"Aku tahu kau hanya modus."

"Kau sedang menantangku?"

Jimin mengerutkan keningnya. "Mana aku berani."

Dan yang terjadi kemudian, Yoongi memegang kepala Jimin dengan dua tangan besarnya untuk mengecup bibir penuh yang sejak tadi sengaja mengejeknya dengan senyuman terkulum. Kelewat menggemaskan, Yoongi jadi ingin khilaf saja.

Jimin terkikik geli saat Yoongi mengecup seluruh wajahnya. Berakhir mendekap kepala pirang itu di dada sekedar menahan gemas.

"Serius, Baby. Kau akan membuatku kehilangan leher?"

Jimin mengurai pelukan tanpa benar-benar melepaskan. Kembali mendongak untuk menatap Yoongi. "Tidak. Lagi pula Jin Hyung sepertinya sudah tidur. Kau sudah mendapatkan bonusnya, ah, itu juga kau mengambil paksa dariku. Lebih baik kau sekarang pulang, sudah malam."

"Tidak sebelum aku menghukummu."

"Jangan macam-macam, Hyungmph-"

Terlalu terlambat, Yoongi sudah lebih dulu mengecap bibir penuh Jimin. Melumat-lumatnya penuh minat, sengaja berlama-lama ketika mengulumnya lembut bak es krim di hari yang panas. Membuat Jimin meremat kain dibagian punggung Yoongi. Mencoba menenangkan diri ketika napasnya mulai kacau saat bayangan mengerikan itu berkelebat cepat dikepala. Namun, seperti sebelumnya, dia meyakinkan diri kalau dia akan baik-baik saja dalam dekapan lelaki Min.

Ketika Yoongi merasakan lembab di seluruh telapak tangannya yang turun merangkum wajah hingga rahang Jimin, ciuman itu perlahan terlepas. Membuka mata begitu pelan dan merasakan hembusan napas Jimin yang berantakan menerpa wajahnya.

Lelaki manis itu belum membuka mata, masih berusaha menenangkan detak jantung serta gelenyar aneh yang menyapa seluruh saraf tubuhnya. Jika saja Yoongi tidak segera menyangga pinggulnya, Jimin yakin dia akan jatuh karena tidak bisa merasakan kakinya menapak tanah.

"Hei, kau baik-baik saja? Apa aku keterlaluan?" bisik Yoongi jelas penuh kecemasan.

Jimin menggeleng pelan, perlahan membuka kelopak mata dan menatap sayu lelaki Maret yang mendekap sebagian tubuhnya. "Hanya.. aku masih belum seterbiasa itu. Maaf."

Sebuah pelukan Yoongi berikan, "jangan minta maaf. Seperti katamu, kita bisa melakukannya perlahan."

Elusan halus di punggungnya membuat Jimin merasa tenang sekaligus bersalah. Harusnya dia bersyukur memiliki Yoongi disisinya. Maka dengan perlahan, dengan segenap keberanian yang dia kumpulkan, Jimin mengurai pelukan mereka. Di sana Yoongi menatap dirinya lembut. Saling melempar tatap dalam diam sebelum Jimin memutuskan untuk ganti merangkum wajah Yoongi dan memagut bibir tipis itu amatir.

Yoongi memijat sisi panggul Jimin lembut, membiarkan lelaki mungil itu mengambil alih, memonopoli bibirnya dengan gerak sedikit kaku. Tapi, Yoongi tetap menghargai, sebab dia tahu ini sulit untuk Jimin. Ini bukan hal remeh yang bisa dia lakukan dengan mudah. Meski hanya sebuah kuluman bergantian dibibir, Yoongi tetap menikmatinya. Menikmati setiap detik yang Jimin berikan dengan seluruh ketulusan yang dimiliki lelaki pirang itu.

Yang tanpa mereka tahu, si kepala keluarga Kim sudah mengintai sejak beberapa menit lalu. Dia mencoba mengerti, tapi jika terlalu lama dia juga bisa habis kesabaran. Lelaki berbahu lebar itu melangkah cepat. Melipat kedua tangan di dada dan berdiri tepat disamping sepasang kekasih yang masih asyik saling memainkan bibir. Sialan memang, untung dia sudah punya kekasih.

"Khmm!!"

Jimin berhenti secara spontan, menjauhkan bibirnya dari bibir Yoongi beberapa mili tanpa berani menoleh ke arah samping. Beruntungnya, Yoongi segera mendekap kepala itu agar bersembunyi di dadanya.

Daily Loveحيث تعيش القصص. اكتشف الآن