0062 memanggil...

1.8K 221 13
                                    

Arthit kehilangan ponselnya,

Itu gara-gara dia sibuk bergulat dengan Kongpob hanya karena sebuah remote. Kongpob sedang dalam mood menggodanya tidak peduli waktu sudah semakin mendekati tengah malam. Matanya yang hampir memejam tidak jadi menemukan lelap karena suara video player yang ditonton junior favoritnya itu mengganggu pendengarannya, dia tidak mengerti apa bagusnya menonton film horror di tengah malam dan memancing rasa takut yang sebenarnya tidak ada.

Dia meminta Kongpob mematikan film itu atau kecilkan saja suaranya, namun Kongpob dengan entengnya malah menjawab "Tidak seru nonton horror kalau volumenya kecil, P. P' saja kemari, tidur di pelukanku jadi aku bisa sambil menutup telingamu" .

Jadilah pergulatan itu tak bisa terelakkan, Arthit yang berusaha merebut remote di tangan Kongpob dan sang junior yang sibuk mengelak. Padahal Arthit bisa dengan cepat menyelesaikan masalah mereka dengan mencabut stop kontak tv atau membuang saja dvdnya, namun laki-laki itu terlanjur nyaman di atas kasur hingga membuatnya malas beranjak dari sana. Dia lebih suka menghajar Kongpob demi mendapatkan apa yang dia inginkan.

Alhasil, saat keduanya sama-sama lelah, Arthit baru sadar ponselnya raib. Sudah dapat di duga siapa yang akan disalahkan.

"Telepon nomornya, coba" Pintanya pada Kongpob yang langsung dijawab anggukan

0062 memanggil...

Dan benda malang itu mengeluarkan suara dari kolong tempat tidur, Kongpob dengan susah payah mengulurkan tangannya yang panjang untuk mengambilnya.

"Astaga... membuatku jantungan saja. Awas saja kalau ada yang rusak, itu salahmu"

Kongpob merengut, namun mengangguk saja biar cepat. Mereka berdua akhirnya kembali merebah, melupakan remote yang tadinya menjadi barang menarik untuk mereka perebutkan. Sembari menenangkan detak jantungnya yang masih berdebar kencang karena ponsel, Arthit meneruskan omelannya tentang kebiasaan Kongpob yang suka menonton film horror di waktu-waktu yang tak terduga. Bukan masalah sebenarnya, toh, dia juga terkadang menonton genre yang sama, namun Arthit tidak terlalu menyukai dampak jangka pendek setelah tayangan selesai, meskipun keduanya bukan penakut, namun efek pasca menonton biasanya membuat mereka jadi mudah terkejut dan sedikit paranoid untuk menginjak tempat sepi.

"Kan tidak lucu kalau tiba-tiba kau membangunkanku karena takut ke kamar mandi" Arthit mengakhiri omelannya dengan satu candaan ringan, yang sepertinya gagal ditangkap oleh lawan bicaranya karena Kongpob tidak mengeluarkan satu kalimatpun dan malah helaan nafas yang terdengar darinya.

Arthit menoleh, dan baru menyadari kalau Kongpob malah sibuk melamun.

"Ai'KONGPOB!" Bentaknya seraya mendorong bahu sang kekasih, membuat Kongpob terkejut.

"Huh? Apa?" Tanyanya bodoh, membuat Arthit mendengus malas.

"Kenapa melamun? Kau tidak sebaik ini tadi? Sekarang kantukku sudah hilang dan kau malah mengacuhkanku"

"Sorry, P'" Kongpob memiringkan tubuhnya menghadap Arthit dan memeluk kekasihnya erat. Arthit memejamkan mata dan menarik selimut, karena biasanya pelukan Kongpob cukup mampu untuk membuatnya nyaman dan tertidur, jadi dia bersiap untuk kebali ke dunia mimpi.

"P'"

"Hmmm.."

"Kenapa namaku di ponselmu masih 0062?" Tanya Kongpob dibalik bahu Arthit, sang kekasih nyaris tidak bisa mendengar pertanyaannya kalau saja suara itu tidak datang dari dekat telinganya. Arthit mengangkat kepala untuk menatap wajah Kongpob yang masih terbenam dibalik bahunya.

"Itu yang membuatmu melamun barusan?"

Kongpob mengangguk, belum mengangkat kepalanya.

"Memang harusnya seperti apa?"

Kongpob mendongak, menatap Arthit dengan puppy eyes dan mulut memberengut seperti anak kecil yang butuh permen "Pacar, love, honey... dan sejenisnya"

"Yuck..."

"P' kita sudah pacaran hampir setahun. Masa kontakku masih sama dari sejak aku menuliskannya?  Apa kau tidak pernah memandanginya, begitu? Sewaktu kangen. Lalu timbul pikiran mengganti namanya dengan yang lebih manis"

Arthit membuang nafas, lalu melirik kekasihnya dengan sebal seperti biasa, hatinya tergelitik untuk menggoda namun kenyataan kalau dirinya tidak pernah kebal dengan tingkah kekanak-kanakan Kongpob membuatnya menyerah juga. Jadi dia memutuskan jujur,

"Justru karena kau yang menulisnya disana, aku jadi tidak bisa merubahnya"

"Huh?" Kongpob menatapnya tidak mengerti, Arthit sudah bersiap mengubur diri di dalam selimut dan melupakan saja apa yang baru saja dia katakan kalau saja Kongpob tidak lebih cepat, dia mengunci tubuh Arthit agar sang senior tak bisa bergerak.

"Jelaskan?" Pintanya, namun senyumnya sudah mengembang sempurna seakan permintaannya tadi hanyalah sebuah pertanyaan retoris. Namun Kongpob benar-benar ingin mendengarnya langsung, P'Arthit tidak mau mengubah kontak namanya karena dia?

"Aishh... Oke, oke. Sejak aku kenal dan punya nomor ponselmu. Aku sudah berkali-kali ingin mengganti namamu dengan sebutan 'junior kurang ajar', 'bulan kampus sok baik', 'pahlawan kesiangan', ...."

"Phiiiiiiii.... kau jahat sekali" Potong Kongpob karena tidak mau mendengar lebih banyak lagi julukan aneh yang disematkan pacarnya untuknya dulu.

Arthit terkekeh,

"Jadi...kenapa kau tidak pernah jadi mengubah nama kontakku?" Tanyanya lagi, bertekad terus mengejar sampai pagi sekalipun.

"Ck, aku tidak jadi mengubahnya karena rasanya akan berbeda, karena bukan kau yang menulisnya sendiri. Puas?!"

Semakin tak bisa menahan senyum lebarnya, Kongpob ingin langsung menerjang Arthit dengan ciuman dan pelukan kalau saja tidak keduluan Arthit yang tiba-tiba membekap mulutnya kuat-kuat.

"Jangan tersenyum, jangan menggoda, jangan merayu. Atau kubekap sampai pingsan" Ancam Arthit serius. Kongpob bisa saja mengelak dan mengajaknya bergulat lagi seperti sebelumnya, namun niatnya tak jadi dia lakukan karena otaknya sedang memikirkan rencana yang lebih baik.

Arthit akhirnya melepaskan bekapannya saat sang junior menggeleng dengan yakin.

"Kalau begitu, apa aku boleh mengganti sendiri nama kontakku di ponselmu?" Tanya Kongpob kemudian "Na khrapppp..."

Arthit sudah bilang, 'kan, kalau dia tidak kebal dengan tingkah manis Kongpob, jadi laki-laki itu langsung melemparkan saja ponselnya pada sang kekasih. Kongpob tampak puas setelah beberapa menit mengotak-atik ponsel kekasihnya sebelum kemudian mengembalikan benda itu pada sang pemilik. Arthit yang mengangkat alis penasaran dengan nama baru yang disematkan sang junior segera mendapatkan jawaban benda persegi itu menerima panggilan,

Boyfriend memanggil....

-END

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pillow TalkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang