Aku tak tau seberapa lama aku merasakan ini hingga akhirnya.

"Lo udah sadar?" tanya Muhzeo sembari bernapas lega dan tersenyum ke arahku.

Aku melongok ke kanan dan kiri sembari memegangi tubuh yang sangat sakit.

"Gua kenapa?"

Kenapa mataku sembab seperti habis menangis?

"Tubuh lo dipakai tuh!"

Aku mengerutkan kening. "Sama?"

Muhzeo menunjuk ke arah belakangku. Aku langsung terkejut saat melihat hantu Delia yang tersenyum ke arahku, melambaikan tangan, dan kemudian menghilang.

"Sebenarnya ada apa?" Aku benar-benar tak tau apa yang terjadi. Terakhir kuingat kalau aku tak dapat mengendalikan diriku sendiri.

"Dia cuma mau mengucapkan terimakasih ke lo karena sudah bantu dia," terang Muhzeo sembari mengusap kepalaku.

"L–loh? Gua aja dari tadi enggak tahu apa-apa," sahutku yang sama sekali tak mengerti maksud dari semua ini.

"Tolong tinggalkan rumah ini dan jangan kau ganggu rumah ini lagi!" ujarku yang ternyata dirasuki oleh hantu Delia.

"Kenapa? Kenapa harus kami tinggalkan?" tanya Paman.

"Ini milikku selamanya!"

"Ini sudah milik Pak Renal, bahkan suamimu waktu itu sudah menjualnya ke beberapa orang," ucap Paman tak mau kalah.

"Tidak! Ini mutlak tetap milikku! Aku sedang menunggu kehadiran suami dan anakku. Pasti mereka akan pulang, memakan makanan yang ku buat dan akhirnya wahahaha hahaha hihihi hihi ... hiks ... hiks ... hiks ... Sampai kapan aku harus menunggu? Apa mereka sudah tak sayang lagi denganku? Kenapa mereka membiarkanku sendiri di sini? Apa salahku?" Hantu Delia itu tetap menangis.

"Tenanglah! Apa kau ingin bertemu dengan suami dan anakmu? Saya yakin mereka sudah tenang di sana." Paman mulai membujuknya.

Hantu Delia melirik paman dengan tatapan nanar. "Ya saya ingin."

"Benar?" tanya Paman sembari tersenyum.

Hantu Delia mengangguk dengan mantap. "Tapi jika aku tak bertemu dengan anak dan suamiku, bagaimana?" tanyanya dengan raut wajah sedih.

"Kau akan bertemu dengan Tuhan."

"Tapi aku belum siap. Aku masih ingin menjahili banyak orang."

Prang ...

Dengan kekuatannya, ia menghempaskan foto-foto yang ada di atas meja. Seprai kasur ia lemparkan ke penjuru ruangan. Bau bangkai langsung menelusup masuk ke indra penciuman.

"Aku masih ingin hidup!"

Boneka yang tadi berada di tangan Paman kini melayang-layang dan langsung terlempar ke kaca luar hingga pecah.

"Tinggalkan tempat ini! Hihihi!"

"Kenapa masih diam saja?" tanya hantu Delia dengan mimik kesal.

"Kami tidak takut padamu!" ujar Om Renal.

"Akan kubunuh kalian satu-persatu!" ancam hantu Delia.

Paman tersenyum miring. "Silakan saja kalau bisa," tantangnya.

"Heh? Kau menantangku?" Hantu itu mulai menampakkan raut wajah kesal.

Bisikan Mereka ✔Where stories live. Discover now