XVIII. This Will Be a Long Story

377 79 10
                                    

Klik ⭐ sebelum baca:)

***

Allard menatap kaca jendela mobil yang Menampilkan jalanan kota Bristol. Saat ini, orang suruhan kakeknya sedang mengemudikan mobil menuju rumah dengan Orion dan Luna yang sedang terdiam Duduk disebelah Allard.

Beberapa menit yang lalu, pesawat yang mereka tumpangi baru saja mendarat di Bristol airport. Dan ini adalah beberapa jam sejak ledakan energi yang tidak diketahui sumbernya itu meledak membuat kakeknya meminta Allard pulang.

Dan sejak saat itu, Artemis belum bicara satu katapun pada Allard. Dewi bulan itu tampaknya sedang memikirkan banyak hal. Dan ini membuat Allard semakin bingung, ditambah dengan kakeknya yang mengetahui bahwa dia ke Compiègne untuk melaksanakan tugas dari Artemis.

Dari mana kakeknya tahu? Atau apakah kakeknya memang sudah mengetahui itu selama ini.

Mobil mewah yang mereka tumpangi mulai memasuki mansion besar itu, dan saat mobil itu berhenti, Allard segera keluar dari mobil dengan Luna dan Orion mengikuti dibelakangnya. Dia harus segera bertemu dengan kakeknya, ada banyak pertanyaan yang harus dijawab.

Maka dari itu, Allard berjalan menuju ruang kerja sang Kakek, entah dari mana, tapi dia mendapat perasaan bahwa kakeknya sedang berada disana sekarang.

Ketiga remaja itu sampai dengan waktu singkat di ruang kerja Alain. Allard mengetuk pintu beberapa kali, dan setelah suara kakeknya terdengar memerintahkan masuk, Allard segera masuk kedalam, mengisyaratkan Luna dan Orion untuk masuk juga.

Mereka bertiga tidak banyak terlibat percakapan sejak meninggalkan hotel.

"Allard! Syukurlah kau baik-baik saja, Kakek sangat khawatir." Ucap Alain tampak sangat lega ketika melihat Allard. Lalu mata birunya menatap Luna dan Orion, "siapa temanmu Allard?"

"Kakek, perkenalkan ini Aluna Roux dan Orion Ramier, mereka berdua teman-temanku." Ucap Allard, menunjuk Luna dan Orion. "Teman-teman, ini kakekku, Alain Calester."

Alain menatap kedua remaja teman cucunya itu, "Demeter dan Hades?" Tanya Alain setelah menatap mereka.

Ketiga remaja tampak terkejut, dan dari raut wajah mereka saja, sudah bisa ditebak apa yang ingin mereka katakan. "Apa? Bagaimana?" Tanya mereka serentak.

"Kita perlu banyak bicara," Ucap Alain, laki-laki berusia lima puluh delapan tahun itu bangkit dari meja kerjanya dan berjalan kesofa lalu duduk, dan mengisyaratkan ketiga remaja untuk mengikuti tindakannya.

Allard, Luna dan Orion berjalan kesofa, lalu duduk dan menatap Alain. Alain sendiri mendesah, "ini akan menjadi cerita panjang." Ucap Alain. Laki-laki itu mengangkat tangannya dan bergumam sebentar sebelum tangannya dipenuhi cahaya abu-abu.

"Apa yang ingin kau lakukan Kakek..." Allard tidak dapat menyelesaikan kata-katanya ketika Alain tiba-tiba menyentuh kepalanya, dan segera dia tertidur.

Hal terakhir yang diingat Allard adalah Kakek menyentuh keningnya sebelum dia tiba-tiba terlelap, dan sekarang dia berada ditempat yang aneh, walau cukup mengesankan. Lantainya tampak seperti awan, dan langit-langitnya benar-benar tampak seperti langit. Ini seolah sedang melayang diatas langit sendiri.

"Tempat ini," Suara wanita yang familiar membuat Allard menoleh, mendapati seorang gadis berusia tujuh belas tahun berambut perak dengan warna mata serupa sedang memandang sekeliling dengan bingung. Allard pernah menemui wanita ini saat berusia dua belas tahun, ini adalah Artemis.

"Memangnya tempat apa ini?" Suara Orion terdengar, Allard menoleh mendapati tempat ini sekarang berisi enam orang termasuk dirinya, Luna, Orion, Artemis dan ada seorang wanita berusia tiga puluhan berambut coklat dengan mata hijau hutan, ditambah sekarang laki-laki pucat berambut hitam.

Perfect PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang