"Saya telah memutuskan untuk berpisah," katanya nyaris berbisik, namun si lawan bicara masih bisa mendengar.

Sedetik usai kalimatnya tuntas, Taehyung menyambar pergelangan Kelsi dengan kasar. Menyeret masuk gadis tersebut ke dalam apartemennya tanpa berucap apa-apa. Gestur wajahnya mengeras, tampak benar-benar geram, meski sinar matanya memancarkan seberkas kelegaan. Cengkeraman tersebut baru terlepas begitu mereka berada di ruang tamu. Taehyung membelakangi Kelsi, sedang si gadis memperhatikan punggung mantan bosnya itu dengan nanar. Pergelangan tangannya terasa sakit, namun jauh di dasar hatinya, ada rasa sakit lain yang tengah berusaha tumbuh dan membesar. Tak tahu bagaimana harus menjelaskan, Kelsi sendiri bahkan tidak mengerti penyebab rasa sakit tersebut. Semuanya masih terlalu abu-abu.

"Kau mau minum apa?" tawar Taehyung tanpa menatap lawan bicaranya. Ia masih betah dalam posisi membelakangi Kelsi―mencoba meneguhkan hati untuk tidak jatuh dalam pesona gadis itu lagi, mungkin.

Kelsi mengerjap sedikit bingung, kemudian berdeham pelan. "Tidak, Pak, terima kasih. Saya tidak ingin merepotkan. Lagi pula, saya tidak akan lama di―"

"Satu, jika kau ingin aku memaafkanmu,"―Taehyung membalik badan, menuding Kelsi tepat di depan hidungnya―"berhenti berbahasa formal dan panggil aku Taehyung, tanpa Pak atau apa pun itu. Kau dan aku hanya berjarak tujuh bulan, yang benar saja."

"Eh? Bagaimana ...."

"Bagaimana aku tahu? Aku bosmu dulu, dan aku membaca biodata dirimu. Jangan kira aku penguntit!"

Kelsi hanya mengangguk singkat tanda mengerti. Ia menahan diri sekuat mungkin untuk tidak tertawa lantaran penjelasan Taehyung. Tapi tak berselang lama, ekspresi ketus yang ditunjukkan oleh Taehyung membuat Kelsi kembali dirundung rasa takut. Bahkan untuk sekadar mengeluarkan napas, gadis itu sangat berhati-hati supaya tak terdengar tengah mendengus atau apa pun yang dapat memicu amarah Taehyung.

"Jadi, Pak―uhm, maksudku Taehyung ...." Kelsi mengambil napas dalam-dalam, menahannya sejenak sebelum turut ke luar kala melanjutkan, "Aku minta maaf tentang semua hal yang terjadi kemarin, dan meskipun kau tidak akan memercaiku, tapi aku ingin bilang bahwa aku tidak terlibat, sungguh. Aku tidak tahu jika Junwoo mengedarkan barang haram itu di sana sampai kau membawaku ke kantormu hari itu." Kelsi menjeda sejenak, meremas jari-jarinya lagi. "Aku tidak berkata seperti ini agar kau menerimaku kembali, aku hanya ingin meluruskan agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi."

"Kenapa kau repot-repot?" Taehyung bertanya selagi melenggang santai dan duduk di salah satu sisi sofa. Menyandar, kemudian merentangkan sebelah tangan ke bagian atasnya.

"A- apa?"

"Kenapa kau repot-repot menjelaskan agar aku tidak salah paham?"

Pertanyaan Taehyung tersebut kontan menghantam sisi otak Kelsi yang lain. Ia mendadak merasa gugup dan salah tingkah. Benar juga. Mengapa ia harus repot-repot meminta maaf dan menjelaskan yang sebenarnya? Bukankah akan lebih baik jika Taehyung membencinya sampai akhir? Tetapi, Kelsi justru di sini sekarang, bersama tujuan yang semakin memburam.

Taehyung menyeringai lamat-lamat. Ia mendorong tubuhnya maju dan menumpukan siku ke atas paha. Memainkan telunjuk dan ibu jarinya pada dagu dengan pandangan yang sulit diartikan; entah tengah mencibir atau kegirangan. Namun, hal itu hanya berlangsung sekejap, sebelum tahu-tahu otaknya diselimuti kabut tebal. Membuat pandangan mata Taehyung semakin dalam dan menggelap. Ia menilai penampilan Kelsi malam ini; jins belel dipadu kemeja kotak-kotak oversized jelas menunjukkan pesona lain dalam diri gadis itu. Dan Taehyung mulai kalut, membayangkan bagaimana jika Kelsi Song tanpa busana. Apa pesonanya akan berkurang atau justru makin berlipat-lipat? Taehyung jadi penasaran.

[M] Locked InWhere stories live. Discover now