Setelah bel istirahat berbunyi, semua siswa yang ada dikelas segera mengerubungi Allesya, lantaran ingin berkenalan dengan gadis manis nan imut itu. Tetapi ada satu orang yang tidak ikut berkenalan dengan Allesya, Agil.

"Hai, Allesya." sapa teman sekelasnya dengan bersamaan. Sedangkan yang disapa hanya menoleh dan menunjukkan muka datarnya itu.

"Aelah, cewek sombong aja pada lo deketin," sinis Agil.

"Sensi mulu lo!" ketus Bima, yang notabene nya sebagai ketua kelas.

"Gue ngomong sesuai fakta kali, Bim. Tuh lihat aja mukanya, dari tadi gak ada senyum sekalipun untuk orang yang telah nyapa dia," jawab Agil sarkatis.

"Yaelah, entar kalau udah kenal juga lo bakal naksir sama Allesya," celetuk Dito, cowok yang paling sableng dikelas.

"Ogah!" ketus Agil, sembari keluar kelas dengan tangan kanan yang di masukkan saku celananya dan tangan kiri memegang ponsel.

"Yee! Awas aja kemakan omongan sendiri!" teriak Dito dari dalam kelas.

Teman-teman yang lainnya hanya menggelengkan kepala mereka melihat dua manusia yang selalu beradu mulut itu, padahal mereka berdua sahabatan dari kecil. Mereka bersahabat dengan karakter yang bertolak belakang. Jika Agil yang memiliki sifat dingin, maka Dito memiliki sifat yang begitu gokil.

"Eh, Allesya. Jangan dengerin omongan si Agil, ya. Dia emang gitu orangnya, gue aja heran, gimana bisa tahan gue ya sahabatan sama makhluk es," ucap si Dito, mencoba untuk memberi pengertian Allesya agar tidak tersinggung dengan omongan Agil. Pasalnya, Agil selalu bikin cewek sakit hati karena omongannya yang pedas itu.

"Ah, iya. Gak pa-pa," jawab Allesya dengan senyum tipisnya.

"Allesya senyum," celetuk William.

"Lo manis kalau senyum, Sya," sahut Bima, ketua kelas dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya. Entah sudah minus berapa si Bima, yang pasti kacamatanya tebal sekali.

Terlihat Allesya sedikit tidak nyaman dengan panggilan yang digunakan Bima.

"Allesya, ikut kita makan ke kantin, yuk!" ajak Candra, cowok manis dengan gigi gingsulnya dan juga berkacamata.

"Iya, boleh," jawab Allesya sedikit ramah.

***

"Eh, itu murid baru, ya?"

"Wihh, manis juga."

"Buset, kenapa dia bareng sama anak-anak otomotif?"

"Ah, masa iya cewek kalem gitu masuk kejuruan otomotif? Biasanya yang suka perbengkelan kan cenderung cowok. Sekalipun cewek, pasti tomboy."

"Wih, anjir! Kenapa dia gak masuk ke kelas kita aja, sih. Gue empet tau ngelihat temen gue yang isinya cowok semua."

Begitulah bisikan-bisikan dari siswa yang didengar oleh Allesya dan teman barunya. Mereka berjalan dengan santai dan tidak memperdulikan ocehan anak kejuruan lain. Karena mereka hanya ingin satu, makan!

Akan tetapi, banyak siswi yang memandang tidak suka dengan Allesya lantaran bisa satu kelas dengan cowok tampan dan pintarnya minta ampun dan pastinya ... famous.

Tapi juga ada yang kagum dengan Allesya, karena baru kali ini ada cewek yang mau memasuki kejuruan otomotif. Secara, kejuruan otomotif merupakan kejuruan favorit, harus benar-benar pandai untuk masuk di kejuruan ini.

"Wah, murid baru itu, ya? Kok gue baru lihat dia,"

"Manis."

"Keren, dari kejuruan otomotif,"

"Idih, sok cantik, sok masuk kejuruan otomotif."

"Iya tuh, paling juga biar dia bisa deket-deket sama cogan."

"Hmm, gue ada ide, nih." bisik seorang ketua geng.

***

Hai, teman!

Sorry for typo.

Jangan lupa vomment, yaa :)
Makasih

Kritik dan saran sangat dibutuhkan

Untuk pembaca yang diam, ayo dong tinggalkan jejaknya

ALLESYA [END]Where stories live. Discover now