BAB I

54.4K 1.4K 7
                                    

WHAT A SHAME DAY!

“Mbak Luna, awas!!”

Pekikan seorang mahasiswa bimbinganku membuatku tersentak dari lamunan panjangku. Oh, sebentar. Berapa lama aku melamun? Bukankah aku sedang berada di—akhh!

Aku begitu terkejut saat lengan kananku ditarik paksa oleh seseorang. Lalu meringis kesakitan karena tarikannya yang lumayan kencang dan berbalik menghadapinya.

“Apa yang—”

“Apa yang kamu lakuin? Ngelamun, heh? Bahaya tau!” sembur orang yang menarikku tadi—Nugie. Ck, dia—pria ini—selalu saja muncul disaat-saat yang tepat.

Mematung seketika. Dia, pria yang sedang berkacak pinggang dihadapanku ini, adalah pria yang berhasil mengacaukan isi otakku, memenuhi pikiranku beberapa saat yang lalu sampai ketika ia datang menyeretku paksa dari—eum, tengah jalan kah? Aku sedikit linglung sekarang.

“Nu—Nugie?” sapaku setelah berhasil menguasai diriku. Jantungku masih berdebar keras karena kejadian tiba-tiba tadi, atau mungkin karena tangan kekar Nugie yang masih melingkar di lenganku? Entahlah, yang jelas jantungku berdebar lebih kencang sekarang—seolah mendobrak tulang-tulangku, minta dikeluarkan dari sarangnya. Halah lebay, yak? Tapi beneran deh, rasanya kaya gitu kok, ciyusss!!

“Ngapain kamu tadi? Mikir jorok, yak?” tanyanya lagi yang berhasil membuatku cemeberut seketika.

“Enak ajah, lagi ngelamunin kamu, tahu!” ucapku spontan. Ups, mahasiswaku sayang, kuburin pembimbing kecemu ini dongs! Hiks, aku maluu!!

Dia tersenyum pongah sekarang. Mati aku!! Haish, sepertinya aku harus segera keluar dari situasi konyol yang telah kuciptakan ini.

“Lagi belajar ngerayu, Neng?” godanya dengan senyum jahil yang membuatku makin gelagapan. Dia mendekat kearahku sekarang. Mau apa dia? Mama, tolong jemput anakmu yang cantik ini sekarang!! Hiks.

Semua terjadi begitu cepat. Kali ini Nugie berusaha menarikku lagi. Entah mengapa ia suka menarikku hari ini. Tidak berniat menarik hati Eneng, Bang? Laahh!!!

Aku merasakan sedikit perih dipergelangan tangan dan kaki sekarang. Sebelum  menyadari semuanya, mahasiswaku sibuk berkumpul di sekitarku. Mempelajari keadaan secara cepat, kusadari aku baru saja tergelincir ke arah hutan pinggir jalan yang agak curam. Pantas badanku terasa sakit. Apa sebenarnya yang terjadi padaku sehingga kerja otakku bisa selambat ini? Ini semua gara-gara cowok tengil bernama Nugie.

“Nug-Nugie? Kamu dimana?” aku panik setengah mati menyadari mungkin saja Nugie sudah meluncur jauh ke bawah sana? Bukan jurang, hanya saja jalanan hutan ini benar-benar curam, mirip lereng-lereng.

“Akkh!! Bisa beranjak dari atas tubuhku?” ringis seseorang yang terdengar sangat dekat dengan telingaku. Aku gelagapan, sementara mahasiswaku berekspresi aneh, antara geli dan prihatin. Ya ampun, aku berhasil mempermalukan diriku sekali lagi kali ini!

***

Aku masih bersungut-sungut sembari membersihkan luka memar di kaki dan tangan Nugie. Apa yang sebenarnya tadi dia pikirkan? Menarikku hingga terperosok hampir masuk hutan yang lebih cocok disebut jurang. Dia benar-benar berhasil membuatku malu dan menjadi bahan gosip mahasiswaku sendiri. Tunggu pembalasanku!

INFINITY FATEWhere stories live. Discover now