Chp 11: Cita-cita

1.9K 280 173
                                    

HALO, ADA YANG KANGEN?

***

"Oit!" Sapa Fajar pada teman sekelasnya yang sedang berkumpul di meja Marcus.

Enam kepala kecil mereka mendongak dan melihat bocah dengan senyum lebar di pintu.

"Halo Fajaaar!" Sapa mereka kompak.

"Kalian yagi apa cih?" Fajar berjalan menyempil di antara Kevin dan Jonatan.

"Inyii," Kevin menggeser buku bergambar ke arah Fajar. "Onik bawa buku tentang cita-cita dali imunicaci kemalin."

Fajar melihat sampul bukunya dengan gambar astronot, dokter, dan polisi di depannya.

"Ci... Ci... Cita.. cita.. yu," Fajar terbata-bata membaca tulisan di sampul buku tersebut.

"Cita Citata~," seloroh Ihsan pede.

"Yeeuu lur, maca Cita Citata," protes Fajar dan Anthony sambil nelengin kepala Ihsan.

"Kalo cita-cita kalian apa?" Tanya Anthony.

Para bocah baru saja akan membuka mulut kemudian terdengar teriakan dari dekat pintu kelas.

"Pa cama Pi lagi jalan kecini!" Teriak Jonatan yang sedang melihat ke arah pintu.

"Hayo, kalian anak-anak ayam lagi ngapain ngumpul di meja Marcus? Duduk di kursi masing-masing ayok," komando Pa Ahsan.

"Pa cama Pi bawa apaaa?" Tanya Anthony yang tertarik dengan tas besar yang dibawa Pa Ahsan dan Pi Hendra.

"Pertanyaan bagus, Thony," sahut Pi sambil mengeluarkan beberapa judul buku serta beberapa setel pakaian dari tas yang dibawanya dan Pa Ahsan.

Tujuh pasang mata di hadapan dua guru itu berbinar-binar karena penasaran. Kevin, Ihsan, dan Jonatan yang duduk di lingkaran belakang langsung pindah ke sisi depan agar bisa melihat lebih jelas.

"Ada yang tau Pi bawa buku apa?"

"Bukunya cama kayak bukunya Oniik!" Sahut Rian menunjuk ke arah buku Pi Hendra dan buku di meja Anthony.

"Wah, Thony udah baca bukunya?" Tanya Pa Ahsan.

"Cudaah tadi dikit. Kemalin Onik dapet bukunya abis imunicaci. Kata ibu dibawa aja ke cekolah bial bica dibaca lame-lame," jelas Anthony panjang lebar meski cadel.

"Anak baik," puji Pi Hendra mengelus pelan kepala Anthony.

"Oke jadi kalo kalian udah baca. Bukunya tentang apa ada yang bisa kasih tau Pa?"

"Cita-cita buat becok, Pa!" Jawan Marcus semangat.

Semua orang kemudian mengernyitkan dahinya ke arah Marcus Fernaldi.

"Di masa depan mungkin, Marcus,"

"Kan becok juga maca depan Pa," bantah Marcus lembut.

Semua orang mengernyitkan dahinya ke arah Marcus karena takjub dengan pemikiran bocah itu.

Kalo yang bocah sih ngernyitin dahi karena bingung Marcus ini ngomong apa.

Padahal Marcus cuma ngutip kata-kata Papinya ketika sedang berbicara di ruang tengah rumahnya.

"Ya pokonya nanti kalo kalian udah besar. Udah lulus SMA atau Kuliah,"

Kepala kecil mereka mengangguk-angguk saja diberi penjelasan seperti itu oleh Pa Ahsan.

"Jadi kita hari ini akan membahas tentang cita-cita kalian semua. Disini semuanya punya mimpi kalo nanti udah besar mau jadi apa?"

Jonatan dan Kevin secepat kilat langsung mengangkat tangan kecil mereka.

TK Tepok Bulu AngsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang