Secangkir Diksi

18 1 0
                                    

Untukmu. Secangkir diksi

Saat kutoreh tawa disetiap titik peluh, kembali lagi kutemui sendu di penghujung hari. Aku menoleh berharap bisa menari diatas derita lalu. Namun yang ada aku jatuh, tersandung karma rupanya. Deritanya tertawa, ia tahu aku masih terjerat. Dia benar tahu bisiknya masih bergema dalam sepiku.

Kau disitu. Jelmaan masa kiniku. Juga nanti jika ku mau. Jika boleh tentunya. Takdir kita bertaut. Aku tahu. Begitu pula dengan yang lain, yang lalu. Yang telah pergi.

Bersama secangkir diksi. Kuharap kau mengerti. Lembayung senja masih serupa masa lalu. Menghampiriku disela genggamanmu pada sela jariku.

Aku tahu kau mengingatku sebagai aroma sejuknya masa nanti. Aku tahu kau akan tetap disitu. Meski jiwaku mengembara bersama kelabu di hari sabtu.

Kau diperbudak cinta. Sementara aku kehilangan waras sejak awal netramu menangkap bayangku. Kau pesakitan. Aku pun sama. Jadi kurasa tak apa. Tuk membalas kecupmu. Karena kutahu kita terlebur dalam tautan takdir bajingan yang kusyukuri disetiap hela nafasku.

AdiktifWhere stories live. Discover now