Sarapan Pesan

110 2 0
                                    

Ayam bersuara pertanda alam dijemput sang surya. Embun berjatuhan dibawa angin kedinginan. Berteduh pada sebuah rumah ditengah pedesaan yang ramah, aku mengawali pagiku dengan kewajiban yang ku sebut ibadah. Namaku Deru, Deru Sadewa itulah nama yang dinobatkan oleh orang tuaku . Lalu, aku mendengar suara wanita dari dari arah pawon(dapur) yang menawarkan tenang dikala dingin masih mendominasi. Dialah wanita yang namanya selalu ada disetiap detakku, setiap nafasku, dan di dalam hatiku. Dialah malaikat yang menjelma manusia yang diberi tanggung jawab oleh Tuhan untuk mendidik satu anak dengan kasih dan peduli. Ialah Ibu.

Menapak langkah menuju tungku perapian melihat jelaga bertebaran, melihat api yang sesekali menjilat udara, keajaiban kayu bakar diselimuti api berubah hitam menjadi arang. Aku berkonspirasi dengan tungku perapian untuk mengusir dingin yang merasuk dalam tulang. Tanganku menjemput secangkir kopi yang telah disajikan ibu, warnanya hitam, tetapi menenangkan. Buah tangan dari seorang ibu yang setiap pagi setia menyajikan.

Umurku masih 10 tahun kadang masih dimanja oleh ibuku. Mungkin juga karena aku anak satu-satunya (tunggal).

"Bu.. Pagi ini masak apa ?" pertanyaan ku yang lapar akan bau tempe diwajan.

"Buat pecel le... dan tempe goreng" jawab ibuku sambil mengulek sambel kacang disebuah cobek tanpa menolehku. Dalam jawa anak kecil biasanya dipanggil thole

"Wahhh.. Mantap dong bu ?" pertanyaanku lagi yang syarat akan lapar tak tertahankan.

"Jelas mantap dong.... Masakan Ibuuu..." jawab ibuku sambil melihatku dan memberi jempol padaku.

Ia pun melanjutkan mengulek sambel kacang yang sedang dibuatnya. Kilauan emas mulai merambat masuk dari sela-selaatap membuat bulatan-bulatan cahaya dilantai. Kepulan asap terlihat membumbung menghiraukan atap membawa pesan aroma tempe kepada semesta raya. Ibuku meletakkan ulekannya, ia berjalan mengambil nasi sisa semalam didalam sebuah wadah dan ia juga mengambil katul untuk dicampurkan kepada nasi dan sedikit air. Lalu, ibu berjalan menuju pintu, aku pun bergegas mendahuluinya untuk membukakan pintu untuknya.

"Silahkan bos..." ujarku sambil membukakan pintu untuk ibuku lalu mempersilahkannya.

Debu & Deru : Dampak Sakitnya Kelud Sampai ke desakuWhere stories live. Discover now