1▪Gotcha!

11.3K 1.3K 58
                                    

"Lisa buru eh.. itu sudah mulai baris!"

"Bentar Ju, gue bingung mau nyimpen dimana gitar nya!"

Lalisa Dewi. Sekilas mendengar namanya, pasti juga menduga bahwa pemilik nama tersebut sama cantiknya, bukankah begitu? Apakah kalian membayangkan, sosok gadis rapi, dengan surai gelap yang begitu indah dan lembut, juga wajah bak bidadari. Oh bukan kah begitu bayangan kalian?

Pada nyatanya, gadis dengan sapaan Lisa ini, hanyalah gadis SMA biasa. Gadis yang tak selalu rapi, namun tidak juga urakan. Rambutnya tak selembut model di iklan sampo bahkan memiliki poni rata juga tak tertata rapi, hanya terurai bebas dibalik punggung kecilnya, wajahnya pun tak secantik tipe-tipe ideal dari primadona nya sekolah. Hanya gadis biasa, seperti halnya kita semua.

"Udah taruh di lemari aja napa!"

"Lemarinya di konci Mingyu nih!"

Sedangkan, gadis lain bernama Yuju--yang tengah berdiri panik memandangi Lisa juga kearah lapangan sekolah. Tampak begitu gemas, juga kesal saat melihat Lisa hanya dapat bergerak linglung diujung kelas dengan membawa gitar kesayangan milik gadis itu.

"Lama lo anjir! Gua duluan. Bye!" seru Yuju, yang detik kemudian berlari dari sana. Meninggalkan Lisa yang tersentak kaget melihat kepergian Yuju.

"Sialan anjeng Yuju!" Begitulah sumpah serapahnya.

Dengan panik, sembari terus bergumam kesal. Ia menoleh ke kanan kiri, guna mencari tempat pas untuk sekedar menyimpan gitar kesayangannya. Biasanya, ia akan menyimpan gitar yang telah dimasukkan kedalam tas gitar kedalam lemari kelas yang terletak diujung belakang kelas. Namun, kali ini hal tersebut tidak bisa dilakukan, karena lemari tersebut di kunci dan kuncinya berada pada Mingyu selaku Ketua kelas.

Lisa masih sibuk, mencoba kesegala sudut agar tak dapat terlihat ketika guru pengawas akan mengecek kelas satu persatu nanti ketika upacara tengah berlangsung. Namun, suara akan aba-aba dari arah lapangan membuatnya mendecak kesal, akhirnya memilih untuk menaruh gitar kesayangannya dibawah meja pojok yang di huni salah satu temannya, Wonwoo.

Lantas, bergegas menuju lapangan sekolah yang sudah dipenuhi dengan barisan-barisan rapi dari warga sekolah.

Selang beberapa saat, dengan tubuh kurus juga kaki panjangnya, ia dapat dengan mudah berlari juga tak merasa terbebani. Namun, reaksi akan debaran yang ditimbulkan terus membuat jiwanya tak tenang. Bagaimanapun, sebagai murid yang terlambat saat akan memasuki barisan adalah hal yang tak dapat dihindari.

Walau mungkin ia sering kali melakukannya, namun jika ia melakukannya seorang diri maka akan sangat terasa debaran yang terpacu kuat.

Ia berjalan, dengan mengendap-endap, sesekali melirik pada daerah barisan guru-guru dan staff sekolah. Atau pada barisan lain yang terisi anak-anak OSIS, si mandor sekolah, kalau Lisa menyebutnya.

Dilihatnya, barisan kelasnya tampak begitu jauh, ditambah ada beberapa anak OSIS yang terlihat dari lambang lengan kiri, tengah bertugas, bahkan bertepatan dengan kelasnya.

Oh itu Yuju. Ditarik oleh salah satu anak OSIS, entah karena alasan apa, namun Lisa merasa puas akan hal itu. Pikirnya, Yuju pantas menerima karma tersebut karena telah meninggalkannya.

Karena hal tersebut terjadi, alhasil Lisa berdiri baris di ujung barisan anak kelas satu. Lisa tak tahu kelas dan jurusan apa, namun terlihat dari angka romawi yang menggambarkan apa tingkatan dari mereka yang Lisa tumpangi baris.

Hal tersebut mungkin biasa, namun para adik-adik kelas juga memiliki rasa penasaran. Saling memberikan lirikan pada Lisa, terlebih, Lisa mengambil barisan tengah yang kosong.

"Loh ... Kak Lisa?" Satu pertanyaan tiba ketika Lisa telah menghela napas lega dan memilih tenang. Ia menoleh, mendapati pemuda tampan dengan wajah kebingungan yang begitu menggemaskan.

Oh entah, mimpi apa Lisa semalam karena bertemu cowok ganteng.

"Eh Jaem. Gua baris disini dulu ya... di barisan kelas gue ada anak osis" bisik Lisa tak lupa memberikan cengiran lebar.

Jaemin namanya, adik kelas yang mempunyai senyuman maut, dan beruntungnya Lisa mengenalinya karena kerap kali meminjamkan gitar pada pemuda itu.

"Emang nggak malu di liatin?"

Lisa tersenyum, "malu lagi kalo gue baris disana" tunjuk Lisa pada barisan samping yang menjadi barisan murid-murid bandel yang melanggar aturan. Mulai dari perlengkapan tak lengkap, atau beberapa perlengkapan yang melanggar aturan seperti sepatu berwarna dan lain-lain.

Lisa mungkin sudah lengkap dan mematuhi peraturan yang ada. Tetapi, jikalau soal keterlambatan, Lisa bisa berakhir disana, baris dengan menghadap langsung ke cahaya ilahi.

Jaemin mengangguk paham, lantas pandangannya bergulir, menatap lurus ke depan guna memperhatikan proses berjalannya upacara pagi. Lisa pun begitu, ia memilih mengalihkan wajah, membenarkan topi sekolahnya, Lantas menghela napas kemudian.

Namun, semakin ia mencoba rileks semakin itu pula ia merasa risih. Karena rasanya, tatapan yang diberikan pada adik-adik kelas disekitarnya begitu intens, hingga rasanya ia ingin kabur saja.

"Jaem... kok gua di liatin terus ya?" tanya Lisa dengan bisikan dan sedikit mendekat pada Jaemin di sampingnya.

Jaemin menoleh, pemuda itu diam sejenak dengan pandangan yang bergulir. "Eung ... anu itu ..."

Lisa melirik, memandangi Jaemin dengan bingung. Tatapannya ikut bergulir, memandangi sekitar yang tampak melirik padanya dengan begitu lekat. Hingga, tak sengaja pandangannya terkunci pada sosok tinggi yang tengah berbaris di ujung belakang lain.

Sosok itu menatapnya, sosok yang begitu ia kenali, menatapnya dengan tatapan yang mengejek juga  meremehkan. Melihat itu ia bergumam kesal, menyumpah  serapahi adiknya, Lucas.

Karena asik beradu tatap dengan tatapan yang saling membunuh, juga gerakan bibir yang terucap akan kata-kata kasar. Ia tak sadar, ketika suara serap langkah kaki mendekar dan berhenti tepat disebelah nya yang masih kosong.

"Kak Lisa..." panggil Jaemin, membuat atensi Lisa akhirnya teralih.

"Kenapa Jaem?"

"Itu ... Bang Taeyong..." Lisa mengernyit, tak mengerti akan nama yang di ucapkan Jaemin.

"Siapa?"

Jaemin menipiskan bibir, pemuda itu lantas mengalihkan wajah dengan merunduk, "itu disebelah kakak--"

Ucapan Jaemin terpotong, bersamaan dengan sebuah tarikan yang lumayan kencang dari kerah baju belakangnya. Lisa tersentak dan hampir memekik dengan mengeluarkan kata kasar jika tak mengingat tempatnya berdiri saat ini, lantas ia segera menoleh guna  melihat siapa oknum tersangka.

Hal yang ia lihat adalah pemuda tampan dengan tatapan tajam, namun seringaian yang tampak mengerikan. Iya mengerikan, karena sehabis itu Lisa tak sengaja, melihat sebuah lambang yang tertempel rapi di lengan kiri seragam pemuda itu.

Orang-orang yang seharusnya di hindarinya tadi. Kini justru menemukannya sendiri.

"Gotcha"

Mampus, kao Lisa!




🎶🎶🎶

Cerita ringan yang punya konflik ringan juga

-deri

MelloWhere stories live. Discover now