Hari-H: Seokjin

655 182 1
                                    

"Kau harus hidup lebih baik lagi, besok."

TIIIT!

Yoongi terbangun dengan kepala membentur kaca cukup keras saat mendengar suara klakson berbunyi nyaring mengejutkannya. Yoongi terbangun dengan keadaan mobil sudah terparkir di depan penginapan dalam keadaan kosong. Hanya ada Seokjin yang berdiri di samping pintu kemudi sambil menekan klakson.

"Kenapa kalian tidak membangunkanku? Sejak kapan sampai?"

Seokjin mendengus. "Kau tidur seperti mayat hidup. Seharusnya kau tetap di sana dan jangan bangun."

"Apa-apaan itu?" Yoongi mengernyit mendengar nada ketus dari Seokjin. Apa Seokjin marah karena tadi Yoongi membentak Jimin?

"Kau marah, hyung?"

"Kenapa aku harus marah?"

Yoongi yakin sekali Seokjin marah. Biasanya laki-laki itu gemar sekali cekikikan. "Kau marah."

"Diamlah. Atau kembali saja ke Seoul kalau kau mau terus mengatakan kalau aku marah!" Seokjin lalu meninggalkan Yoongi termenung sendirian di halaman. Dia tidak pernah melihat Seokjin marah sebelumnya.

Seokjin selalu ceria. Ia selalu dalam mode bercanda dan mencairkan suasana dengan jokes garing yang entah kenapa jadi lucu dibuatnya. Dia bahkan tidak marah saat Namjoon merusak barang dapur kesayangannya, tidak juga marah saat Jungkook yang notabennya magnae mengajaknya bercanda dengan memukul belakang lehernya.

***

Yoongi akan satu kamar dengan Seokjin di hari pertama. Mereka setuju untuk melakukan rotasi pergantian kamar selama dua hari sekali. Dan sepertinya hal itu akan jadi ide buruk karena Yoongi tau Seokjin sedang marah padanya. Apa Jimin mengatakan sesuatu pada Seokjin sehingga lelaki itu ikut marah padanya?

Seokjin sedang membereskan barang bawaan saat Yoongi memasuki kamar dengan takut-takut.

Yoongi tau, wajar bagi Seokjin lebih memihak pada Jimin. Mereka berteman lebih dulu sebelum Seokjin bahkan mengenal Yoongi. Tetapi entah kenapa ada perasaan sedih karena Yoongi tiba-tiba merasa Seokjin mau berteman dengannya karena Jimin bukan karena dirinya sendiri.

"Berhenti!"

Yoongi yang hendak meletakkan ransel bawaannya di sudut ruangan refleks menghentikan langkah sesuai perintah Seokjin. "Ada apa, hyung?"

"Letakkan barangmu di sudut lain. Itu tempatku jadi jangan pernah melangkahkan kakimu mendekatinya."

Yoongi menatap Seokjin bingung. Tapi kan mereka berbagi kamar? Kenapa harus ada aturan tidak jelas begitu?

"Jangan memelototiku begitu, Min Yoongi! Aku ini hyung mu."

Yoongi tersentak. Ia bahkan tidak sadar kalau ia memelototi Seokjin. Dia benar-benar tidak berniat demikian. "Aku tidak bermaksud begitu, hyung."

"Kau harus hidup lebih baik lagi, besok." Seokjin berdiri menatap Yoongi dari tempatnya sebelum meninggalkan Yoongi dengan tatapan penuh pertanyaan.



TomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang