EL 1 - Perkenalan Resmi

Mulai dari awal
                                    

Navishe mempercayakan itu pada pamannya bukan tanpa alasan. Hanya paman dari Ayah-nya itulah yang Navishe kenali sejak kecil. Sikap hangat dan bijak yang sangat mirip dengan Ayah-nya membuat ia percaya bahwa pamannya pasti mampu melakukannya. Buktinya, hingga detik ini perusahaan Ayah-nya masih berada di puncak prestasinya.

Dan semua itu berbeda. Ketika ia di Indonesia, dia adalah Elnaeera yang kaya, putri tunggal Ashari dan Safira Wiryawan. Tapi ketika dirinya telah kembali Mesir, dia adalah Navishe. Gadis biasa saja yang tinggal di flat bersama kakak tingkatnya yang sayangnya kini telah menikah. Menyisakan Navishe sendirian di flat mereka. Hal yang membuatnya mencebik karena keberadaan Gemintang itu sangat dirindukannya.

"Gimana disertasimu?" tanya suara orang yang sejak tadi ada dipikirannya.

Navishe terkekeh pelan, "Lewat ... lima puluh persen sih," jawabnya santai menghadirkan tawa dari dua orang di depan sana.

"Lima puluh persen itu udah hampir dua tahun ngerjainnya, ya? Butuh dua tahun lagi Vee biar bisa dapetin gelar Doktor?" omel Gemintang yang kini membuat Navishe menyimpan rasa sedikit iri.

Perempuan itu terlihat sangat berbeda kini. Gemintang terlihat lebih lepas dan ceria. Membuatnya hampir melupakan sosok Kak Gee yang matanya dulu selalu menyendu. Menyimpan semua beban di dalam hati seorang diri. Terkadang membuat Navishe berpikir apakah ia akan bisa sebahagia Gemintang ketika telah menemukan seseorang yang mencintainya dengan izin Rabb mereka.

Andai seseorang itu adalah orang yang juga kucintai. Astaghfirullah, Vee! Tidak boleh berandai-andai!

"Ya aku 'kan bukan Kak Gee," jawabnya santai.

Gemintang berdecih kecil membuat sang suami di sebelahnya mengulurkan tangan dan mengusap pucuk kepalanya, "Dia tuh Bang, alasannya selalu gitu dari dulu. Memangnya siapa juga yang bilang kalau dia itu Gee," gerutunya membuat Navishe menahan tawa.

"Ya bukan dong, Gemintang. Kalau Navishe itu Gee, Abang bingung dong nanti," candanya membuat Gemintang kembali mendelik sedangkan Navishe di belakang tertawa puas.

"Jangan dong jangan! Aku gak mau berpotensi mengganggu rumah tangga orang!" tambahnya lagi dan kedua orang di depannya menggeleng pelan mendengar ucapan gadis itu.

Navishe dan ceria adalah satu. Tak pernah terlihat gadis itu bersedih karena ia mampu menutupinya dengan sangat baik. Lagipula, apa yang harus ia sedihkan? Jika Navishe selalu merasa Allah terlalu baik padanya. Mengirimkan orang-orang baik dalam hidupnya ketika Allah mengambil Ayah dan Bundanya. Navishe tak pernah merasa kekecewaan yang mendalam. Walau kesedihan tentu pernah menghampirinya. Baginya itu wajar, ia adalah manusia biasa.

Tapi kesedihannya tentu tak mendalam seperti Gemintang. Navishe memang merasa kesepian setelah ditinggal kedua orang tuanya. Tapi ... kesedihan yang ia rasakan itu berbeda. Jika Gemintang memiliki cinta yang bersambut dari seseorang yang selama ini perempuan itu pinta pada Sang Maha Cinta. Maka Navishe telah merasakan kelelahan luar biasa. Bahwa sebenarnya, dia lelah menunggu seseorang. Navishe merasa, sudah waktunya ia melepaskan semuanya. Mungkin memang mereka tidak ditakdirkan untuk bersama. Karena mengharapkan dia dengan sebegitu besarnya, berkemungkinan membuat Navishe akan mengingkari takdir dariNya.

Sehingga kini, gadis itu menoleh ke arah luar jendela mobil. Hujan masih mengguyur di sepanjang jalanan kota Kairo yang mereka lewati. Tersenyum tipis dengan mata berkabut seraya menegarkan hati untuk berkata.

Rabbi ... aku ikhlas melepasnya.

• • •

Navishe melengkungkan bibirnya ketika mendengar surah Al-Qamar yang dibacakan pelan dari seseorang yang duduk tepat di belakangnya. Ia tak tahu siapa orang tersebut namun mendengar suara beratnya, Navishe yakin jika yang membaca adalah seorang pria. Suara bass pria namun Navishe menemukan kesan hangat dalam suara merdunya. Menenangkan. Kata itu terlintas dari gadis yang kini duduk di pinggir jendela kaca itu, ketika sedang menikmati sendu dari jingga yang hanya menampakkan warna. Karena awan kelabu terlihat akan segera menyapa. Membuatnya memilih tak beranjak dari sana walau beberapa teman menyapa dan menawarinya pulang bersama. Tapi gadis itu memilih untuk menggelengkan kepala dan berterima kasih untuk penawaran teman-temannya.

EL [Eternal Love] ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang