(2)

93 8 1
                                    

"Seiyla!"

Gadis bertubuh jangkung itu berbalik dan mendapati Raya - teman kelasnya itu sedang melangkah riang menuju ke arahnya.

"Hai!"

"Gimana? Udah ngerasa baikan?" tanya Seiyla, menatap gadis itu.

Raya menganguk. "Lumayan, istirahat empat hari udah buat gue merasa lebih kuat," ucap gadis itu sembari tersenyum yang memperlihtkan deretan giginya yang putih.

Seiyla terkekeh."Um...gitu ya," Seiyla menjeda, "Tapi enak juga sih jadi lo, lo nggak ikut MOS." Seiyla mengucapkan kalimat terakhirnya dengan raut wajah yang sedikit berubah menjadi masam.

Raya mengeryit. "Kenapa emang? MOS nya seru?"

Seiyla tersenyum sinis. "Seru apanya, ngeselin, iya!"

"Lah kenapa?"

Seiyla melongos. "Lo tahu ketua Osis kita?" Gadis itu menatap Raya yang menganguk menanggapi pertanyaannya.

"Kak Devan."

"Sumpah, dia tuh ngeselin!" kata Seiyla dengan nada kesal yang tersirat.

Selama masa MOS dia yang selalu di jadikan sasaran empuk Devan dengan menggunakan jabatan ketua osisnya yang semena - mena itu selalu mencari kesalahannya, sekecil apa pun itu, akan mendapatkan hukuman, jika murid lain yang melakukan sedikit pelanggaran, hal itu akan dimaafin aja. Nah, bedanya mereka sama Seiyla apa coba?

Memikirkan hal itu saja sudah membuat Seiyla menjadi badmood.

"Cogan mah bebas," celetuk Raya. Seiyla menatap gadis itu tajam .

"Ganteng apanya? Songong, iya!" balas Seiyla sebal. Raya hendak menyahuti, tapi urung ketika melihat seseorang sudah berdiri belakang Seiyla dengan senyum miringnya.

"Seiyla," kata Raya dengan nada pelan.

"Apaan?" Seiyla mengangkat sebelah alisnya,  penuh tanya, apalagi melihat perubahan wajah Raya.

Raya berdecak . "I..itu," ucapnya sembari mengarahkan dagunya untuk memberi kode.

Seiyla menoleh, kedua matanya sontak membelalak.

"Songong ya?" ucap cowok itu kemudian tersenyum miring. Nyali Seiyla saat mengatakan Devan songong seketika menciut. Gadis itu memaki dalam hati "Mampus gue."

Seiyla menelan ludahnya susah payah. Tidak ingin ikut mendapat masalah, Raya segera pamit hendak menuju kekelas diluan.

"Se-sei, gue diluan ya!" Setelah mengucapkan hal itu, Raya sudah ngancir pergi.

"E-eh tung....."

Seiyla hendak mencegat Raya pergi tapi, Devan sudah menariknya.

"Ish, apaan sih! Lepasin!" kata Seiyla sembari mencoba sekuat tenaga untuk melepas tangan Devan yang memegang sebelah pergelangan tangannya itu. Tapi, tenaganya kalah kuat.

Senyum Devan semakin lebar yang membuat lesung pipi - nya terlihat membuat murid perempuan yang melihat itu meleleh.

"Lo udah ngatain gue songong. Lo harus minta maaf."

Seiyla memutar kedua bola matanya malas, ia sudah bosan bermasalah sama Devan.

"Yaudah. Sorry." Kata maaf yang diucapkannya terdengar setengah hati membuat Devan menggeleng tanda ia menolak.

"No, lo harus ikhlas." Seiyla mendengus "Bacot amat sih!" maki gadis itu dalam hati.

Seiyla mencoba tersenyum manis walau dalam hati ia kesal "Kak Devandra Putra Algibran, gue minta maaf karena udah ngatain lo songong." Devan tersenyum puas, cekalan - nya pada pergelangan tangan Seiyla terlepas.

SkadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang