CDM 1.

6.1K 305 15
                                    

Mulmed : Reza Artamevia-Cinta Kita

Rate : (18+)

................................

Hingar bingar pesta showbizz yang dihadiri beberapa artis, pelaku kreatif majalah entertainer, designer, dan beberapa para kreator yang terlihat ramai. Ballroom hotel mewah bernuansa ungu dan putih dengan riasan lampu berwarna warni itu mengusung tema nuansa laut.

Para tamu berkelas berbincang, bermesraan dengan pasangan dan sesekali ada yang berjoget lincah mengikuti irama DJ ternama ibukota. Ini sebuah pesta yang diadakan setelah acara utama awards entertainer selesai diadakan.

Seorang wanita cantik berusia tiga puluh tahun terlihat agak gugup untuk melangkah memasuki pintu lebar menuju pesta itu. Padahal wanita itu sudah terlihat cantik mengenakan gaun panjang putih gading dengan punggung terbuka. Rambut panjangnya ditata dengan kepang di kedua sisinya. Beberapa kali mengetuk-ngetuk high heels dan meremas clutch putih yang dia pegang. "Ckk.... Kalau bukan karena sanksi kerja aku malas banget datang. Lagian si bos gara-gara ditinggal Purie jadi gila."

Wanita itu mendumel sendiri di depan pintu utama ruang pesta. Gista Amora, seorang kepala divisi kreatif Blitz Magazine. Sosok yang bersemangat, ulet, tegas, cerdas. Berkat sifatnya itu dia bisa menjabat kepala divisi kreatif.

Tapi sesempurna apapun dirinya, anak buahnya menghormatinya dia selalu merasa benci dengan hingar bingar hiburan kota besar itu. Baginya banyak pengaruh negatif. Jika tidak berhati-hati, kita bisa terjebak dalam nikmat yang sementara.

Gista menunduk sebentar untuk menguatkan hati berkhayal hal-hal indah. Itu juga yang dianjurkan psikiaternya. Dan hanya satu orang yang tahu masa lalunya.

Seorang wanita dengan gaun pendek putih berambut kriting keluar ruangan menghampiri Gista yang masih tampak kikuk memperhatikan suasana pesta di dalamnya. Padahal dia terkenal percaya diri dalam hal kerja tapi entah kenapa jika masalah ini dia langsung gugup. Gista membenci semua itu.

"Datang juga loe, Gis. Asyikkk.... Sekali-kali kek ikut hiburan jangan kerja..kerja terus kan bosen. Ya udah yuk ikut masuk. Si bos lagi bete tapi lampiasin dengan traktir kita... Yuk. Cepaatt!" Irene, sahabat Gista sesama kepala divisi menarik lengannya dengan semangat.

Irene salah satu sahabat lama awal mereka masuk blitz Magazine. Dan juga salah satu yang mengetahui curahan hatinya selama sembilan tahun mereka saling mengenal dan bekerja. Gista takut-takut menahan tubuhnya agar tidak ikut tarikan sahabatnya. "Ehh... Tapi... Tapi aku gak mau ya kamu comblangin sama cowok-cowok. Apalagi kebanyakan disana publik figur. Ingat ya... " Gista menyorot tajam Irene yang terkekeh geli. "Ahh... Masa loe masih takut aja sih sama cowok. Gue tahu loe masih normal kan. Kalau gak normal paling gue yang loe jadiin gebetan. Hahaha.... Udah deh mending ikutan ke dalam."

Gista hanya memutar bola matanya malas. Pasrah dengan tarikan tangan Irene yang terlihat bersemangat.

Seorang pria tampan berkumis tipis tersenyum samar dari kejauhan memperhatikan mereka. Mata elangnya tampak menatap dalam satu wanita diantara mereka.

.......................................

Di meja bar terlihat Fandy, direktur muda Blitz Magazine tampak berbicara kasar menyuruh seluruh staff karyawan dari berbagai jabatan untuk makan dan minum sepuasnya. Sedangkan di tempat duduk yang lain di pojok terlihat Gista dan Irene yang mendesah prihatin melihat kelakuan bosnya.

"Padahal dulu pas ditinggal mantannya gak separah itu kata teman pak Fandy." Ucap Gista menatap Irene.

Walau usia Fandy lebih muda dua tahun darinya. Secara formal dia tetap memanggil "pak" karena jabatan. Tak lama Irene tersenyum pada sosok yang berada di belakang tubuh Gista. "Hai, Joe... Datang juga loe akhirnya."

Cinta dan Masa Lalu(Novelet)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz