prolog

7.5K 262 3
                                    

Aku : Wia Windari Sania

"aku tidak bisa menerima pernikahan ini"
kata-kata itu aku mungkin tak akan bisa melupakannya. aku sudah dipermalukan walapun ini adalah kali pertama kami bertemu, dia bahkan tak menunjukkan sikap ramah.
meskipun sedikit lega dia menolaknya, tapi rasanya malu juga ditolak mentah-mentah dihadapan keluarga.
namanya arkan, nama yang juga baru ku kenal beberapa hari yang lalu. orang tuaku tiba-tiba ingin aku segera menikah dengan orang yang sudah mereka pilihkan, entah alasannya apa, tapi didalam keluarga ini hanya akulah satu-satunya orang yang tidak boleh memilih apa yang ingin kulakukan, yang boleh kulakukan hanya satu yaitu menuruti semua keinginan orang tuaku. Dan ketika tiba-tiba mereka memintaku menikah dengan anak dari salah satu kolega mereka, aku hanya bisa mengangguk pasrah meskipun mungkin aku tak akan pernah bahagia menerima pernikahan ini.
Kulirik arkan sesaat, wajah laki2 itu tampak dingin dan tak menunjukan tanda2 keramahan disana. Arkan memang tampan, tinggi, dan sangat berwibawa dia tipikal cowok yang pasti diinginkan oleh banyak wanita. Bukan mau memuji diri sendiri, aku juga lumayan cantik, banyak juga yang sering mengira aku artis sinetron, tapi jika disandingkan dengan arkan aku merasa tak percaya diri. Aku tersenyum kecut menyadari mungkin dia menolakku karna merasa aku tak pantas. Deg, dia melihatku, ini pertama kalinya pandangan mata kami bertemu, aku segera mengalihkan pandanganku mencoba menyembunyikan fakta bahwa tadi aku sedang mengamatinya.

"pernikahanya juga tidak sekarang arkan masih 1 tahun lagi, kalian bisa saling mengenal dulu" ayah arkan angkat bicara setelah beberapa saat tak ada yang berkata-kata selepas arkan menyatakan penolakanya.
"untuk sementara Wia akan menjadi sekretarismu dikantor, kau mungkin akan sangat mengandalkanya karna wia adalah wanita yang cerdas dan pekerja keras, kalian juga bisa saling membuka diri dan lebih mengenal jika sering bertemu"

"ayahmu benar arkan, kami akan mempercayakan wia dibawah bimbinganmu, meskipun ayahmu mengatakan wia wanita yang cerdas tapi kami yakin wia masih harus banyak belajar" ayahku seperti sedang membujuk, meyakinkan bahwa anaknya ini layak untuk bersanding dengan arkan.

Arkan seperti sedang berpikir keras, mungkin dia sedang menyusun kata agar penolakanya tak terdengar sekasar tadi.
"aku tak akan menolak usul ayah dan paman, tapi jika sudah sampai waktunya pernikahan dan aku sama sekali tidak tertarik pada wia maka aku akan tetap menolak pernikahan ini."

Orang tua kami langsung tersenyum senang, mereka sepertinya yakin hati arkan pasti bisa kutaklukan, mereka bahkan tidak menyadari nyaliku yang mulai ciut, haruskah aku menghalalkan segala cara untuk bisa mengubah keputusan arkan? Kenapa aku yang harus berusaha untuk dinikahi? Padahal dimana-mana wanitalah pihak yang dilamar dan berhak menolak atau menerima sebuah lamaran? Sudah ku katakan aku tak pernah punya pilihan, apa yang dipilih orang tuaku, itulah yang akan kulakukan.
Aku jadi terlihat seperti wanita tak laku yang siap dinikahkan dengan siapa saja asalkan segera menikah. Memalukan

To be continue. . .

Give Me Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang