3. 10969 !!

439 63 135
                                    

Akhir pekan pukul satu lebih tiga puluh menit dini hari, di studio musik para member band sudah berkumpul untuk latihan seperti biasa. Tomoya tampak asyik memutar stick drum sambil sesekali memainkan symbal, Ryota tengah menyetel senar bass yang terlihat mengendur, sementara Toru terlihat memetik gitar dan memainkan beberapa intro lagu. Mereka masih menunggu kedatangan Taka, dan tak lama kemudian Taka datang terlambat sambil menggendong bayinya. Tomoya dan Ryota serempak mengerutkan dahinya menyambut kedatangan Taka. Mereka masih belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tiba-tiba pandangan Toru berubah menjadi iba saat melihat kedatangan sahabat terdekatanya yang dikenal sebagai vocalis band mereka itu. Dengan langkah tergesa-gesa Taka duduk berlutut didepan Toru.

"Tor, sorry banget gue telat. Barusan gue dari panti asuhan mau nyerahin bayi ini karena gue nggak sanggup ngurus tapi karena panti udah tutup jadi gue rencananya besok mau balik lagi kesana." Gumam Taka sambil mengatur napasnya yang terengah-engah karena berlari secepat mungkin menuju studio.

"Tak lo gila ya?? Tega bener kasih bayi ini ke panti asuhan !!" Bentak Toru hingga membuat bayi dalam gendongan Taka membuka matanya yang semula terpejam. Bayi itu terbangun dari tidurnya namun tidak menangis.

"Gue nggak bisa ngeband lagi sama kalian. Gimana kalo gue keluar jadi member band kalian?" Kalimat yang dilontarkan Taka tersebut membuat ketiga rekannya terbelalak.

"Alesan lo apa mau keluar?" Tanya Toru sambil meletakkan gitar yang dipegangnya.

"Orang tua gue nggak mau ngakuin bayi ini sebagai cucunya, dia juga nggak mau nganggep gue anak lagi. Gue mau fokus cari uang buat ngidupin dia." Taka menunduk lesu. Ia menatap bayi di gendongannya dengan tatapan sendu. Taka tak pernah menyangka hidupnya akan berakhir menyedihkan seperti ini. Ia tidak tahu apalagi yang harus di lakukannya sekarang.

"Lo mau cari uang pake apa Tak? Lo tau kan kalau kita masih kelas satu SMA. Ngurus bayi buat bocah seumuran kita itu nggak gampang." Bantah Toru. Ia benar-benar merasa kasihan melihat keadaan Taka di depannya, terlebih melihat keadaan bayinya.

"Gue mesti gimana sekarang Tor?" tanya Taka lirih.

"Gue bakal bantu lo ngurus bayi, kita cari uang bareng-bareng. Kita bisa kerja part time sepulang sekolah, untuk sementara ini lo sama bayi ini bisa tinggal di apartement gue." Ujar Toru mantap. Tak ada sedikitpun nada keraguan saat Toru mengucapkannya. Toru sungguh tak mau jika sahabatnya harus terpuruk sendirian.

"Bentar-bentar. Gue masih nggak ngerti kemana sebernernya arah pembicaraan kalian. Ini kalian ngomongin apa sih?" Tomoya yang daritadi menyimak percakapan diantara Taka dan Toru akhirnya melontarkan pertanyaan yang membuatnya bingung.

"Taka ngehamilin Naomi, dan bayi ini— anaknya." Toru menjawab pertanyaan Tomoya.

"PARAH BANGET LO !! Terus kemana sekarang Naomi?" Dengan nada kaget seolah tidak percaya, Tomoya mulai menanyakan keberadaan Naomi.

"Dia mengalami pendarahan pas ngelahirin bayinya," jawab Taka dengan nada yang parau,

"lalu dia meninggal seminggu setelah melahirkan bayi ini." Lanjutnya.

"Kenapa Naomi bisa mengalami pendarahan?" Ryota yang dari tadi diam mulai angkat bicara.

"Naomi mengalami penyakit kelainan darah, gue emang goblok ya? Udah ngehamilin dia, udah bikin anak gue kehilangan ibunya, gue emang bego. Harusnya gue yang mati duluan, harusnya bayi ini sekarang lagi ada dipelukan ibunya, bukan bapak yang bejat ka—  "

"STOP !! Lo nggak usah terlalu nyalahin diri sendiri," Ryota memotong kalimat Taka,

"yang terpenting sekarang gimana caranya band kita nggak bubar, dan bayi ini tetep bisa keurus." Sambungnya tegas. Mendengar penjelasan Taka barusan membuat Ryota benar-benar iba melihatnya. Ia tak mungkin membiarkan Taka berjuang sendirian, jadi ia memutuskan untuk menyetujui perkataan Toru.

Growing Up (Vol. 01)Where stories live. Discover now