11. A Rioters

Mulai dari awal
                                    

"Tidak, Jaemin tidak menyuruhku. Dia hanya memberi tahuku, maka dari itu aku datang. Aku penasaran apa kalian bertengkar?" tanya Renjun.

"Tidak," jawabku cepat. Sungguh sialan Jaemin! Aku rasa dia memberitahu Renjun tentang acaraku dengan Mark agar bisa memantau kami sekaligus mempercepat prosesku dalam menggali informasi.

"Ah begitu. Saekyu-ya apa kamu  tahu aku tertarik kepadamu? Aku tidak bisa percaya kamu bisa bersama Haechan secepat ini," ujar Renjun sambil berusaha meraih tanganku.

"Lepaskan! Dia ini sudah jadi milik Haechan! Mereka saling mencintai! Tidak usah aku kamu aku kamu!" bentak Mark sambil menahan tangan Renjun.

"Ah. Huft baiklah aku akan berhenti berharap untuk sekarang. Tapi jika Haechan sudah tidak mencintaimu datanglah kepadaku karena aku yang akan mencintaimu," ucap Renjun sambil memanyunkan bibirnya. Aku tertawa kecil, dia sangat lucu.

"Kita bisa menjadi teman," ucapku riang. Renjun cemberut namun selang beberapa saat dia akhirnya mengangguk dan tersenyum manis.

Mark menatap Renjun gemas, lalu berdehem dan menyuruh Renjun melanjutkan makannya. Renjun pun memakan tteokbokkinya dengan lahap.

"Apa kamu benar-benar berpacaran dengan Haechan? Bukan Jaemin?" tanya Renjun tiba-tiba. Aku memegangi dahiku--merasa frustasi.

"Kalian sudah berteman, tidak bisakah kau berbicara santai tanpa nada aneh itu?" tanya Mark kesal saat melihat reaksiku.

"Baiklah, Saekyu-ya jawab pertanyaan Oppa," ucap Renjun sambil menatap Mark tajam.

"Oppa?" tanyaku kaget, Mark tertawa.

"Apakah kau 'benar-benar' berpacaran dengan Haechan karena mencintainya? Aku tidak akan percaya jika tidak mendengarnya darimu langsung," ujar Renjun kesal. Aku memegangi kepalaku dan mengangguk malas.

"Ah baiklah Saekyu-ya, apa kau lebih mencintai Haechan daripada Jaemin? Seperti apakah perbandingan mereka?" tanya Renjun sambil mengibaratkan garpu adalah aku dan dua tteok adalah Haechan dan Jaemin. Sungguh laknat kau Huang Renjun.

"Aku sudah bilang seperti apa Jaemin kan? Bagiku dia seperti kakak sekaligus sahabat."

"Sedangkan Haechan adalah lelaki, ah seseorang yang manis," ucap Mark melanjutkan kata-kataku. Aku malu, wajahku memerah.

"Aku cemburu pada Haechan," ujar Renjun seraya memasukkan kue beras pedas itu ke mulutnya.

"Semua orang juga cemburu, mungkin termasuk aku," gumam Mark yang membuatku tersentak kaget sekaligus malu.

"Ah sudah, sudah. Cari topik lain," timpal Renjun.

"Btw apa kalian punya adik perempuan yang seumuran denganku?" tanyaku sambil memandang mereka, mungkin ini saatnya untuk menjalankan misi dari Jaemin.

"Aku hanya punya hyung, jika kau mau kau bisa menjadi adikku," ucap Mark sambil tertawa. Aku tersenyum.

"Aku memiliki adik perempuan, namanya Huang Mi Xian. Dia seumuran Jisung," ucap Renjun.

"Berarti seumuran denganku? Ah bisakah aku berteman dengannya?" tanyaku mencoba bereaksi senatural mungkin.

"Kebetulan dia sedang berada di Korea, apa kau mau dia datang ke sini?" tanya Renjun, aku terkejut--rasanya seperti sedang mendapat jackpot. Sungguh sempurna!

"Ya! ya panggil Mixian, tapi kita harus pindah tempat. Bagaimana kalau kita ke cafe supaya lebih santai?" tanyaku sambil berdiri membereskan tasku, terlihat sangat antusias tapi untunglah tidak terasa mencurigakan. Mark yang tidak mengerti hanya memandangku penuh tanya.

"Hm tapi jangan banyak berharap karena dia sedikit pemalu, ibuku membatasi pergaulannya jadi dia tidak punya banyak teman dan kurang bisa bersosialisasi," ujar Renjun menjelaskan.

"Tak masalah," ucapku sambil beranjak untuk membayar. Mark menahanku.

"Biarkan aku yang membayarnya," ujar Mark.

"Tidak, biar aku yang membayar," ucapku kesal.

"Ah bagaimana kalau setengah-setengah, aku tidak bisa membiarkan seorang gadis membayar makananku," tutur Mark.

"Tidak usah, ini adalah rasa terima kasihku," kataku santai.

"Jangan begini, aku sudah tidak membencimu. Anggap ini seperti seorang kakak yang sedang membelikan adiknya camilan." Mark menepuk pundakku pelan.

"Biarkan Oppa ini membayar semuanya," lanjut Mark menggoda, aku akhirnya tertawa mengiyakan. Renjun menatap kami tidak peduli, dan meraih ponselnya untuk menelpon adiknya.

"Aku minta maaf untuk segalanya," ucap Mark sambil menatapku.

"Sudah kuduga kau akan mengucapkan maaf suatu hari, dan aku bahagia suatu hari itu adalah hari ini," batinku senang.

"Saekyu-ya maafkan aku," ucap Mark lagi. Aku mengangguk pelan lalu memukul lengannya gemas.

BERSAMBUNG

Sepiak's note: YOOO ANNYEONG, Saia kembali update eaps mamanx 🌚🌚. Ahh mohon komennya eaps.

Ineffable Fate | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang