CRUSH♥

3.1K 320 42
                                    

Arthit jarang membuka sosial media jika tidak ada acara penting yang melibatkan universitas atau gengnya. Namun karena Toota memborbardir chatroom dan memaksanya untuk membuka forum fakultas, membuat dia akhirnya penasaran juga.

Laki-laki itu merengut begitu melihat postingan yang sedang heboh hari ini. Seorang maba cantik tertangkap kamera sedang menghadap Kongpob, menunduk, menarik perhatian beberapa orang yang ada di sekitarnya. Dari satu jepretan saja dia langsung tahu kalau gadis itu adalah korban pesona sang 'Mantan' Bulan Kampus yang kesekian.

"Bulan kampus, eh?" Gumamnya mengejek, yang akhirnya menarik perhatian sosok yang sedang berbaring disampingnya. Kongpob mencondongkan badannya untuk melihat tampilan di layar ponsel Arthit, sang junior mengeluarkan kata –oh- begitu menyadari apa yang sedang diperhatikan oleh kekasihnya.

"Ini sudah lewat setahun. Tapi kenapa masih ada saja yang menyukaimu, sih? Bulan kampus yang baru bukannya lebih tampan darimu"

Kongpob tertawa tertahan mendengar protes berkedok ejekan itu "Au, Phi. Jangan salahkan aku kalau aku masih cukup dilihat sebagai orang yang menarik sampai sekarang. Lagipula, salah siapa seorang Kongpob bisa dicalonkan sebagai bulan kampus dan akhirnya jadi pusat perhatian" Ujarnya membalikkan keadaan.

"Siapapun yang mencalonkanmu? Dia pasti sudah gila"

"Begitukah? Apa P'Arthit sudah cukup menggilaiku bahkan sebelum aku melakukan pendekatan"

"Issh... diam kau"

Kongpob tersenyum lebar, lantas mendekatkan kepalanya agar membentur sebelah kepala Arthit, dia ikut membaca komentar-komentar yang ada dibawah postingan tsb. Beberapa ada yang merasa kasihan, beberapa membodoh-bodohi (karena sudah tahu Kongpob sudah punya pacar, tapi tetap nekat), beberapa menyemangati.

"Saat kau menghadapi situasi seperti ini, bagaimana perasaanmu?" tanya Arthit memecah keheningan.

"Bahagia" Jawab Kongpob singkat, sukses membuat Arthit langsung menoleh dengan pandangan galak.

"Bahagia? Jadi kau bahagia dikerubungi mereka-mereka ini?" Tanya Arthit sedikit membentak, dia tidak menyangka kekasihnya punya sindrom pangeran seperti selebriti-selebriti di luar sana, narsis dan mungkin saja lupa memikirkan perasaaan Arthit sebagai kekasihnya.

Kongpob seketika melahap bibir Arthit untuk membungkamnya, kekasihnya ini sama sekali tidak bisa diajak bercanda. Dia sudah berhasil memasukkan lidahnya ke dalam pertahanan Arthit saat laki-laki dihadapannya itu mendorong bahunya "Aku bahagia bisa tidur disampingmu" Jawabnya kemudian. Wajah Arthit sudah memerah karena efek ciuman yang tanpa diduga datangnya, ditambah rasa malu karena lagi-lagi mengambil kesimpulan sendiri.

"A-aku tidak bertanya soal itu, aku bertanya soal ini" Ujarnya cepat, sembari menunjuk tampilan ponselnya yang menampilkan komentar yang seakan tiada habisnya.

Kongpob kembali menyamankan diri di sebelah Arthit, masih memilih meletakkan kepalanya di bantal yang sama dengan kekasihnya agar kedekatan mereka tak terputus.

"Perasaanku.. Hmm... kaget awalnya. Tapi lama-lama aku bisa menguasai keadaan"

Arthit mengerucutkan bibirnya, "Dasar Tuan populer" Tapi laki-laki itu sudah tidak kesal, dia tahu Kongpob pasti sudah pernah mengalami hal-hal semacam ini sebelumnya, terlebih saat jabatan Bulan kampus masih dipegangnya sekaligus kesannya sebagai mahasiswa Heroik di tahun pertama.

"Tidakkah kau merasa bersalah saat menolak mereka?"

"Aku akan semakin merasa bersalah jika membohongi mereka dan menyakiti di kemudian hari, Phi,"

Kongpob terdiam beberapa saat "Lagipula, beberapa dari mereka menyatakan suka bukan karena ingin menjadi pacarku, karena jelas semua orang sudah tahu aku tidak single. Mereka hanya ingin aku mengetahuinya tanpa mengharapkan balasan. Dan jadi semakin mudah karena kami tidak kenal dekat"

Pillow Talkحيث تعيش القصص. اكتشف الآن