Sarapan Pesan.4

46 0 0
                                    

Kemudian setelah bersih, akupun kembali menghampiri piringku yang kubiarkan bersama nasi dan lalapan. Ibuku mengangkat serok yang berisi tempe yang tempe yang berada di atas kawah wajan. Rasanya seperti mendapat durian jatuh, tapi realitanya tempe yang jatuh dipiting. Kemudian disiram dengan sambel kacang oleh ibuku.

"Apakah ibu seorang peramal yang tau isi otak ku ?" tanyaku dalam hati. Karena aku belum meminta sambel kacang, namun ibuku langsung menyiramnya.Piringku sekarang berisi lahar kacang yang meluap di hutan lalapan diatas dataran nasi. Dan tak lupa paying-payung tempe penuh kehangatan menutupi bumi piring ditangan. Kemudian, aku menyanpnya dengan lahap, menghentikan demo didalam perutku yang tak pernah berhenti membuat mulutku mengeluh kelaparan, dan masih ditemani secangkir kopi yang masih tinggal setengah, membuat pasrah anganku kala aroma kopi buatan ibu merasuk kedalam sukma lewat hidung sebagai perantara.Sesekali ku minum, disaat tangaku terus memasukan sajen kedalam mulutku, agar tak terjadi kemacetan pada jalan tol tenggorokan.

"Masih hangat... Ah....."itu yang terasa kurasa kala setiap teguk mengontaminasi raga.

Matahari melihat kepulan-kepulan asap yang tebal dari pagi tadi. Ternyata itu berasal dari tungku perapian, dimana cinta api terhadap kayu dipadamkan air tanpa kasihan, lewat ibuku sebagai perantara cemburunya air terhadap api, akhirnya kayupun sendu hingga muncul kepulan-kepulan asap kelabu. Melewati sela-sela atap menuju atmosfer kebebasan.

Ternyata ibuku bias lapar juga ku kira ia benar-benar malaikat. Ia pun mengambil semuanya 2 kali lipat dari apa yang tadi kuambil. Ia menyandingku dalam suatu perbincangan meja makan.

"Bagaimana le..enak enggak ?" tanya ibuku padaku yang asik melahap sarapan.

"Wahhh jelas bu... tempe yang ku inginkan dari pagi tadi aku makan juga akhirnya hahaha." jawabku sambil tertawa kecil lalu menun jukkan tempe tinggal setengah yang kupegang ditangan kanan.

"Sippppp." ibuku menunjukkan jempolnya padaku yang sudah terkena sambel kacang, karena kami saat makan pecel tidak memakai sendok kalau orang jawa namanya muluk.

Debu & Deru : Dampak Sakitnya Kelud Sampai ke desakuWhere stories live. Discover now