

"Harusnya sih ntar sore..."

"Tapi?"

"Nggak ada tapi... ya harusnya emang ntar sore" jawabnya polos.

Aku tertawa menatap ekspresinya. Cuma Christopher B. Riyadi yang bisa terlihat semenggemaskan ini di mataku tanpa perlu banyak usaha. Aku kadang suka heran dulu Ibunya pas hamil dia ngidam apa sih? Kok bisa gitu ngelahirin anak yang gemesnya natural kayak gini.

"Loh kok kamu ketawa sih?" tanyanya dengan senyuman heran.

"Ekspresi kamu itu lho, Chris. Gemes aku liatnya" balasku sambil menggeleng ringan.

Menanggapinya, Chris hanya tertawa kemudian membungkuk sedikit untuk menyodorkan pipinya ke arahku. "Nih cubit nih kalo gemes"

Aku mengerutkan hidung dan malah mencubit pinggangnya. "Jelek. Udah naik buruan sini"

Gelaknya kembali terdengar sebelum ia mengenakan helm dan melompat duduk di belakangku. "Iya iya mbak gojek~"

"Hmmm jadi aku cuma dianggep gojek nih?" Aku membuka kaca helmku dan menoleh ke belakang.

Chris tersenyum lebar dan meletakkan dagunya di bahuku. "Gojek pribadi hak milik Christopher Riyadi" ujarnya dengan kedua lengan yang melingkar ringan di pinggangku.

"Heeey it rhymes!" kini, gantian aku yang tergelak. "Bisa nih kamu dikit lagi gantiin Bram nulis liriknya Enam Hari" lanjutku seraya menyalakan mesin motor.

"Aku bikin band juga apa abis ini?"

"Apa namanya?" tanyaku sambil menatapnya sekilas melalui kaca spion.

"Hmmm..."

"Hm?"

"Anak Jalanan?"

"MOHON MAAP BAPAK ITU NAMA BAND APA NAMA SINETRON"

"HAHAHAHA IYA JUGA"

***

Christopher B. Riyadi

***

A/N:

I was contemplating whether I should post this here or on twitter but I figured what's the use of me having this book as a fic dump if i don't dump any fic in it.

Sooo here's a super short drabble featuring Christopher B. Riyadi for you. Just in case you're wondering yes he will be in the #PacarAnakBand universe as Enam Hari's road manager. Also, we will have Jamile aka Djameela Putri Rasyida aka Our Girl Jamie as Enam Hari's manager:

(Attaching her pic just bcs)

Also... There could be more...

Alright back to writing April & Jeff then! See ya!

With love,

F.