V. Strengthen Control

Start from the beginning
                                    

'dia pasti sudah menungguku.'

'NAK! FOKUS, COBA KENDALIKAN KEKUATANMU!' suara Artemis bergema dikepala Allard, mengalahkan puluhan suara-suara lainnya.

'Caranya?!' Tanya Allard panik.

'Atur napasmu, fokus hanya pada pikiranmu saja. Kau bisa melakukannya!' Ucap Artemis.

Allard mengangguk, memejamkan matanya dengan erat, lalu mulai mengatur pernafasannya. Tarik-hembuskan, tarik-hembuskan, tarik-hembuskan. Begitu terus. Dia harus fokus pada pikirannya, tidak ada suara lain. Ini pikirannya, dia yang mengendalikannya!

Dia bisa melakukannya, tarik-hembuskan, tarik-hembuskan. Fokus hanya pada pikirannya sendiri. Allard bertekad, terus melakukan itu sampai dia merasa suara-suara di kepalanya mulai berkurang dan akhirnya hanya terdengar samar. Itu masih mengganggunya tapi tidak lagi terasa menyakitkan. Jadi dengan itu Allard membuka matanya.

"Allard? Kamu tidak apa-apa?" Tanya Alain panik.

"Aku tidak apa-apa Kakek." jawab Allard dengan tenang. Secara mental terus memfokuskan pikirannya. Dan Alain mengangguk, walau masih tampak tidak yakin. Alisnya berkerut dan tampak memikirkan sesuatu.

Melihat kakeknya yang seperti sedang berpikir keras. Allard penasaran. Dia membagi fokusnya, dan memfokuskan pikirannya pada kakeknya. Lalu terjadi hal yang paling menakjubkan. Dia bisa mendengar suara pemikiran kakeknya. Hanya Kakeknya.

'Aku tidak yakin Allard akan baik-baik saja. Apa aku harus memanggil dokter kerumah saja? Sepertinya Allard sangat membenci Rumah sakit.'

"Aku baik-baik saja Kakek." Ucap Allard refleks. Tanpa sadar berbicara ketika mendengar pemikiran kakeknya.

"Kakek tidak Tanya, lagi pula kamu sudah menjawab bukan?" Tanya Alain mengangkat sebelah alis. Membuat Allard tersipu.

"Tapi Kakek tampak tidak yakin tadi." Protes Allard.

Alain terkekeh, dia mengusap puncak kepala Allard dengan sayang. "Kan Kakek cuma khawatir, kalau kamu enggak apa-apa yasudah." Ucap Alain. 'kakek hanya tidak ingin kehilangan kamu Allard.' suara pikiran Alain terdengar dikepala Allard.

Mendengar itu, Allard mendekat kearah kakeknya lalu memeluk laki-laki itu erat. Membenamkan kepalanya didada kakeknya yang terkejut dengan Allard yang tiba-tiba memeluk tubuhnya. "Aku juga enggak mau kehilangan Kakek!" Ucap Allard bergumam. Tapi Alain jelas masih bisa mendengarnya, karena ekspresinya menjelaskan itu. Dia tampak terkejut, tapi ada percikan rasa senang di mata birunya.

Alain mendekap Allard erat, mengecup rambut hitam cucunya.

'untuk kali pertama mencoba mengendalikan kekuatan, kau hebat nak.' suara Artemis sayup-sayup terdengar dikepala Allard.

Allard mengerutkan kening, 'kau menganggu!' teriaknya dalam hati. Tapi Artemis tidak berbicara lagi, hanya tawanya yang mengalun lembut terdengar dikepala Allard.

***

"Kau yakin ingin pergi kesekolah hari ini Allard?" Tanya Alain ketika dia dan cucunya sedang menyantap sarapan dimeja makan. Disebelah kanannya ada Allard yang sedang mengunyah telur dan sosis.

Allard menelan makanan di mulutnya, lantas menyeka mulutnya dengan serbet sebelum menjawab. "Iya Kakek, aku sudah keluar dari rumah sakit selama tiga hari. Aku sudah merasa sehat."

Alain masih tidak tampak yakin, kening laki-laki itu berkerut. Dan bahkan tanpa perlu membaca pikiran kakeknya, Allard sudah tahu bahwa laki-laki yang mirip dengannya itu khawatir. "Bagaimana jika nanti disekolah ..."

"Kakek!" Allard memotong kata-kata kakeknya, "aku akan baik-baik saja. Lagi pula aku sudah merindukan sekolah."

"Apa yang kamu rindukan dari sekolah?" Tanya Alain bingung.

"Eh," Allard terdiam, berhenti dari upaya nya yang sedang memotong sosis. Dia mengerutkan kening. "Kurasa aku merindukan teman-teman ku kek." Jawab Allard bingung. Sementara kakeknya hanya tertawa kecil. Mereka berdua melanjutkan makan setelah itu.

Allard memiliki teman dekat disekolah, hanya satu teman, namanya Dition Wallest. Biasa dipanggil Dito. Dito adalah anak yang pintar, dia bisa memasuki sekolah tempat Allard hanya karena kecerdasannya. Dan hanya sedikit sekali yang mendapatkan kesempatan seperti Dito. Karena tempat Allard sekolah adalah sekolah ekslusif. Mayoritas siswanya berasal dari keluarga kaya atau terkenal.

'apa aku harus menyewa bodyguard untuk Allard? Hanya untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu.' suara pemikiran kakeknya tiba-tiba terdengar oleh Allard, membuat anak itu mendongak dari sarapannya. Menatap kakeknya dengan terkejut.

"Jangan pernah memikirkan itu Kakek. Aku akan baik-baik saja, tidak akan terjadi sesautu." Ucap Allard tiba-tiba. Dan Alain menatap cucunya dengan terkejut.

"Memikirkan apa?" Tanya pria berusia 55 tahun itu dengan bingung.

Allard tersipu, tiba-tiba menunduk seolah mendapati makanannya tiba-tiba tampak sangat menarik. "Aku kira Kakek sedang memikirkan untuk memberiku bodyguard." Gumam Allard mengetuk-ngetuk pisau dengan garpu pertanda dia gugup.

Alain mengangkat sebelah alis, cucunya bisa menebak pikirannya dengan begitu mudah. "Kakek memang memikirkan itu, tapi jika kamu tidak mau Kakek tidak akan melakukan itu. Hanya saja jika kamu mulai merasakan sesuatu, segera bilang gurumu."

Allard mengangguk mengerti lalu melanjutkan sarapannya. Dia memfokuskan pikirannya. Tidak lagi ingin mendengar pemikiran sang Kakek secara tidak sengaja. Jika dia terus tanpa sadar membalas pemikiran kakeknya.

Selama tiga hari terakhir, Artemis terus membantunya untuk mengendalikan kekuatannya. Dia sudah mulai bisa mengendalikan kekuatannya secara tidak sadar, hanya kadang-kadang saja suara pikiran orang disekitarnya akan terdengar jika dia lengah.

Dia hanya berharap kendalinya akan cukup untuk tidak mendengar suara pikiran siswa lain disekolah. Karena akan sangat merepotkan sekaligus memalukan jika dia kehilangan kendali. Ataupun secara tidak sadar membalas pemikiran siswa itu.

Tbc
Pokoknya jangan lupa Vote!

Perfect PrinceWhere stories live. Discover now