His Voice

661 51 1
                                    

Author POV

Seperti hari-hari biasanya Elra selalu masuk dan tidak pernah absen dari kelas, karena Elra tidak pernah mau mengecewakan kedua orang tuanya dan ingin membuat kedua orang tuanya bangga terhadapnya.

Elra memiliki satu teman akrab yang sejurusan dengannya, ia seorang gadis manis yang memiliki rambut ikal berwarna coklat kemerahan dan bernama Jessy Bowman dan biasa di panggil "Jess" atau "Jessy"

"El kau akan menunggu Niall sampai sore?" Tanya Jessy menyeruput jus miliknya.

Elra sudah pulang dan sekarang dia berada di kantin bersama Jessy, entah apa yang menggangu pikiran Elra sehingga membuatnya melamun terus menerus.

"El, kau melamun?" Jessy melambaikan kedua tangannya di depan wajah Elra sehingga membuay Elra tersadar dari lamunannya.

Elra POV

Entah apa yang ada di pikiranku, hari ini aku benar-benar tidak bisa konsentrasi. Bayangan wajahnya selalu terbayang di kepalaku, ingin rasanya aku membenturkan kepalaku agar wajah manusia es itu hilang dari kepalaku.

"El kau akan menunggu Niall sampai sore?"

"El, kau melamun?" Lambaian tangan Jessy membuatku tersadar dari lamunanku.

"Ah ya kau bertanya apa?" Tanyaku salah tingkah.

"Kau ini memikirkan apa sih El? tak biasanya kau seperti ini." Tanya Jessy.

Aku menghembuskan nafasku mencoba mengatur pikiran dan perasaanku yang sangat tidak tenang. "Entahlah, perasaanku sangat tidak tenang Jess."

Jessy tampak bingung melihatku dan mengkerutkan keningnya. "Ada hal yang menganggumu?"

"Tidak ada, Jess sepertinya aku harus keluar sekarang." Ujarku dengan mengambil beberapa buku yang ku letakan di meja.

"Kau mau kemana?" Tanyanya yang membuatku bingung harus menjawab apa, karena saat ini aku hanya ingin sendiri.

"Aku ada urusan, bye see you." Aku segera pergi meninggalkan Jessy sebelum dia memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membuatku tak sanggup untuk berbohong.

Aku menelusuri setiap ruangan yang berada di pinggir koridor kampus, dan detik kemudian langkahku berhenti saat aku hendak melewati ruang musik yang sedang sepi hingga suaranya dapat aku dengar dengan jelas.

"Suara siapa ini? sangat indah." Gumamku perlahan tapi pasti semakin mendekati ruang musik.

Aku mendengar bait demi bait yang di lantunkan dari si pemilik suara merdu itu, sungguh suaranya sangat indah dan merdu apalagi di tambah dengan lantunan piano yang sangat indah.

Suara piano yang begitu indah seperti di mainkan oleh pemain piano yang telah makhir, aku tak percaya jika ada mahasiswa seni yang dapat memainkan alunan musik piano yang begitu indah seperti ini. Yaaa setidaknya beberapa kali aku mendengar anak seni bermain musik tapi tak ada yang seindah ini.

Setiap alunan yang ia nyanyikan seolah itu lah yang sedang ia rasakan, sangat di hayati hingga mampuh membuat siapa pun yang mendengarnya akan ikut merasakan apa yang ia rasakan.

Aku sangat penasaran siapa yang memainkan piano sehingga menghasilakan nada yang sangat indah dan suaranya yang begitu merdu sangat membuatku penasaran, sampai-sampai perasaan tak enak dalam hatiku pun hilang dalam sekejap.

Aku menengok ke kanan dan ke kiri, tak ada satu pun orang yang berada di sini, karena ruang musik ini jarang sekali di pakai oleh anak seni.

Karena rasa penasaranku yang terlewat batas aku mengendap-endap ke balik pintu ruang musik tersebut dan semakin jelas aku mendengar suara merdu itu.

Sepertinya dewi fortuna berpihak padaku karena pintu tersebut tidak tertutup terlalu rapat. Tapi aku tidak dapat melihat apapun karena ruangan yang cukup gelap.

'Apa dia tidak menyukai terang? sampai tidak menyalakan lampu sama sekali.' Gerutuku dalam hati.

Aku hanya dapat melihat bayangan seseorang yang bertubuh tegap membelakangiku sedang asik bermain piano dan suara merdunya yang tak terlalu keras, nyaris seperti gumaman.

Aku yang merasa tidak puas karena hanya dapat melihat bayangannya saja aku mencoba membuka sedikit pintunya agar lebih lebar. Ingat hanya sedikit.

Dan itu sama saja, sama-sama tidak membuahkan hasil apapun, karena pencahayaan hanya dari sinar matahari yang terpancar dari jendela.

Aku mendengus kesal dan mencoba membuka sedikit lagi, mungkin saja aku dapat melihatnya walaupun tidak terlalu jelas.

Aku mencoba mencondongkan kepalau seperti maling yang akan masuk ke dalam rumah mangsanya, tapi biarlah. Aku sangat penasaran siapa seseorang itu dan dapat aku tebak dia seorang pria.

Ya iyalah, itu sangat mudah di tebak dari suaranya saat melantunkan sebuah lagu.

KREK!!

Aku merasa jantungku akan berpindah tempat saat ini, aku berharap ia tidak menyadari kalau aku diam-diam memperhatikannya.

Suara dentingan piano pun berhenti dan aku bingung harus bagaimana sekarang. Apa aku harus kabur? atau aku tetap di sini dan mengatakan HAI padanya? Aku rasa keduanya tidak benar.

'Mati aku mati mati!' Aku memaki diriku sendiri karena kakiku sangat berat untuk melangkah.

"Ekhem, Sedang apa kau di sini?" Aku mendengar suara berat bertanya padaku tepat di belakang tubuhku.

Aku ragu untuk membalikan tubuhku karena mendengar suaranya yang sangat dingin dan tak ada nada keramahan.

'Bagaimana ini.' Gumamku dengan mecoba membalikan tubuhku.

"Ekhem." Dehamannya berhasil membuatku mendongakkan kepalaku hingga menatap wajahnya.

Perlahan tapi pasti aku mengatur nafasku.

'Pria ini yang mempunyai suara merdu itu.' Gumamku dalam hati.

*****

Siapa yaa yang punya suara merdu itu???

Aku harap kalian suka cerita ini, Vomment please :) TYSM :*

This Must Be Love (Ziall Love Story)Where stories live. Discover now