Teringat Kembali #1

7 0 0
                                    

Guwe masih ingat kejadian 8 tahun lalu. Tapi ini hanya sebagian cerita dari guwe. Guwe tidak tahu lebih jelas mengenai apapun saat itu dan egois. Yah, terlalu egois.

 Guwe tahu bahwa semuanya  tidak bersalah. 

Mereka terlalu banyak memendam rasa sedih di hati dan tidak menyisakan rasa senang di hatinya. Dan, guwe salah satunya.

Tapi pada dasarnya, kami semua telah menyadari bahwa dari dulu hubungan kami telah putus semenjak lama. Sejak 8 tahun yang lalu... 

Daniel POV

Entah ada apa, guwe malah pergi ke supermarket tanpa ada alasan. 

Mungkin ada perasaan kalau ke supermarket, perasaan ini akan lega. Setelah guwe masuk, sekalian cuci mata boleh kali, ya? 

Tunggu, sepertinya guwe kenal tuh cewek. Guwe merhati-in terus dan...

Oh, yang benar saja. Rupanya emang benar itu si Putri. Apa jangan-jangan ini kebetulan? 

Baiklah akan guwe sapa dia. Setelahnya, ya begitulah.

Dan, sedari tadi guwe hanya menggumam dalam hati. Lalu, guwe hampiri Putri dan setelahnya guwe bantuin dia. Yah, demi perasaan yang mengganjel dalam hati guwe ini.

Guwe akhirnya membayar semua barang belanjaan miliknya dan menghampiri Putri.

Wah, rupanya nih anak ketiduran. Apa anginnya sesejuk itu? Atau pingsan sesaat?

"Put. Bangun, Put." Guwe berusaha bangunin anak ini, tapi dia malah makin pulas. Bagaimana pun caranya masih belum bangun juga ya, tunggu-in 'aja dianya.

Jadi daripada buang-buang energi, lebih baik guwe tunggu anak ini bangun sendiri. Biar tahu dia kalu tidur ya, dirumah bukan di depan supermarket. 

"Huh, rupanya angin sore ini memang sejuk. Pantesan si Putri ini ketiduran disini. Tapi tidak apa-apa lah. Sesekali guwe kasih kesempatan buat dia tidur pulas, di depan supermarket. -_-"

"Hmm..." Guwe fokus menatap satu titik dimana mata guwe tidak bisa berpaling. Guwe menerka-nerka kalau itu tuh seperti sebuah lubang semut karena ada semut yang keluar dari lubang itu. Ah, guwe memang tak ada kerjaan.

Lalu guwe menatap arah lain dan mengingat kembali kejadian 8 tahun yang lalu. Langit hari ini agak mirip dengan langit waktu itu.

8 tahun yang lalu.... <flashback sudut pandang Daniel>

Waktu itu, kami berada di sawah. Guwe, Putri, dan Zul sedang bertiga terpisah dari yang lain karena kami memang mempunyai tujuan yang sama. 

"Eh, eh, lihat! Itu bukan sawahnya?" Zul, teman kami yang meninggal itu menunjuk ke arah timur dan disana ada sawah basah dan penuh akan lumpur.

"Iya, betul! Mari kesana!" Ajak Putri. Dan kami bertiga kesana untuk menemukan sesuatu dan disuruh oleh Pakde Gabut. Kata Pakde Gabut kami harus menemukan cincin batu akiknya yang sebesar mata ikan tunanya itu dan kami akan diupah uang jajan untuk seminggu.

Karena tergiur akan janji manisnya, ya kami setuju dan buru-buru kesana tanpa tahu setelahnya.

Setelah puas bermain-main lumpur sambil mencari cincin batu akik itu, kami menemukannya dan membersihkannya dengan air bersih lalu memberikannya kembali ke Pakde Gabut. Dan karena dia berbaik hati, di kasihlah upah itu ke kami. 

Oh, rupanya masih ada hati nurani Pakde Gabut ini. Guwe bergumam dalam hati.

Saking girangnya menghitung uang itu, kami dengan polosnya ingin mentraktir yang lain makan enak di kota. Dan menghabiskan uang itu dalam sehari demi makanan yang enak-enak di kota sana.

Yang lain tentu saja girang bukan main. Kami menghias diri kami dengan baju bagus dan berpamitan dengan orang tua kami masing-masing.

Guwe sebenarnya sudah mendapat firasat gak bagus, kalau saja aku tidak mengabaikannya. Mungkin kami masih dapat berkumpul bersama dan saling bercanda dan tertawa, dapat pekerjaan dan kuliah bareng. Bukankah itu semua hanya mimpi?

Ah, lalu guwe dan yang lain berangkat naik bus ke kota. Kami dulu tinggal di desa, tapi sekarang kami tinggal di kota ini karena kami semua sudah jadi orang yang sukses.

Ah, lanjut-lanjut. Sampailah kami di restoran terkenal di kota ini. Nama restorannya itu kalau tidak salah Boogie Restaurant. Nama restoran yang aneh dan sampai sekarang masih ada di kota ini.

Kami mulai memesan makanan yang terjangkau, menunggu, dan memakan semua makanan yang kami pesan dengan lahap. Kami makan siang disana, dan memang tidak sia-sia kami makan bersama-sama. Memang lebih seru tuh makan bareng.

Sedari tadi, sebenarnya guwe terus memperhatikan satu orang dan Zul terlihat murung walau ditutupi dengan senyum dan guwe curiga sejak awal.

Setelah kenyang dan puas, kami pergi dari restoran itu dan menyempatkan untuk jalan-jalan mengelilingi daerah sekitar sana. Jadi kami berpisah.

Untungnya, guwe dan Zul hanya duduk-duduk di bangku sambil memerhatikan orang yang lewat di depan kami. Guwe diam 'aja sampai dia bilang sesuatu ke guwe.

"Hei, Daniel. Seru gak hari ini?" Tanyanya.

"Eh? Ooh, seru kok! Ada apa nanya tiba-tiba?" Guwe juga jadi punya kesempatan untuk balik nanya.

"Hahaha, enggak. Cuman nanya." Lalu, keheningan lagi.

"Daniel, kamu tahu gak? Kalau hari ini hari yang spesial buat aku. Senangnya bisa berkumpul bareng dan tanpa ada yang nangis. Tidak seperti dulu." Guwe merasa aneh dengan ucapannya waktu itu, tapi guwe tidak berpikir kalau itu perbincangan terakhir kita.

"Oh, hahaha... Iya, dulu si Putri nangis cuman gara-gara guwe cubit-in. Senang sekali guwe waktu itu goda-indianya. " Kami berbincang dengan santai apa adanya. 

Zul, dia senyum. "Iya, tapi jangan begitu juga kali. Bagaimana pun si Putri itu sepupu jauh kamu. Oh ya, kalau aku nyuruh kamu kumpul, kumpulkan juga yang lainnya. Aku mau ngomong sesuatu ke kalian semuanya. Jangan gak ngumpul aja." Dia memintaku seperti itu, seakan memang pasti ada yang akan terjadi dengannya. 

Guwe mengangguk. "Baiklah." Terlihat yang lain sepertinya semua kembali ke tempat awal tanpa tersesat. Tiba-tiba....

"Teman-teman! Mari kita buat perjanjian!" Lalu kami semua berkumpul kembali seperti yang dia suruh. 

Kami mendekatinya karena penasaran apa yang akan di omongkan dengan kami. Inilah saat yang kami tunggu-tunggu. 

Setelah itu...






You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 09, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Grow Under the GlowWhere stories live. Discover now