17. Detective Teruki

173 33 38
                                    

Dua cup cola, kentang goreng porsi besar, dan dua burger deluxe tersusun rapi diatas sebuah meja salah satu restoran cepat saji. Teru sama gue sengaja mampir kesini buat melepas lelah seusai latihan band. 

"Jadi lo kemaren abis jalan sama Mirai?" Tanya Teru sambil mainin sedotan cola.

"Iya tadi gue abis nonton sama dia." Jawab gue sambil ngunyah burger.

"Eh jangan bilang lo mau selingkuh dari Aime deh? Terus jalan sama Mirai? Ya tapi maklum sih Mirai lebih cantik."

"Iya Mirai cantik Ter."

"Jadi lo beneran selingkuh?"

Teru melotot kaget sambil gebrak meja tapi pelan.

"Gue nggak selingkuh, tapi kemarin   Mirai nyenderin kepalanya di pundak gue waktu nonton di bioskop. Dia juga bilang kalo nyaman jalan sama gue."

"Serius lo?"

"Gue nggak lagi bercanda Ter. Cuma anehnya, pas Mirai begitu dan bilang nyaman sama gue tuh kayak nggak ada respon apa-apa gitu di gue nya?"

"Maksud lo?"

Gini ya? Gue nggak tau gimana ngejelasin semuanya sama Teru. Kalau urusan cinta, sebenarnya Teru emang lebih berpengalaman dibadingkan sama gue. Dia punya pacar namanya Chichi, dan mereka pacaran dari awal masuk SMP. Ngelihat keawetan cinta mereka mungkin nggak ada salahnya kali ya gue cerita sesuatu yang berkaitan dengan hati dan cara menghadapi lawan jenis, mengingat gue minim banget ilmu masalah percintaan. Kalau ditanya tipe ideal buat seorang cewek sih gue lebih demen sama cewek yang usianya lebih tua dibandingkan gue, dan Mirai itu umurnya satu tahun diatas gue tapi masih satu angkatan. Terus gue demen sama cewek yang fashionable tapi nggak alay, apalagi kalau ngelihat cewek berperawakan ideal dan cukup tinggi pakai kaos polos warna putih, celana denim biru, dan pakai sepatu snikers dengan rambut panjang tergerai tanpa diwarnai, yang begitu bawaanya pengen gue sayang. Dan Mirai adalah tipe cewek yang memenuhi standarisasi cewek idaman menurut gue.

"Mirai tipe gue, kalo dia bilang suka sama gue harusnya gue seneng kan ya? Tapi gue biasa aja. Apa gue udah mulai nggak waras ya?"

"Gue curiga deh, Ki. Sebenernya lo sama Aime pacaran nggak sih?"

Kayaknya ini kesempatan yang tepat buat bilang ke Teru tentang sandiwara gue sama Aime. Oke, baiknya emang gue jawab jujur.

"Gue nggak pacaran, gue cuma pura-pura pacaran sama Aime demi Kidz."

"Demi Kidz? Tunggu.. tunggu... gue ga ngerti apa maksut lo?"

Gue lebih memilih diam sejenak buat nyedot cola didepan gue, dan setelah colanya tertelan sempurna baru deh gue jawab,

"Sebenernya gue pernah suka sama Kaoru, tapi lo tau sendiri Kidz juga suka sama Kaoru kan? Dan waktu istirahat sekolah Kaoru dateng nembak gue di depan Kidz. Gue nggak mau nikung Kidz. Makanya gue pura-pura ngajak Aime jadian biar Kidz punya kesempatan bisa deketin Kaoru lagi."

"Dan selama lo pura- pura jadian sama Aime emang sama sekali nggak ada rasa?"

"Nggak ada. Gue sama sekali nggak ada rasa sama Aime."

Teru manggut-manggut maklum merespon pernyataan gue barusan.

"Oh, jadi masalahnya lo cuma mau ngalah sama Kidz dan Kaoru ya? Lo ikhlas emang kalo mereka jadian?"

"Ikhlas bangetlah, gue mah seneng- seneng aja kalo temen gue juga seneng."

"Bukan Sapri sama Kaoru maksut gue."

Lah biji kesemek si Teru bahas siapa sih? Mukanya nyengir so sokan penuh misteri setelah melontarkan kalimat itu.

"Terus siapa yang jadian maksud lo?"

Growing Up (Vol. 01)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang