Setelah itu, Sadam duduk di trotoar, di sisi kiriku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah itu, Sadam duduk di trotoar, di sisi kiriku. "Gue lagi suntuk di rumah, Bri."

"Terus jalan keluarnya adalah dengan lo kabur gitu?" Aku meraba pipi Sadam yang membiru.

"Gue enggak kabur, Bri. Gue cuma pergi enggak izin doang, kok."

"Ih, itu sama aja Sadam...." Sengaja kutekan pipinya.

Sadam refleks menepis tanganku. "Lo kalau kesel sama gue, jangan gitu dong. Sakit, nih!"

Aku meraih tas selempang kecil dan mengeluarkan plester. "Enggak sia-sia gue bawa ginian ke mana-mana. Sini pipi lo." Aku menutup luka yang ada di pipinya dengan plester.

"Ngapain lo nyari gue?" Sadam membuang muka ke arah jalan sambil mengelus-elus pipinya.

"Lo bener-bener ketelaluan, Dam. Lo bukan cuma bikin gue kelabakan gara-gara nyariin lo, tapi lo juga udah bikin khawatir bokap nyokap lo."

Sadam menoleh ke arahku. "Kenapa? Bukannya mereka bebas ya enggak ada gue?"

Kutinju lengannya. "Lo tuh, ya! Dibilangin yang bener juga. Maksud lo apa dengan ngomong kayak gitu? Oh, apa lo lupa hari ini ulang tahun bokap lo?"

Sadam terdiam. Mungkin dia terkejut mendengar pernyataan dariku atau mungkin tidak.

"Lo jahat, Dam. Enggak nyangka gue lo kayak gitu."

Dia masih terdiam.

"Orangtua lo mau ngadain makan malam keluarga, Dam. Lo enggak tahu?"

"Gue eng—"

"Lo enggak bersyukur, Dam. Bisa-bisanya lo nyia-nyiain kasih sayang mereka."

"Gu—"

"Pokoknya gue mau lo pulang dan minta maaf ke mereka! Enggak ada lagi alasan."

"Tap—"

"Jangan nyelak!" Kuberi aba-aba dengan tanganku. "Gimana pun juga lo harus sayang sama mereka. Apa pun yang mereka lakuin ke lo itu buat kebaikan lo sendiri." Aku mendesah. "Lo anak satu-satunya, Sadam. Lo harus ngerti itu."

Aku lega sekaligus lelah setelah mengatakan semuanya. Kusandarkan kepalaku ke pundak Sadam. "Pinjem pundak lo, Dam. Gue capek."

"Bri," Sadam akhirnya bersuara setelah beberapa menit terdiam, "gue malu sama lo."

"Kenapa?" tanyaku tanpa berniat untuk mengangkat kepala. Dengannya aku merasa hangat walau angin malam terasa lebih dingin dari biasanya.

"Dari semua perkataan lo tadi, udah buat gue sadar kalau gue enggak beda sama anak-anak nakal yang lainnya." Dia meraih jemariku, lalu menggenggamnya. "Gue enggak berniat untuk jadi anak durhaka, Bri. Tapi gue ngerasa dikekang. Gimana dong? Gue enggak bebas. Gue mau kayak yang lain."

Aku segera membenarkan posisi dan melihatnya. "Udah ngomongnya?"

Sadam berkedip.

"Maksud lo, lo pengin kayak anak-anak berandalan yang ngelawan orangtuanya terus keluyuran malam-malam buat ngetrek dan hura-hura? Ya ampun, Dam. Lo udah dewasa juga, tapi pemikiran lo masih yang kayak anak kecil." Aku meletakkan genggaman Sadam ke pangkuanku. "Dengerin gue, ya. Orangtua lo ngekang lo karena mereka nganggep lo itu masih belum bisa dilepas. Mereka belum percaya sama lo, Dam. Gimana mau percaya coba? Pipi kenapa sampai begini, ha?"

"Gue kena salah tonjok, Bri."

"Ih, lo ngapain, sih? Kok bisa?" Aku gemas sekali mendengar pernyataannya. "Terus lo enggak apa-apa? Lo emangnya main ke mana, sih?"

Sadam hanya tersenyum miring. "Udah yuk, Bri. Kita pulang. Gue capek."

"SABRINA!!" []

♡♡♡

Holaaa, Guys! *tebar lope

Gimana weekend kalian? Menyenangkan kan karena bisa nyantai di rumah atau jalan-jalan mungkin sama orang yang disayangi? Hohoo pastinya...

Aku juga baru pulang dari Banjarmasin. Cuma kondangan sihh, jadi enggak ke mana-mana. Ehee~

Soon aku ceritain gimana selama aku di Jogja dan Banjarmasin. Jogja? Hehee iyaa aku memutuskan untuk menghilang ke sana. Aku butuh menepi 😞 dengan keistimewaannya dan kesyahduannya yang bikin aku jatuh cinta sama Jogja 💕

 Aku butuh menepi 😞 dengan keistimewaannya dan kesyahduannya yang bikin aku jatuh cinta sama Jogja 💕

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tapi tenang, aku sudah kembali ke planetku 😂

Apakah aku akan bercerita bersetting Jogja nanti? Ohh ofcourse... 💕

Gimana keadaan hutan di Kalimantan? Huhuu... miris aku ngelihatnya. Aku lihat dari atas pesawat 😭

 Aku lihat dari atas pesawat 😭

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Semoga cepat membaik, ya. Aamiin 😊

Hmm, kenapa fotonya kebalik semua, ya? 🤔😂

Sudah puas dengan Sadam-nya? Hohoo sudah dong yaa 😆 *ditabok para netijen

Okay. Sampai jumpa di part selanjutnya, ya! 😘

Salam Sayang,
Aya

MAHKOTA KERTAS [tamat]Where stories live. Discover now