Muhzeo menyenggol sikuku yang membuatku menoleh dan mengangkat wajah.

"Lo ekskul apa?" tanyanya sembari membolak-balik kertas tersebut. Sepertinya ia sedang kebingungan sekarang.

Aku yang sedari tadi agak melamun pun mulai menelusuri setiap inci dari profil ekstrakurikuler di sekolah baruku.

"Eum, sepertinya tari." Aku tersenyum sembari membaca ulang setiap kegiatan tari.

"Gua apa, ya?" tanyanya sembari menimang-nimang kembali dan mengetuk-ngetukan pulpen ke meja hingga menimbulkan suara bising yang membuat orang-orang menoleh ke arahnya.

Aku membaca kembali rentetan daftar ekskul sekolah ini.

"Rohis! Rohis saja. Katanya lo mau perdalam ilmu agama, 'kan?" tanyaku yang memastikannya untuk lebih mantap dan juga memberinya sedikit  arahan.

Ia tampak berpikir sejenak.

"Oke. Bagus juga saran lo. Terima kasih." Ia pun memberikan tanda ceklis pada kolom ekskul rohis.

"Oh iya, jangan lupa nanti pulang...." Sengaja kugantungkan ucapanku itu untuk mengecek apakah ia masih ingat dengan janjinya tadi.

Dia tampak mengerutkan keningnya.

"Apa?" tanyanya.

Aku menyentil keningnya.

"Auh." Ia meringis sebentar.

"Masih muda sudah pikun! Kan tadi lo ada janji sama Ikhyar," geramku.

Dia menepuk dahinya.

"Hehe, iya lupa. Gua baru inget. Nanti ingetin lagi, ya."Muhzeo langsung tertawa dengan kebodohannya itu.

Aku memanyunkan bibir dan mengangguk malas.

"Dira," panggilnya.

Aku menoleh ke arahnya lagi.

"Enggak jadi" Muhzeo terlihat memainkan pensilnya lagi.

Aku mendelik sembari berkata, "Dasar bocah gabut."

Kuputuskan untuk mengeluarkan novelku dan mulai terhanyut ke dalam duniaku sendiri.

👀

"Pengumuman ... untuk anak-anak diharapkan berkumpul di lapangan dengan membawa buku tulis dan pulpen. Terima kasih." Suara pengumuman menggema dari pengeras suara di setiap sudut sekolah. Aku bergegas mengambil buku dan alat tulis lainnya.

"Mau bareng?" tawarku pada muhzeo yang sudah selesai mengambil alat-alat yang diperlukannya.

Ia mengganguk.

Kami berdua pun segera menuju ke lapangan, namun diperjalanan, ternyata Elsa, Paul, dan Hilmi masih menunggu terlebih dahulu di depan kelas.

"Lama banget, deh. Ayo, lari!" ajak Paul disusul dengan yang lainnya.

Aku pun mengikuti arah mereka dari belakang. Barisan kedua tepat di samping muhzeo Muhzeo nampaknya terlihat strategis.

"Anak-anak, kalian sudah memilih ekskul masing-masing tentunya, bukan? Sekarang waktunya kalian menyaksikan demo ekskul dari masing-masing ekskul. Untuk Paskibra, dipersilahkan terlebih dahulu." Seorang guru berbadan gempal nampaknya tampil sebagai pembawa acara.

Paskibra....

PMR....

Pramuka....

Marawis....

Rohis....

KIR....

Bisikan Mereka ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora