berakhir.

89 4 0
                                    

Kebodohannya kemarin pagi masih terus berputar di memori ingatan Risma, benar-benar bodoh pikirnya. Beberapa kali ia juga merutuki dirinya sendiri ketika tidak sadar Nabila menyinggung kejadian kemarin.

Seperti pagi ini misalnya, Nabila terus menggodanya ketika mereka usai menyelesaikan praktik olahraga.

"Ihhh Nabil, apaan sih. Yang udah terjadi yah lupain dong, males ih" ngambek Risma. Nabila hanya merespon dengan kekehan ledeknya.

"Emang ada apa sih? Kayaknya daritadi kalian berdua ribut mulu" tnya Ira yang belum tahu pokok masalahnya.

"tahu nih Nabil, gaje banget"

"Ihh gaje apaan"
Protes Nabila tidak terima
"Kamu mau aku ceritain nggak, Ra?" Tanya Nabila meminta persetujuan Ira. Ira mengangguk cepat.

"Jangaaaan, Nabil. Ihhh" rengek Risma. Ia tidak siap jika Ira akan ikut meledeknya.

Ira dan Nabila bersamaan terkekeh karena rengekan Risma yang jarang mereka lihat.

"Yaudah nggak usa, nanti aja ceritanya. Aku juga mau ke Ruang Osis, ada urusan!" kata Ira yang sudah berdiri dari posisi duduknya.
"Aku deluan yha, nanti ketemu di Mushola. Assalamualaikum" ucap Ira mendapat jawaban salam dari kedua sahabatnya.

Setelah itu, tinggalah mereka berdua yang duduk di koridor depan kelas, sedangkan yang lainnya sibuk bermain voli di tengah lapangan.

"Astagaaa!" Pekik Risma menepuk jidatnya sendiri.

Nabila dibuat kaget dengan teriakan Risma, "Kenapa?"

"Yaampuuun" bukannya menjawab pertanyaan Nabila ia malah mengeluarkan kata yang lain.

"Kamu kenapa sih?" Tanya lagi Nabila diikuti nada sebalnya.

Risma menoleh kearah Nabila yang sudah memasang wajah panik campur sebal.

"Heheh" ia malah cengir memperlihatkan deretan giginya.

"Ihh aneh! Ada apa sih?"

"Arjun ulang tahun hari ini"

"Yah.. te-rus?"

"Yah aku belum ucapin Nabiiiiil" jawab Risma. Kini giliran ia yang kesal.

Arjun adalah sahabat Risma sejak kelas satu SMA. Bukan hanya sahabat, Risma juga pernah suka terhadap laki-laki itu. Katanya, Arjun adalah sosok yang misterius, cuek bebek tapi nyatanya perhatian, punya pendirian yang tetap dan dewasa. Namun sayang, Arjun sudah punya kekasih yang ternyata sudah cukup lama bersama. Meskipun begitu, Risma tidak pernah punya niat untuk menjauhi Arjun. Suka bukan berarti harus memiliki, itu prinsipnya. Karena itu, meskipun tidak menjalin hubungan lebih dari teman setidaknya mereka bisa menjalankan hubungan seperti adik-kakak.

"Bantu aku buat kalimat untuk ucapin ke Arjun, yha?" Minta Risma.

Nabila diam. Tatapannya lurus kedepan.

"Bil, Bil, woee Nabilaaaa" pekim Risma tepat di telinga kanan Nabila.

"Nggak!!"

Risma melongo mendapat jawaban penolakkan dari Nabila.

"Kok enggak?"

"Ngerayain ulang tahun itu bukan ajaran dari agama kita, Ma"

"Bukan ngerayain Bil, cuman ngucapin"

Ia hanya mengucapkan, karena Arjun sudah pindah pulau, jauh dari mereka. Padahal jika tidak, Risma selalu merencanakan suprise untuk Arjun.

"Trus apa bedanya? Sama-sama merayakan kan? Saya minta kamu jangan ngucapin"

Kening Risma membentuk kerutan, "k-kok gitu?"

"Intinya jangan, Risma"

"Dosa yha?"

"Untuk perkara dosa atau nggaknya, saya nggak bisa ngasih jawaban pasti. Saya bukan tuhan yang bisa memutuskan perkara yang salah dan benar, hanya saja saya nggak mau kamu menjalankan apa yang bukan dari agama kita." Nabila menjelaskan.

"Berat memang, saya juga awal hijrah gitu. Suka mikir kalau islam adalah agama yang mengekang, tapi seiring perjalanan hijrah kamu, nanti juga kamu bakal ngerti sendiri kok. Asalkan kamu tetap mau belajar" tambahnya.

"I-yaudah" jawab Risma berat hati.

"Yaudah apa?"

"Saya nggak bakal ngucapin ultah ke Arjun"

"Serius?"

"Iyaaa, nggak percaya-an banget sih"

Nabila kemudian terkekeh.

Awal hijrah memanglah masa yang membingungkan, kita menemukan aturan baru, cara baru dan hidup baru. Sampai terkadang kita akan merasa aneh dengan agama kita sendiri. Merasa kalau Islam sangat mengekang. Tak jarang ada juga pikiran bahwa ini itu sesat.
Jika sudah seperti itu, istighfar. Itu adalah bisikan setan. Berusahah agar iman kita tetap terjaga, caranya cari teman yang juga sedang berproses, sama sepertimu.

Tapi bukan proses nikah yha, proses hijrah yang saya maksud.

***

Pernah dengar istilah, 'lain di mulut lain di hati?'

Istilah itu sedang dalam posisi Risma saat ini. Jika tadi ia bilang pada Nabila tidak akan mengucapkan selamat ulang tahun pada Arjun, maka sekarang lain ceritanya.

Sepulang sekolah ia segera membuka laptopnya. Menulis kata-kata dan harapan yang akan ia ucapkan pada sahabat laki-lakinya itu. Risma sebenarnya punya banyak teman laki-laki, dia punya geng dimana hanya dia dan Naya perempuan sisanya laki-laki. Diantara semua teman prianya, Risma paling dekat hanya pada dua orang saja, Arjun dan Iyan.

Setelah semua harapannya untuk Arjun selesai ia tulis, kemudian ia mengirimkan pada email Arjun.

Bahagia!. Satu kata yang bisa mewakili perasaan Risma saat ini.

Arjun membalas emailnya dan kemudia mereka saling melempar canda.

Hingga karena satu kata, semuanya berubah. Arjun dan Risma bertengkar. Bukan lagi kata-kata manis yang mereka keluarkan, bukan juga kekehan melainkan rasa amarah yang meluap-luap.

Risma berusaha memperbaiki semuanya, namun sia-sia karena Arjun sudah tidak bisa menahan emosi lagi.

Detik berikutnya, bukan lagi tawa yang tergambar di wajah Risma. Kesedihan, yah hanya itu. Ia tidak mengerti dimana letak kesalahannya sampai Arjun akan semarah itu padanya sehingga ia di blokirdi semua akun sosmed nya. Bahkan Arjun tidak pernah menjawab panggilan telfon dari Risma.

Hari itu, hari paling buruk baginya.

***

Di part selanjutnya akan ada pembahasan tentang masalah ini.

See you guys di next part.

Luvyu.

Pejuang Cinta Allah.Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora