20. Rule of Papa Taka

287 33 48
                                    

Hari ini adalah hari terakhir masuk sekolah sebelum liburan semester, karena kelas gue kebagian jatah buat balikin buku di perpustakaan sekaligus ada pembagian sisaan duit kas kelas, mau nggak mau semua siswa di kelas gue tetep pada berangkat. Ruang kelas terlihat cukup lenggang ini udah waktunya pulang. Setelah semua urusan selesai, gue sama Aime jalan bersebelahan menuju gerbang sekolah. Beberapa langkah sebelum kaki kita menginjak sampai  gerbang sekolah, tiba-tiba Aime narik tangan gue buat sembunyi dibalik gerbang dan dia meningtip sesuatu dibalik celah pintu gerbang.

"Lo Kenapa sih Me?"

"Ssssstttt, diem. Lo liat tuh Sapri ama Kaoru lagi ngomong serius."

Dia nempelin satu telunjuknya didepan bibir gue, terus kita berdua jongkok buat liat dan nyimak pembicaraan Sapri sama Kaoru yang sedang  makan cilok bareng didepan sekolah. Kaoru terlihat sedang khusyuk mengunyah cilok, sedangkan Sapri memandangnya dengan tatapan bahagia. Gimana nggak bahagia kalau lagi jejeran sama cewek yang dia demen kan?

"Kaoru, gue ada pertanyaan buat lo." Kata sapri yang tiba-tiba bikin Kaouru berhenti ngunyah cilok.

"Hah? Apaan?" Tanya Kaoru sambil menelan ciloknya.

"Tapi pertanyaannya cuma butuh jawaban iya sama mau."

"Emang lo mau nanya apa?"

"Lo mau ya jadi pacar gue?"

"H-hah?"

Kaoru terlihat kaget, untung cilok yang dia makan kaga nyemprot semua ke mukanya Sapri.

"Gimana? Nggak bisa dijawab hah. Mau apa iya?"

Setelah berfikir sejenak, Kaoru menganggukan kepala sambil tersenyum, kemudian berkata ,

"I-iya yaudah deh. Gue mau."

Gue menghembuskan napas lega karena akhirnya mereka jadian. Setelah Kidz sama Kaoru pergi sekarang gue sama Aime duduk didepan halte deket sekolah buat nunggu jemputan.

"Ki, lo liat kan? Mereka udah jdian. Tandanya kita udahan dong?"

"Maksud lo?"

"Sesuai perjanjian awal kalo mereka udah jadian berati tugas gue buat jadi pacar pura-pura lo kelar."

"Lo mau apa dong sekarang?"

"Gue mau kita putus Ki."

"GAK BISA."

Sentak gue tegas karena nggak mau diputusin gitu aja, gue nggak mau kehilangan dia. Jauhan sama Aime beberapa minggu aja udah hampir gila, kebayang kalau gue jauhan lagi sama dia mungkin gue beneran jadi orang nggak waras nanti.

"Harus bisa. Kita putus, urusan kita kelar. Lo bisa kejar cewek yang lo suka tanpa harus pura-pura pacaran sama gue lagi." Sanggahnya dengan nada serius.

"Cewek yang gue suka ada didepan gue."

"Siapa yang lo maksud?"

"Gue suka sama lo."

"LO NGGAK USAH BERCANDA DEH."

Dimana-mana cewek kalo di tembak cowok ganteng kayak gue mukanya malu-malu seneng kan ya?? Ini malah ngegas, kek orang salah makan jahe dikiranya daging.

"Lo pengen kita putus kan?"

"Iya pengen." Jawabnya dengan dua kali anggukan kepala.

"Kita nggak bisa putus Me, karena kita nggak jadian beneran."

"Terus gue harus gimana Ki?"

Tanyanya kebingungan sampai muncul kerutan didahinya.

"Lo harus jadi pacar beneran gue dulu baru kita bisa putus."

Growing Up (Vol. 01)Where stories live. Discover now