Bagian 3 | Tentang Nancy dan Saca

117 8 3
                                    

"Masa sih, si Bu Hani gak mampu beli lipstick? Sampe harus ngambil punya aku?" keluh Nancy di suatu pagi di hari Rabu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Masa sih, si Bu Hani gak mampu beli lipstick? Sampe harus ngambil punya aku?" keluh Nancy di suatu pagi di hari Rabu.

Dia membanting tasnya ke atas meja.

Dia membanting tasnya ke atas meja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nancy adalah sahabatku. Nama lengkapnya Radliati Nancy Salim dan sebenarnya, dia tidak satu kelas denganku.

Tapi dia suka sengaja datang ke kelas XII Mia 2, alias ruang belajarku di sekolah ㅡuntuk sekadar ngobrol sampai dia mau keluar dengan 'ilham' dari dirinya sendiri.

Dia gak peduli biar bel masuk ke kelas berdering selepas istirahat atau bahkan jam pelajaran pertama sekali pun.

Nancy bahkan selalu bertingkah seakan-akan dia bagian dari kelas XII Mia 2. Apalagi selalu tenang ketika berpura-pura menjadi murid di kelasku sewaktu guru tiap pelajaran masuk, meski diabsen oleh guru yang sedang mengajar di kelasnya.

Nancy mah gitu, sedikit gak tahu malu jika belum diusir oleh ketua kelas XII Mia 2 atau dipanggil oleh si Dillah.

***

Di bibir Nancy, terlihat sekali berantakan warna lipstik merah yang nampak sudah dihapus secara asal-asalan.

"Hahahaha!" Saca dan Aku tertawa melihat bibir Nancy yang berantakan.

Saca, dia juga sahabatku. Aku satu kelas dengannya, dan duduk di bangku yang bersebelahan. Namanya unik dan bikin gemes, Saca-Jihan-Thahirah. Aku baru tahu ada orang yang namanya Saca, dan aku baru ketemu dengan perempuan secantik Saca.

 Aku baru tahu ada orang yang namanya Saca, dan aku baru ketemu dengan perempuan secantik Saca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Minjem kaca!" pinta Nancy kepadaku. Aku langsung merogoh saku seragam, dimana aku biasa menaruh cermin bulat yang sengaja ku patahkan dari bekas tempat bedak.Emang gak modal. Soalnya sayang, kalau beli kaca yang rada cakep ntar kena razia.

Aku sodorkan cermin itu kepadanya dengan cara dilempar namun tidak sampai membuat kaca itu pecah.

Saca hanya diam melihat kami, dan sesekali tertawa pelan.

Antara kami bertiga, sepertinya hanya Saca yang waras. Sedikit informasi, dia memiliki karakter yang kalem-kalem misterius gemes dengan wajah cantik, tubuh tinggi, langsing ideal, dan ah pokoknya; idaman banget, kalau kata anak laki-laki mah. Meski begitu, Saca sangat rapuh dan mudah menangis ketika tersinggung. Cengeng gitu. Dia juga sangat ceroboh tapi sikap imutnya itu sangat natural dan bikin orang lain merasa mau melindungi dan bantuin dia.

Andai kata aku dilahirkan sebagai laki-laki, jelas aku bakal naksir ke si Saca daripada ke diriku sendiri atau si Nancy. Dan ya, kemudian aku akan berusaha gak bikin Saca menangis apa pun yang terjadi. Wkwkwk.

Geli, njir.

Nyeritain si Saca, kok gini-gini amat.

Berbeda dengan Saca, Nancy itu tidak kalem. Bahkan sangat tidak kalem. Lebih centil, bandel, petakilan dan super bawel dibanding aku. Dia sangat tomboy dan gak ada bentukan elegan ala-ala wanita. Meski dia sering merawat diri dan sering memakai riasan, rasanya susah kalau teman-temanku yang laki-laki nganggap dia sebagai perempuan. Ngerti maksudku?

Pokoknya, gitu.

Nancy juga cantik. Lebih cantik dari aku. Lebih tinggi juga dari Saca. Dia berasal dari keluarga Salim, dan merupakan generasi ke-4 kalau aku tidak salah. Tidak tahukah kamu keluarga Salim?

Ya ampun! Itu loh, yang punya perusahaan besar di bidang makanan cepat saji khas Sunda, SUNDANESALIM FOOD. Dan merupakan keluarga terpandang di Bandung dan sekitarnya. Meski jika dibandingkan dengan keluarga bangsawan masa kini di Indonesia lainnya, ya agak sedikit kalah.

Tapi ya, si Nancy itu tajir banget kalau bandingannya dengan murid-murid lain di SMAku atau SMA lain.

Andaikata Sundanesalim food itu murni miliknya, aku bakal saranin dia buat jualin aja saham di sana dan beli sekolahan penuh aturan yang duit SPPnya mahal ini.

Kan, lumayan kalau biaya pendidikannya makin dimahalin. Karena sekolah ini bakalan tetap laku kalau ada pendaftaran murid baru pada tahun ajaran baru juga.

Sayangnya sih, enggak. Sundanesalim food bukan cuma punya keluarganya Nancy aja. Ada campur tangan pihak ini itu, dan ayahnya Nancy bukan anak tunggal. Ribet kalau dijelasin, mending bahas yang lain.

Nancy aslinya tinggal di Jakarta. Keluhurannya ada di sana. Tapi melalui ayah-ibunya, terjadilah campuran antara Betawi dengan Sunda (Bandung dan Tasikmalaya) serta Singapura.

Aku tahu cerita dari dia, kalau Garut adalah tempat pelarian dia dari keluarga barunya. Sejak lulus SD, dia tinggal bersama Dillah karena ayahnya menikah lagi dan dia tidak terima akan hal itu.

Meski Nancy memberontak, setidaknya itu tidak membuat rasa sayang dan aliran uang saku dari Ayahnya berkurang. Coba kalau aku. Hm..., kayaknya gak mungkin Babeh Sam tetap ngasih uang. Nganggap aku anaknya juga, rasanya mustahil diprediksi dengan jawaban nyondong ke 'masih'.

Sebenarnya Nancy sangat baik. Dia juga tidak angkuh, asalkan kamu bisa membuatnya mau berteman denganmu.

Aku serius.

Nancy adalah teman dari golongan manusia perempuan sebaya pertamaku.

Kami akrab saat liburan selepas Ujian Nasional SD. Dia yang menyapaku terlebih dahulu dan sering memujiku. Kita sering sependapat dan merasa 'oh iya, aku paham posisimu,'ㅡkemudian ingin saling menjaga satu sama lain layaknya saudari.

Nancy dan aku sama-sama anak tunggal. Meski Nancy memiliki dua saudara tiri.

Kalau dengan Saca, kami berdua mulai akrab saat awal kelas sebelas. Meski sebenarnya, kami tahu cewek itu dari sejak ada berita tentang murid baru ketika selesai acara Masa Orientasi Siswa.

Waktu itu, kehadiran Saca di SMATB sangat heboh. Dia langsung populer dan ada-lah, demam siswa maupun siswi lain yang ingin akrab dengan Saca yang tiba-tiba terkenal oleh gelar Putri Raja.

Tapi Saca terlalu baik, nerima banyak orang setulus hati. Sehingga tanpa sadar, hampir ada yang mau nyelakain dia karena rasa iri. Oleh sebab itu, Nancy yang saat itu sekelas dengannya menjadi pelindung dan mengusir si pesyirik-syirik yang dulunya hampir mau ngebully Saca.

Kemudian kami berdua diperkenalkan oleh Nancy. Dan sekarang aku sekelas dengan Saca.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
From the Feeling AffectionOn viuen les histories. Descobreix ara