CDM 3.

3.3K 237 0
                                    

Sungguh sekarangpun tak habis pikir. Pierre, pria itu mengikuti kemanapun Gista pergi. Di depan apartemen, di cafe saat Gista ingin sejenak menikmati secangkir espresso hangat. Tiba-tiba pria tampan, ah tidak... Aneh itu menghampirinya.

.....
Akan tetap update smpai tamat di WP. Tapi sudah tersedia Ekstra part di KaryaKarsa @aprilthemoon
......

Seenaknya pria itu duduk di depannya dengan wajah sok santai. "Hai, mylady."

Gista muak sampai mengetatkan bibirnya. "Nama gue Gista, bukan mylady." Ketika mengucapkan kalimat mylady wajah Gista seperti dibuat-buat.

"Hahaha... Kamu tambah cantik jika seperti itu." Pierre bertopang dagu dengan kedua tangannya sambil menatap Gista. Wanita itu tersenyum kikuk meminta maaf pada pengunjung cafe yang tampak aneh dan terganggu dengan suara tawa pria yang belakangan ini membuntutinya.

Dengan cuek serta terburu-buru Gista meneguk espressonya lalu menutup laptop dan membenahi kertas kerja yang tercecer di atas mejanya. Dia tak mau lama-lama terlibat dengan pria aneh ini.

Gista bangkit dari kursi berjalan menuju kasir untuk memesan green tea sebagai persediaan minum di rumah. Saat menoleh ke belakang. Wanita berjaket denim itu menghela nafas lega karena pria itu sudah menghilang.

"Mbak pesanan saya sudah ada?"

"Ini mbak, oh ya, tidak perlu membayar lagi karena sudah dibayar oleh pacarnya," ucap kasir berseragam hitam itu ramah.

Angel mengedip-ngedipkan mata heran. Ekspresinya berubah sebal. "Makasi." Dia masih sadar untuk tidak marah-marah ke kasir yang tak tahu apa-apa. Alhasil sepanjang jalan dia menggerutu.

.............................

Setiap pulang kantor, di hari Jumat. Gista akan singgah sejenak di cafe langganan dekat gedung Blitz magazine untuk menyicil rancangan rubrik majalah setelah itu akan dia berikan pada anak buahnya. Minum espresso hangat menentramkan hati dan pikirannya. Lalu pulang.

Pierre sudah hapal semua kegiatan Gista. Wanita yang selama ini dia rindukan. Pierre Mahadewa namanya, seorang pengusaha industri sukses di usia tiga puluh tahun. Tanpa wanita itu ketahui, dia selalu mengikuti mobil jazz putih Gista diam-diam hingga di apartemennya. Sampai ikut turun juga memastikan wanita itu masuk dalam apartemennya. Atau melihat diam-diam Gista yang berada di pelataran depan gedung apartemen keluar dan bersandar di badan mobil menerima telephone dari sahabatnya atau orang terdekat. Sore itu, Pierre tak pernah lepas menatap setiap gerak gerik Gista dari dalam mobil sambil memegang kemudi. Tatapan Pierre mengandung keinginan untuk memiliki Gista.

...............................

Di kamarnya, Gista menerima pesan dari ibunya yang berada di Manado. Senyum terbit dari bibirnya. Ibunya bukan lagi wanita liar, pemabuk, dan kasar seperti dulu. Dia sudah bertobat karena dulu dipenjara satu tahun karena terlibat perkelahian dan penganiayaan pada temannya tak lama dua hari sebelum pergi ke Jakarta.

Karena teman ibunya itu lebih kaya, hukum memenjarakannya. Namun, dibalik semua itu dia bersyukur sang ibu bisa berubah menjadi lebih baik. Sekarang Fiona, ibu Gista sudah memiliki warung sembako. Gista yang memodalinya dari uang tabungan.

Nak, apa kabar? Ibu harap kamu baik di sana. Terima kasih kamu masih menganggap ibumu ini dan sekali lagi ibu minta maaf atas sikap ibu yang dulu.

Pesan whatsApp dari ibunya menjadi tambahan penyegar di balik aktivitasnya yang padat. Gista yang sehabis mandi melepas handuk di kepala sambil mengetik balasan untuk ibunya.

Ibu, Aku akan selalu sayang sama ibu, dulu ibu juga berkorban menyuruh aku tetap ke Jakarta walau di penjara. Terima kasih, Bu. Udah jangan minta maaf lagi. Justru aku yang minta maaf karena jarang pulang ke Manado.

Cinta dan Masa Lalu(Novelet)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora